Laman

8 Jan 2016

The 9 Demigods (Part 1)

Rayzi Rizqika hanyalah seorang anak laki-laki biasa.

Setidaknya dari dulu dia percaya begitu.

Setiap hari ketika berangkat ke sekolah, dia selalu menggosok perutnya dengan minyak telon Cussons yang botolnya kecil. Di saku celananya selalu tersimpan aromatherapy. Rayzi memiliki antibodi yang sangat minim, jadi mudah terserang penyakit.

Teman-temannya mengetahui kebiasaan muntah tiba-tibanya kalau sedang berbicara face to face. Bahkan jika presentasi, kalau angin AC-nya di swing, dia suka muntah. Sehingga nilainya langsung 50. Tapi emang nilai aslinya segitu.

Rayzi sangat kesepian di masa-masa SMA-nya.

Setiap dia ke kantin, jajan makanan menggunakan dollar, dia diusir ibu-ibu kantinnya. Rayzi akhirnya selalu membawa bekal dari rumah menggunakan Tupperware warna tosca dengan botol minum bergambar Chibi Maruko-chan dan kakeknya sedang minum greentea. Ya, gambarnya mesti begitu.

Namun, semua temannya di sekolahnya akan menjauhinya ketika Rayzi dengan cengiran baby chicken facenya bergabung di meja mereka.

Mereka akan meliriknya dengan hina, kemudian menjauh. Tidak lupa menarik meja dan kursinya juga menjauh.

Rayzi akan terbaring lemah di lantai dengan tupperware tosca dan botol minum maruko-kakek itu.

Dengan wajah sedih, ia mengalungkan botol minum marukonya, menatap teman-temannya yang tidak meliriknya kembali sama sekali, kemudian menghela napas, dan berjalan menjauh. Ia memilih meja kosong yang sudah usang di pojok kantin.

Dia membuka tupperwarenya, menampakkan nasi goreng kesukaannya buatan mamanya. Rayzi cengar-cengir. Ia meletakkan botol minum maruko-nya di samping tempat makannya, ia menatapnya dengan senyum lebar.

"Hanya kita bertiga, Maruko, Kakek," ujarnya, tertawa kecil. Maruko dan Kakeknya tidak merespon.

Senyum Rayzi memudar tiba-tiba.

"Anying gabawa sendok." kutuknya pelan.

Rayzi menutup wajahnya, kesal. Sial banget sih aku setiap hari. Ada apa denganku sih?

"Kamu kenapa sendirian disini?"

Rayzi mengangkat wajahnya, mata hitamnya bertemu dengan sepasangnya yang lain.

Seorang wanita berambut panjang yang wajahnya tidak begitu keliatan--entah karena backlight atau emang mukanya gelap.

"Siapa kau?" tanyanya penasaran. Rayzi membenarkan jambulnya.

Kemudian semakin lama, wajahnya muncul. Rayzi terkejut. Kenapa dia terkejut.

Wanita itu tersenyum manis pada Rayzi yang masih menatapnya kaget.

"Gue Shintya coy, anak baru disini. Gue daritadi dikejar-kejar cowok-cowok sekolah ini nih, alay banget sih mereka. Jadi gue kesini deh! Soalnya kayaknya lo doang yang gak alay, hehe"

 Wanita berambut panjang itu tertawa manis. Tawanya bagaikan setruman listrik bagi kuping Rayzi yang sensitif. Rayzi tersenyum awkward. Baru kali ini ada orang yang menyebutnya 'paling tidak alay'. Padahal dia dapet angket teralay di sekolah.

Shintya memecah keheningan antar mereka, "Eh, gue boleh duduk sini ga?"

"Engggggggggh.... I-iya, boleh, kok..." ujar Rayzi terbata-bata, menggeser pantatnya agar Shintya bisa duduk.

"Ih, lucu binggo!" Shintya menunjuk botol minum Maruko dan Kakeknya itu. Rayzi tersenyum,

"Iya, gemesin ya"

"Ihhh gue suka banget sama Maruko! Gilaaak lu ya!" Shintya toyol kepala Rayzi. Rayzi tiba-tiba memasang wajah takut, "kayaknya kita jodoh dah!"

Rayzi makin takut, "Enggghh... Ini Maruko dari mamah..."

"Oalah, jadi lo bukan fans Maruko?"

Rayzi menggeleng.

Realita, di setiap sudut kamarnya terdapat ;




Sangat bukan fans.


"Hmmm sayang binggo" ujar Shintya kemudian.

Merasa suasana sudah mulai kentang, Rayzi menutup tupperwarenya, mengalungkan botol minumnya, dan berdiri dari kursinya. Shintya mendongakkan kepalanya.

Ini memanjangkan leher jir.


 "Mau kemana?"

"Engggh... Aku mau ngencing dulu..."

"Oh. Ikut dong!"

Ebuset kuntilanak. "Kok ikut...?"

"Gapapa, biar saik berdua."

"Kencing aku kuning lho..."

"Kencing gue biru kok zi. SlawWsWs." ujar Shintya dengan sweg.

Rayzi sweatdropped.

Tunggu.

Rayzi kan belum ngasihtau namanya ke cewek ini. Tapi, kok...

Rayzi melangkahkan kakinya sedikit menjauh.

'Ini pasti orang yang diperingatkan mama untuk menjauh. Dia pasti tukang hipnotis... Mukanya aja muter-muter... Aku harus mengambil semprotan mata yang bikin pedes-pedes itu...' batinnya, masih menjauh. Shintya menatapnya bingung.

Rayzi meraba kantongnya. Adanya aromaterapi. Fakin aromaterapi.

Rayzi ingin berlari, tapi tiba-tiba di luar hujan. Tapi ia tidak peduli. Rayzi berlari sekencang angin, menerobos tetesan-tetesan air itu, keluar dari pagar sekolah, secara tidak sengaja cabut. Lolos dari satpam. Klise sekali untuk film romantis. Tidak, tidak ada bus yang menabraknya, apalagi naga yang menabraknya. Tidak, Indonesia, tidak.

Shintya meneriakkan namanya, "RAYZI-CHAN!!!"

Rayzi menoleh ke belakang, matanya membelalak, Shintya dengan rambut lepeknya mengejarnya!

"JANGAN IKUTIN GUAAA SETAN!!!!!!!"

"SIAPA YANG SETAN?! DIMANA SETANNYA?!!!! AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

Shintya lari ngebalap Rayzi.

"ADA SETAN?! AAAAAAAAAAAAAAA!!!" Rayzi makin takut, lari ngebalap Shintya.

"HAH ADA?! AAAAAAAA!!!!!" Terus saja begini sampai Cinta Fitri mulai season baru lagi.

Rayzi memang tidak ditabrak bus, truk, atau naga, tapi dia disambar petir. Yailah kesel w nulisnya

"KYAAAAAAAA!!!" Rayzi berteriak.

Shintya menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke arah Rayzi.

"Rayzi-chan!!!!"

Sambaran petir itu berhenti, botol minum Maruko dan tupperwarenya jatuh, menumpahkan seluruh nasi goreng telor mata sapinya.

Shintya berlari ke arah Rayzi, kemudian memungut nasi gorengnya.

"Sayang, lumayan buat makan di kosan"

Rayzi membuka matanya, "Anjir, tolong gua nyet"

"Lah, ngapain gua nolong lu!"

"Gua kesamber petir! Pasti badan gw ada yang salah!"

"Lah ini lu gapapa!"

"Nah aneh kan gua gapapa! Pasti gua kenapa-napa ini!"

Kemudian petir lain menyambar Rayzi.

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA SENPAI!!!"

Entah kenapa ada embel-embel senpai.

Shintya menutup tupperwarenya, "Ji, sendoknya mana?"

Rayzi membuka matanya lagi, "Mandul lu yak! Gua kesamber dua kali nyet!"

Shintya ngangguk, "Bunda paham, Bunda lihat sendiri, tapi Bunda butuh sendok saat ini,"

Rayzi mau nonjok Shintya

Tapi petir lain kembali menyambar,

"ANJIRDAH KENAPA GA SHINTYA YANG DISAMBER"

Shintya ngambil botol minum Maruko-nya Rayzi. "Buat gua yak!" tengil.

"Eeeeeh jangan :("

"Yaudah, cepet bangun!"

"Gabisa... gue kayaknya ini udah mati kesamber tiga kali..."

Shintya berdecak kesal, "Gabakal lah, lo kan anak Zeus!"

 Rayzi terdiam sejenak.

Shintya nae-nae

"Cewe sinting lu ya!" Rayzi menunjuk Shintya.

Shintya berhenti nae nae, "Lah kaga apaansi! Serius gua! Gua anak Poseidon!"

"HAH? KOK LU TAMBAH GADANTA DAH!"

"Serius gua!! Menurut lu kenapa gua disini?!"

"Mana gw ngurusin!"

"Gua diutus sama temen-temen anyink gua ke sini buat jemput lu! Kita udah nyari lu lama banget, akhirnya ketemu! Taunya lu fans Maruko kek w!"

"NGGAK. LO BOONG. LO. BULSIT. Gue harus balik ketemu mak gw!!!!"

"Menurut lo kenapa lo bisa tahan sama samberan petir, he?!"

"Karena Allah Maha Besar, Shintya!"

"SUBHANALLAH RAYZI!"

"YA! SEMUA DUKUNG RAYZI"

Ketika Shintya berulangkali mencoba meyakinkan Rayzi bahwa dia adalah setengah Dewa dan dia adalah anak Zeus, Rayzi pun berulangkali menepis pernyataan itu, berjalan menjauh seperti kamu. Terkadang datang, terkadang pergi. Sesuka hatimu. #tumblr


Tiba-tiba, sebuah cahaya muncul di hadapan mereka berdua.

Shintya panik, "Mampus gw!!"

Rayzi di sampingnya lebih panik lagi "KENAPAA"


Kemudian cahaya itu ngentutin dua makhluk dengan baju serba putih. Iya, seragam putih-putih sekolah Rayzi juga.

Rayzi mengernyit, "Kalian siapa?!"


Kedua makhluk itu, yang satu laki-laki, yang satu perempuan, menatap Rayzi dengan tatapan (sok) berkuasa. ((((Senior. Senior. Senior.))))

Yang pria melipat lengannya di depan dada bidangnya.

 Badannya kekar, giginya kekar, alisnya kekar. Semua kekar.



 Rayzi takut.  Dia merasa malu karena dirinya bahkan gabisa bobo tanpa boneka salamander.

"Nama gue Ivan. Gue anak dari Ares, Dewi Perang. Jadi gue suka kekerasan."

Kemudian yang perempuan, badannya seperti cilor. Rambutnya lurus namun lebih pendek dari Shintya.

"Nama gue Mira. Gue anak dari Apollo, Dewa Kesenian. Jadi gue suka pipis."

Ivan mengangkat dagunya.

"Disini kami ingin mengambil alih tugas Shintya yang sepertinya malah bermain-main. Saya gasuka. Saya mau ini menjadi hal yang diseriuskan." ujar Ivan.

Shintya berontak, "Apasih van! Gue ga main main!! Ini si Rayzinya aja yang kaga percaya!"

Ivan mengangkat alisnya yang kekar itu, "Lo. Bulshit binggo" tepis Ivan. "Gue bingung kenapa lo bisa jadi anak Poseidon, padahal lo selengean gini, nyelesain satu tugas simpel aja gabisa."

"Jaga bibir lo ya Ivan." seru Shintya, marah. Rayzi dapat merasakan perubahan aura Shintya yang drastis. Seolah-olah Chibi Maruko-chan nya hilang dan kini dia memiliki aura Dobby dari Harry Potter.











"Lawan aku, Ivan!"
"Lo gatau siapa gue?!"

Jangan berantem plis


Saatnya lari!

Ketika Rayzi hendak berlari, Ivan menonjok perutnya.


Rayzi langsung pingsan.


Mira menghela napas, "Goblok kan. Dibilang jangan nyakitin dia."

Ivan panik, "Eh, gimana dong... Gue gabisa menahan hasrat nonjok orang..."

Shintya tertawa, "Sudah kuduga kau akan menyakitinya, Ivan! Kau lebih buruk darikku!"

Ivan nonjok Shintya


Shintya pingsan.


Jadi ada dua orang yang pingsan.

Mira mau bunuh Ipan.


"Gue gamau bawa Shintya, rambutnya banyak kecebong. Gue juga gamau bawa Rayzi. Lo tanggung jawab."

Kemudian Mira menghilang duluan ke angkasa.



Ivan menyesali tindakannya tapi dia tidak bisa berbuat apapun untuk menebus semua ini. Ah... (sudah tidak tahu mau menulis apa)


------------------------





Rayzi terbangun di sebuah ruangan yang gelap, namun sangat megah.

Rayzi mengucek-ngucek matanya seraya menegakkan tubuhnya. Ia mulai merasa mual, ia mencari aromatherapy miliknya, namun ia tidak bisa menemukannya.

"... Jimat gw mana jir mau muntah..."

 Ketika dia berkata seperti itu, tiba-tiba, seseorang mendobrak pintu ruangan. Rayzi terkejut


Ternyata itu adalah Shintya.


Namun, ia sedikit berbeda, ia tidak menggunakan baju sekolah, namun lebih ke baju ikan

Kau sudah bangun Rayzi?

Rayzi meneguk ludahnya


Shintya lebih cantik jika berpakaian seperti itu


Rayzi mengalihkan pandangannya, membaca istigfar yang banyak

Shintya mengesot-ngesotkan kakinya yang terbalut sirip-sirip yang maksa, "Rayzi?"


Rayzi kembali memandang wajah Shintya, tersenyum, "Menurutlu nying?"


"Lu udah 4 hari pingsan sarap. Pempers lu diganti terus sama si Ipan bego, katanya sebagai pria baik dia harus bertanggung jawab,"

Rayzi memegang pantatnya. Iya, pantesan daritadi kresek-kresek taunya pemper.

Rayzi memandang sekitar, "Kita dimana shin?"

Shintya ikut memandang sekitar, mukanya mengobservasi, bibirnya monyong-monyong, jari telunjuk dan ibu jarinya mengapit dagunya. Dia merasa sangat seksi ketika dia melakukan hal tersebut.

Ya, Rayzi berpikiran bahwa Shintya seksi ketika menggunakan kemeja(?) ikan itu.

Belum sempat Shintya menjawab (((emang dia gatau))), pintu itu kembali di dobrak. Kini menampilkan dua manusia yang baru baru ini sangat dibenci Rayzi.


Ivan dan Mira.


"Eh, si anak pempers udah bangun" ledek Mira kepada Rayzi yang masih muka bantal.

Rayzi memalingkan wajahnya, kesal.

Seperti Shintya, Mira dan Ivan tidak menggunakan seragam sekolah lagi, tapi kostum khas milik mereka sendiri.

Yas, i look so badass over here come on fight me y all


Ya, Ivan bawa kuda



Namun, tak hanya mereka berdua, di belakangnya terdapat tiga wanita cantik yang bersinar-sinar sampai ingus Rayzi embel-embel


Yang satu terlihat jayus, karena dia tertawa cekikikan sendiri saat berjalan ketika kedua kawannya menatapnya jijik.

Yang satu jidatnya lebih lebar dari GBK, namun memantulkan sinar yang lebih bercahaya dari masa depan Rayzi

Yang satu menatap Rayzi jutek sambil ngemil mur dan kunci inggris. Di sekitar tubuhnya dicantolin beban seberat 25kg.


yang jidatnya lebar


Yang jayus (serem)

yang aneh


"Kalian siapa?!" Rayzi berteriak


Yang jidatnya bersinar menggelengkan kepalanya, "Benarkah ini anak dari Zeus? Sepertinya dia gapunya sopan santun." ujarnya pelan.

Yang ngemilin kunci inggris mengangguk, "Saya tidak suka caranya berbicara,"

Yang jayus ketawa, "HAHAHAHAHAHA RAYZIIII LUCU BANGEEEEET! Pasti anaknya Zeus! HIHIHIHIHIHIHI! Eh gue punya cerita! Kan tadi gue lagi cerita sama Shintya, terus, Shintya keentuuuutt!! HAHAHA LUCU BANGEEET HAHAHAHA!"

Rayzi diam.

Semua diam.


Kemudian, Ivan nonjok dia.

Dia pingsan.


Badannya kerempeng soalnya. Kayaknya livernya bocor.


"IVAN!! Kenapasih!" seru yang jidatnya lebar.

"YAAMPUN GUE GASENGAJAA!!!"


Ivan dikeluarkan dari geng the Blitzstar.



Sejak kapan dibentuk yayasan itu.



Kemudian, Bunga berdehem, "Rayzi Rizqika, saya tidak yakin kamu anak Zeus atau bukan-"

"BENER! DIA ANAK ZEUS! KESAMBER PETIR BERKALI KALI KAGA MATI!!!" potong Shintya semangat. Bunga menggelengkan kepalanya.


"Dik Tya, tidak baik memotong pembicaraan orang lain. Dengarkan saya dulu." Setelah Shintya diberikan morfin agar tenang, Bunga melanjutkan,

"Saya Bunga Mentari, anak dari Athena, Dewi Kebijaksanaan. Di sebelah saya, yang lagi ngremus kunci inggris, adalah Sarah Putri, anak dari Hera, Dewi Kewanitaan. Makanya dia suka menunjukkan emansipasi wanitanya dengan menjadi berotot. Lalu yang pingsan barusan, Delia Astrid, anak dari Aphrodite, Dewi Kecantikan. Namun sayang sekali, dia sangat jayus. Dia hampir terbunuh berkali-kali oleh Ivan. Ini kali ke 99-nya."

Rayzi mengangguk-ngangguk, tetap bingung.

 'Lalu... kenapa kalian menculik aku kesini?" tanya Rayzi dengan nada imut


Bunga menggeleng-gelengkan kepalanya. Ini orang hobi geleng pesimis juga. "Rayzi, Rayzi. Kamu jangan sok imut begitu." ujarnya bijak. "Begini, saya jelaskan, karena kamu dan Shintya adalah anak dari Dewa Tertua, jadi kalian sangat diincar oleh musuh. Kalian akan dihancurkan dan dimusnahkan dari bumi ini."

Rayzi membelalakkan matanya, "APA?!!!" Rayzi menutup mulutnya dengan tangannya, setitik air mata terlihat di pelupuk matanya, perlahan-lahan jatuh ke pipinya. Ia merasakan remuk di sekujur tubuhnya. Semuanya tampak blur, kecuali wajah Shintya yang mosaic.

Napas Rayzi tersengal-sengal, masih tidak percaya dengan perkataan Bunga tadi.

"Saya tahu ini berat, Nak Rayzi..."

"Tapi kenapa aku, Bunga?! Kenapa?!"

"Karena kamu adalah anak Zeus... Hanya kamulah yang dapat menyelamatkan kami dari serangan duo chocobo..." jelas Mira kepada Rayzi, dramatis.


Rayzi memasang tampang bingung , "Duo chocobo?"

Sarah mengangguk, lebih dramatis lagi, dia melotot, "Ya. Duo chocobo. Vito, anak dari Dewa Hades, Dewa Kematian, dan Made, anak dari Dewa Hephaestus, Dewa Api."

Rayzi menggelengkan kepalanya. "Apa mereka sepasang suami istri?"

"Mereka adalah sepasang kekasih yang sangat cocok. Tapi sayangnya, mereka ingin menguasai dunia. Tapi, untuk melakukan itu, Vito, yang menjadi otak dari rencana itu, harus menyingkirkan kamu dan Shintya. Karena itulah, kami menculik kamu."

"Shintya juga diculik?"

"Tidak, dia inisiatif datang sendiri. Awalnya dia mengaku-ngaku hamil anaknya Ivan karena dia ingin mendapat emas dari sini. Tapi setelah dilihat-lihat, wajahnya mirip ikan. Kami melakukan tes, ternyata benar dia anak Poseidon."

Rayzi menganggukan kepalanya.

Sarah mengangkat dagunya, sok tegas. "Jadi, Rayzi. Apakah kamu akan membantu kami mengalahkan pasangan itu?"

Rayzi berpikir sejenak.


"Rayzi tanya mama dulu ya"

-----------------------

PRANG!!!!!!








 



Seorang wanita langsung turun terburuburu dari tangga yang terbuat dari beton di sebuah rumah yang gelap seperti di dalam sebuah goa.

Pitok?! Ada apa pitok?!


 "Pitok?! Ada apa Pitok?!" seru Made dengan suara seperti ayam.

Vito mengepalkan jarinya, wajahnya merah, menahan amarah.

Vito sebel, Made


 "... Bunga Mentari telah menemukan Rayzi Rizqika... Kita terlambat..."

Mata Made melotot, hidung Made kembang kempis, tangan Made tiba-tiba tremor.





"Darimana kau tahu itu?!"


"Aku melihatnya sendiri. Ketika aku hendak menjemput Rayzi dari sekolahnya dengan berpura-pura menjadi abang gojek, tiba-tiba aku melihat dirinya ditonjok oleh Ivan, si laki-laki bersusu itu. Dan mereka membawanya, Made. Mereka... Mereka membawanya... Akh!"

Vito menutup wajahnya dengan kedua tangannya, kemarahan sudah memuncak.

Made menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia kesal. Namun, salah satu harus menjadi air dingin di suasana seperti ini.

Made merangkul Vito dari belakang, kemudian memijat pelan pundaknya (omg gw muntah nulisnya im sorry pak wayan dan pak tirton:( )

Astaga salah bgt gua milih face in hole ini


"... Sayang, sudah, jangan marah-marah, nanti jadi tambah jelek... Aku gamau keturunan kita jelek"

"Tapi...-"


"SSSSHHHH" Made mendiamkan Vito dengan jempol kakinya, "...sudah, sekarang, daripada kita marah-marah, lebih baik kita serang saja markas mereka, kita ambil Rayzi, kita hasut dia untuk bergabung dengan kita."

Vito tersenyum jahat, menyingkirkan sikil Made dari mulutnya, "Bagaimana kalau kita menculik Shintya juga? Siapa tahu dia berguna,"

Made mengernyitkan dahinya, "Bukankah walaupun dia anak Poseidon, dia takut air? Dia pernah tenggelem di akuarium kan?"

Vito menggelengkan kepalanya, "Made, rumah kita ini banyak sarang laba-laba. Kita butuh seseorang untuk membersihkannya."

Made melotot, kemudian mengangguk ngangguk, "OOOO IYA IYA IYA OKE OKE"


https://blog.clubcarlson.com/wp-content/uploads/2014/04/shutterstock_129314522-1024x876.jpg


"... Jadi bagaimana kita menyerangnya?"


Vito tersenyum jahat.


"Malam ini kita serbu markasnya. Kita sekap anggota mereka yang paling ringkih dan yang paling dibenci Ivan agar meminimalisir ketahuan oleh si tukang pukul itu."


Made mengernyit, "Siapa yang akan kita culik?"


Vito tertawa jahat. "Delia Astrid si jayus. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHA"

Made ikut ketawa, "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"


"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"


"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"


Tunggu kami.




TO BE CONTINUED




Maap. Lagi frustasi. Jadi gajelas. Byeee