I still feel the wind which washed over my body. I still hear the sound
of trumpets, drums, and strings. I still remember how everybody sing along
together. I still feel the pillow which is so uncomfortable but took me to a
sweet dream. I still hear the laughing voices to every jokes we made. I still
remember how we stay awake at night. I remember the voices of the most patience
mentors. I remember when we talked with new people, and making new friends. I
even remember the last day, when we refused to go home.
Ya,
euforia. Setelah adik saya mencoba membunuh kami berdua dengan menerbangkan motornya ketika ada
polisi tidur, saya langsung keluar kalimat kalimat yang sejujurnya saya ga
ngerti artinya apa.
26
September 2013, hari Kamis, tepatnya, saya dan Swarna Gita 39 menjadi salah
satu sekolah yang paduan suaranya dipilih untuk bernyanyi pada upacara
Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya—yang tentunya disaksikan langsung oleh
presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
Dan
pada hari itu, kami dikirim untuk…………….karantina 5 hari!!!! Apa artinya?
DISPENSASI!!!!!!!!!!!!!!
Makin
bego dah abis dispen tiga kali kemaren. Pak Gusriwan, guru Kimia saya, kayaknya
sampe shalawatan gara-gara saya, Monic, dan Chandra ga ngerti apa-apa.
Pada
kesempatan yang tidak berbahagia ini (karena saya eksperimen memasak ternyata
fail total), saya akan berbagi kisah saya yang gabakal saya lupain tentang
karantina di Padepokan Pencak Silat.