Laman

Tampilkan postingan dengan label friends. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label friends. Tampilkan semua postingan

23 Jun 2016

Bandung v.0.0.1

Jadi, tanggal 20 Januari-22 Januari lalu ((((((iya lama bgt yak 4 bulan lalu)))))))), saya melaksanakan trip bersama teman-teman yang tak lain dan tak bukan adalah peliharaan-peliharaan saya sendiri.

Iya, liburan kemarin yang sangat singkat itu membuat saya malas untuk menulis, karena sisa-sisa liburan yg tinggal seumprit itu dipake buat meratapi kalo bentar lagi masuk kuliah. Iya, saya adalah anak yang malas kuliah. Meskipun begitu, dari banyak jatah bolos (((cuman 4 sik sebenernya.))), saya cuma pake sekali. Sisanya.................gue dbd anjeng. Pas mau UAS tekomarsin lagi.

FYI, tekomarsin itu adalah mata kuliah di Arsitektur Interior yang kalo masuk sini, mentalnya harus lebih siap drpd ketemu setan. Mksh.

Ya lupakan semua itu, setelah 4 bulan saya berjuang bersimbah darah, akhirnya ketemu juga sama liburan 3 bulan yang sangat kurang panjang ini, I need 12 months holiday.

Jadi, untuk menebus dosa semester lalu, saya tiba-tiba teringat betapa begonya trip Venyu kemaren, dan pengen ngeshare di blog, karena udah lama juga ga nulis, udah lupa rasanya disayang(?) #sumpahdibajakshintya.


8 Jan 2016

The 9 Demigods (Part 1)

Rayzi Rizqika hanyalah seorang anak laki-laki biasa.

Setidaknya dari dulu dia percaya begitu.

Setiap hari ketika berangkat ke sekolah, dia selalu menggosok perutnya dengan minyak telon Cussons yang botolnya kecil. Di saku celananya selalu tersimpan aromatherapy. Rayzi memiliki antibodi yang sangat minim, jadi mudah terserang penyakit.

Teman-temannya mengetahui kebiasaan muntah tiba-tibanya kalau sedang berbicara face to face. Bahkan jika presentasi, kalau angin AC-nya di swing, dia suka muntah. Sehingga nilainya langsung 50. Tapi emang nilai aslinya segitu.

Rayzi sangat kesepian di masa-masa SMA-nya.

Setiap dia ke kantin, jajan makanan menggunakan dollar, dia diusir ibu-ibu kantinnya. Rayzi akhirnya selalu membawa bekal dari rumah menggunakan Tupperware warna tosca dengan botol minum bergambar Chibi Maruko-chan dan kakeknya sedang minum greentea. Ya, gambarnya mesti begitu.

Namun, semua temannya di sekolahnya akan menjauhinya ketika Rayzi dengan cengiran baby chicken facenya bergabung di meja mereka.

Mereka akan meliriknya dengan hina, kemudian menjauh. Tidak lupa menarik meja dan kursinya juga menjauh.

Rayzi akan terbaring lemah di lantai dengan tupperware tosca dan botol minum maruko-kakek itu.

Dengan wajah sedih, ia mengalungkan botol minum marukonya, menatap teman-temannya yang tidak meliriknya kembali sama sekali, kemudian menghela napas, dan berjalan menjauh. Ia memilih meja kosong yang sudah usang di pojok kantin.

Dia membuka tupperwarenya, menampakkan nasi goreng kesukaannya buatan mamanya. Rayzi cengar-cengir. Ia meletakkan botol minum maruko-nya di samping tempat makannya, ia menatapnya dengan senyum lebar.

"Hanya kita bertiga, Maruko, Kakek," ujarnya, tertawa kecil. Maruko dan Kakeknya tidak merespon.

Senyum Rayzi memudar tiba-tiba.

"Anying gabawa sendok." kutuknya pelan.

Rayzi menutup wajahnya, kesal. Sial banget sih aku setiap hari. Ada apa denganku sih?

"Kamu kenapa sendirian disini?"

Rayzi mengangkat wajahnya, mata hitamnya bertemu dengan sepasangnya yang lain.

Seorang wanita berambut panjang yang wajahnya tidak begitu keliatan--entah karena backlight atau emang mukanya gelap.

"Siapa kau?" tanyanya penasaran. Rayzi membenarkan jambulnya.

Kemudian semakin lama, wajahnya muncul. Rayzi terkejut. Kenapa dia terkejut.

Wanita itu tersenyum manis pada Rayzi yang masih menatapnya kaget.

"Gue Shintya coy, anak baru disini. Gue daritadi dikejar-kejar cowok-cowok sekolah ini nih, alay banget sih mereka. Jadi gue kesini deh! Soalnya kayaknya lo doang yang gak alay, hehe"

 Wanita berambut panjang itu tertawa manis. Tawanya bagaikan setruman listrik bagi kuping Rayzi yang sensitif. Rayzi tersenyum awkward. Baru kali ini ada orang yang menyebutnya 'paling tidak alay'. Padahal dia dapet angket teralay di sekolah.

Shintya memecah keheningan antar mereka, "Eh, gue boleh duduk sini ga?"

"Engggggggggh.... I-iya, boleh, kok..." ujar Rayzi terbata-bata, menggeser pantatnya agar Shintya bisa duduk.

"Ih, lucu binggo!" Shintya menunjuk botol minum Maruko dan Kakeknya itu. Rayzi tersenyum,

"Iya, gemesin ya"

"Ihhh gue suka banget sama Maruko! Gilaaak lu ya!" Shintya toyol kepala Rayzi. Rayzi tiba-tiba memasang wajah takut, "kayaknya kita jodoh dah!"

Rayzi makin takut, "Enggghh... Ini Maruko dari mamah..."

"Oalah, jadi lo bukan fans Maruko?"

Rayzi menggeleng.

Realita, di setiap sudut kamarnya terdapat ;




Sangat bukan fans.


"Hmmm sayang binggo" ujar Shintya kemudian.

Merasa suasana sudah mulai kentang, Rayzi menutup tupperwarenya, mengalungkan botol minumnya, dan berdiri dari kursinya. Shintya mendongakkan kepalanya.

Ini memanjangkan leher jir.


 "Mau kemana?"

"Engggh... Aku mau ngencing dulu..."

"Oh. Ikut dong!"

Ebuset kuntilanak. "Kok ikut...?"

"Gapapa, biar saik berdua."

"Kencing aku kuning lho..."

"Kencing gue biru kok zi. SlawWsWs." ujar Shintya dengan sweg.

Rayzi sweatdropped.

Tunggu.

Rayzi kan belum ngasihtau namanya ke cewek ini. Tapi, kok...

Rayzi melangkahkan kakinya sedikit menjauh.

'Ini pasti orang yang diperingatkan mama untuk menjauh. Dia pasti tukang hipnotis... Mukanya aja muter-muter... Aku harus mengambil semprotan mata yang bikin pedes-pedes itu...' batinnya, masih menjauh. Shintya menatapnya bingung.

Rayzi meraba kantongnya. Adanya aromaterapi. Fakin aromaterapi.

Rayzi ingin berlari, tapi tiba-tiba di luar hujan. Tapi ia tidak peduli. Rayzi berlari sekencang angin, menerobos tetesan-tetesan air itu, keluar dari pagar sekolah, secara tidak sengaja cabut. Lolos dari satpam. Klise sekali untuk film romantis. Tidak, tidak ada bus yang menabraknya, apalagi naga yang menabraknya. Tidak, Indonesia, tidak.

Shintya meneriakkan namanya, "RAYZI-CHAN!!!"

Rayzi menoleh ke belakang, matanya membelalak, Shintya dengan rambut lepeknya mengejarnya!

"JANGAN IKUTIN GUAAA SETAN!!!!!!!"

"SIAPA YANG SETAN?! DIMANA SETANNYA?!!!! AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

Shintya lari ngebalap Rayzi.

"ADA SETAN?! AAAAAAAAAAAAAAA!!!" Rayzi makin takut, lari ngebalap Shintya.

"HAH ADA?! AAAAAAAA!!!!!" Terus saja begini sampai Cinta Fitri mulai season baru lagi.

Rayzi memang tidak ditabrak bus, truk, atau naga, tapi dia disambar petir. Yailah kesel w nulisnya

"KYAAAAAAAA!!!" Rayzi berteriak.

Shintya menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke arah Rayzi.

"Rayzi-chan!!!!"

Sambaran petir itu berhenti, botol minum Maruko dan tupperwarenya jatuh, menumpahkan seluruh nasi goreng telor mata sapinya.

Shintya berlari ke arah Rayzi, kemudian memungut nasi gorengnya.

"Sayang, lumayan buat makan di kosan"

Rayzi membuka matanya, "Anjir, tolong gua nyet"

"Lah, ngapain gua nolong lu!"

"Gua kesamber petir! Pasti badan gw ada yang salah!"

"Lah ini lu gapapa!"

"Nah aneh kan gua gapapa! Pasti gua kenapa-napa ini!"

Kemudian petir lain menyambar Rayzi.

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA SENPAI!!!"

Entah kenapa ada embel-embel senpai.

Shintya menutup tupperwarenya, "Ji, sendoknya mana?"

Rayzi membuka matanya lagi, "Mandul lu yak! Gua kesamber dua kali nyet!"

Shintya ngangguk, "Bunda paham, Bunda lihat sendiri, tapi Bunda butuh sendok saat ini,"

Rayzi mau nonjok Shintya

Tapi petir lain kembali menyambar,

"ANJIRDAH KENAPA GA SHINTYA YANG DISAMBER"

Shintya ngambil botol minum Maruko-nya Rayzi. "Buat gua yak!" tengil.

"Eeeeeh jangan :("

"Yaudah, cepet bangun!"

"Gabisa... gue kayaknya ini udah mati kesamber tiga kali..."

Shintya berdecak kesal, "Gabakal lah, lo kan anak Zeus!"

 Rayzi terdiam sejenak.

Shintya nae-nae

"Cewe sinting lu ya!" Rayzi menunjuk Shintya.

Shintya berhenti nae nae, "Lah kaga apaansi! Serius gua! Gua anak Poseidon!"

"HAH? KOK LU TAMBAH GADANTA DAH!"

"Serius gua!! Menurut lu kenapa gua disini?!"

"Mana gw ngurusin!"

"Gua diutus sama temen-temen anyink gua ke sini buat jemput lu! Kita udah nyari lu lama banget, akhirnya ketemu! Taunya lu fans Maruko kek w!"

"NGGAK. LO BOONG. LO. BULSIT. Gue harus balik ketemu mak gw!!!!"

"Menurut lo kenapa lo bisa tahan sama samberan petir, he?!"

"Karena Allah Maha Besar, Shintya!"

"SUBHANALLAH RAYZI!"

"YA! SEMUA DUKUNG RAYZI"

Ketika Shintya berulangkali mencoba meyakinkan Rayzi bahwa dia adalah setengah Dewa dan dia adalah anak Zeus, Rayzi pun berulangkali menepis pernyataan itu, berjalan menjauh seperti kamu. Terkadang datang, terkadang pergi. Sesuka hatimu. #tumblr


Tiba-tiba, sebuah cahaya muncul di hadapan mereka berdua.

Shintya panik, "Mampus gw!!"

Rayzi di sampingnya lebih panik lagi "KENAPAA"


Kemudian cahaya itu ngentutin dua makhluk dengan baju serba putih. Iya, seragam putih-putih sekolah Rayzi juga.

Rayzi mengernyit, "Kalian siapa?!"


Kedua makhluk itu, yang satu laki-laki, yang satu perempuan, menatap Rayzi dengan tatapan (sok) berkuasa. ((((Senior. Senior. Senior.))))

Yang pria melipat lengannya di depan dada bidangnya.

 Badannya kekar, giginya kekar, alisnya kekar. Semua kekar.



 Rayzi takut.  Dia merasa malu karena dirinya bahkan gabisa bobo tanpa boneka salamander.

"Nama gue Ivan. Gue anak dari Ares, Dewi Perang. Jadi gue suka kekerasan."

Kemudian yang perempuan, badannya seperti cilor. Rambutnya lurus namun lebih pendek dari Shintya.

"Nama gue Mira. Gue anak dari Apollo, Dewa Kesenian. Jadi gue suka pipis."

Ivan mengangkat dagunya.

"Disini kami ingin mengambil alih tugas Shintya yang sepertinya malah bermain-main. Saya gasuka. Saya mau ini menjadi hal yang diseriuskan." ujar Ivan.

Shintya berontak, "Apasih van! Gue ga main main!! Ini si Rayzinya aja yang kaga percaya!"

Ivan mengangkat alisnya yang kekar itu, "Lo. Bulshit binggo" tepis Ivan. "Gue bingung kenapa lo bisa jadi anak Poseidon, padahal lo selengean gini, nyelesain satu tugas simpel aja gabisa."

"Jaga bibir lo ya Ivan." seru Shintya, marah. Rayzi dapat merasakan perubahan aura Shintya yang drastis. Seolah-olah Chibi Maruko-chan nya hilang dan kini dia memiliki aura Dobby dari Harry Potter.











"Lawan aku, Ivan!"
"Lo gatau siapa gue?!"

Jangan berantem plis


Saatnya lari!

Ketika Rayzi hendak berlari, Ivan menonjok perutnya.


Rayzi langsung pingsan.


Mira menghela napas, "Goblok kan. Dibilang jangan nyakitin dia."

Ivan panik, "Eh, gimana dong... Gue gabisa menahan hasrat nonjok orang..."

Shintya tertawa, "Sudah kuduga kau akan menyakitinya, Ivan! Kau lebih buruk darikku!"

Ivan nonjok Shintya


Shintya pingsan.


Jadi ada dua orang yang pingsan.

Mira mau bunuh Ipan.


"Gue gamau bawa Shintya, rambutnya banyak kecebong. Gue juga gamau bawa Rayzi. Lo tanggung jawab."

Kemudian Mira menghilang duluan ke angkasa.



Ivan menyesali tindakannya tapi dia tidak bisa berbuat apapun untuk menebus semua ini. Ah... (sudah tidak tahu mau menulis apa)


------------------------





Rayzi terbangun di sebuah ruangan yang gelap, namun sangat megah.

Rayzi mengucek-ngucek matanya seraya menegakkan tubuhnya. Ia mulai merasa mual, ia mencari aromatherapy miliknya, namun ia tidak bisa menemukannya.

"... Jimat gw mana jir mau muntah..."

 Ketika dia berkata seperti itu, tiba-tiba, seseorang mendobrak pintu ruangan. Rayzi terkejut


Ternyata itu adalah Shintya.


Namun, ia sedikit berbeda, ia tidak menggunakan baju sekolah, namun lebih ke baju ikan

Kau sudah bangun Rayzi?

Rayzi meneguk ludahnya


Shintya lebih cantik jika berpakaian seperti itu


Rayzi mengalihkan pandangannya, membaca istigfar yang banyak

Shintya mengesot-ngesotkan kakinya yang terbalut sirip-sirip yang maksa, "Rayzi?"


Rayzi kembali memandang wajah Shintya, tersenyum, "Menurutlu nying?"


"Lu udah 4 hari pingsan sarap. Pempers lu diganti terus sama si Ipan bego, katanya sebagai pria baik dia harus bertanggung jawab,"

Rayzi memegang pantatnya. Iya, pantesan daritadi kresek-kresek taunya pemper.

Rayzi memandang sekitar, "Kita dimana shin?"

Shintya ikut memandang sekitar, mukanya mengobservasi, bibirnya monyong-monyong, jari telunjuk dan ibu jarinya mengapit dagunya. Dia merasa sangat seksi ketika dia melakukan hal tersebut.

Ya, Rayzi berpikiran bahwa Shintya seksi ketika menggunakan kemeja(?) ikan itu.

Belum sempat Shintya menjawab (((emang dia gatau))), pintu itu kembali di dobrak. Kini menampilkan dua manusia yang baru baru ini sangat dibenci Rayzi.


Ivan dan Mira.


"Eh, si anak pempers udah bangun" ledek Mira kepada Rayzi yang masih muka bantal.

Rayzi memalingkan wajahnya, kesal.

Seperti Shintya, Mira dan Ivan tidak menggunakan seragam sekolah lagi, tapi kostum khas milik mereka sendiri.

Yas, i look so badass over here come on fight me y all


Ya, Ivan bawa kuda



Namun, tak hanya mereka berdua, di belakangnya terdapat tiga wanita cantik yang bersinar-sinar sampai ingus Rayzi embel-embel


Yang satu terlihat jayus, karena dia tertawa cekikikan sendiri saat berjalan ketika kedua kawannya menatapnya jijik.

Yang satu jidatnya lebih lebar dari GBK, namun memantulkan sinar yang lebih bercahaya dari masa depan Rayzi

Yang satu menatap Rayzi jutek sambil ngemil mur dan kunci inggris. Di sekitar tubuhnya dicantolin beban seberat 25kg.


yang jidatnya lebar


Yang jayus (serem)

yang aneh


"Kalian siapa?!" Rayzi berteriak


Yang jidatnya bersinar menggelengkan kepalanya, "Benarkah ini anak dari Zeus? Sepertinya dia gapunya sopan santun." ujarnya pelan.

Yang ngemilin kunci inggris mengangguk, "Saya tidak suka caranya berbicara,"

Yang jayus ketawa, "HAHAHAHAHAHA RAYZIIII LUCU BANGEEEEET! Pasti anaknya Zeus! HIHIHIHIHIHIHI! Eh gue punya cerita! Kan tadi gue lagi cerita sama Shintya, terus, Shintya keentuuuutt!! HAHAHA LUCU BANGEEET HAHAHAHA!"

Rayzi diam.

Semua diam.


Kemudian, Ivan nonjok dia.

Dia pingsan.


Badannya kerempeng soalnya. Kayaknya livernya bocor.


"IVAN!! Kenapasih!" seru yang jidatnya lebar.

"YAAMPUN GUE GASENGAJAA!!!"


Ivan dikeluarkan dari geng the Blitzstar.



Sejak kapan dibentuk yayasan itu.



Kemudian, Bunga berdehem, "Rayzi Rizqika, saya tidak yakin kamu anak Zeus atau bukan-"

"BENER! DIA ANAK ZEUS! KESAMBER PETIR BERKALI KALI KAGA MATI!!!" potong Shintya semangat. Bunga menggelengkan kepalanya.


"Dik Tya, tidak baik memotong pembicaraan orang lain. Dengarkan saya dulu." Setelah Shintya diberikan morfin agar tenang, Bunga melanjutkan,

"Saya Bunga Mentari, anak dari Athena, Dewi Kebijaksanaan. Di sebelah saya, yang lagi ngremus kunci inggris, adalah Sarah Putri, anak dari Hera, Dewi Kewanitaan. Makanya dia suka menunjukkan emansipasi wanitanya dengan menjadi berotot. Lalu yang pingsan barusan, Delia Astrid, anak dari Aphrodite, Dewi Kecantikan. Namun sayang sekali, dia sangat jayus. Dia hampir terbunuh berkali-kali oleh Ivan. Ini kali ke 99-nya."

Rayzi mengangguk-ngangguk, tetap bingung.

 'Lalu... kenapa kalian menculik aku kesini?" tanya Rayzi dengan nada imut


Bunga menggeleng-gelengkan kepalanya. Ini orang hobi geleng pesimis juga. "Rayzi, Rayzi. Kamu jangan sok imut begitu." ujarnya bijak. "Begini, saya jelaskan, karena kamu dan Shintya adalah anak dari Dewa Tertua, jadi kalian sangat diincar oleh musuh. Kalian akan dihancurkan dan dimusnahkan dari bumi ini."

Rayzi membelalakkan matanya, "APA?!!!" Rayzi menutup mulutnya dengan tangannya, setitik air mata terlihat di pelupuk matanya, perlahan-lahan jatuh ke pipinya. Ia merasakan remuk di sekujur tubuhnya. Semuanya tampak blur, kecuali wajah Shintya yang mosaic.

Napas Rayzi tersengal-sengal, masih tidak percaya dengan perkataan Bunga tadi.

"Saya tahu ini berat, Nak Rayzi..."

"Tapi kenapa aku, Bunga?! Kenapa?!"

"Karena kamu adalah anak Zeus... Hanya kamulah yang dapat menyelamatkan kami dari serangan duo chocobo..." jelas Mira kepada Rayzi, dramatis.


Rayzi memasang tampang bingung , "Duo chocobo?"

Sarah mengangguk, lebih dramatis lagi, dia melotot, "Ya. Duo chocobo. Vito, anak dari Dewa Hades, Dewa Kematian, dan Made, anak dari Dewa Hephaestus, Dewa Api."

Rayzi menggelengkan kepalanya. "Apa mereka sepasang suami istri?"

"Mereka adalah sepasang kekasih yang sangat cocok. Tapi sayangnya, mereka ingin menguasai dunia. Tapi, untuk melakukan itu, Vito, yang menjadi otak dari rencana itu, harus menyingkirkan kamu dan Shintya. Karena itulah, kami menculik kamu."

"Shintya juga diculik?"

"Tidak, dia inisiatif datang sendiri. Awalnya dia mengaku-ngaku hamil anaknya Ivan karena dia ingin mendapat emas dari sini. Tapi setelah dilihat-lihat, wajahnya mirip ikan. Kami melakukan tes, ternyata benar dia anak Poseidon."

Rayzi menganggukan kepalanya.

Sarah mengangkat dagunya, sok tegas. "Jadi, Rayzi. Apakah kamu akan membantu kami mengalahkan pasangan itu?"

Rayzi berpikir sejenak.


"Rayzi tanya mama dulu ya"

-----------------------

PRANG!!!!!!








 



Seorang wanita langsung turun terburuburu dari tangga yang terbuat dari beton di sebuah rumah yang gelap seperti di dalam sebuah goa.

Pitok?! Ada apa pitok?!


 "Pitok?! Ada apa Pitok?!" seru Made dengan suara seperti ayam.

Vito mengepalkan jarinya, wajahnya merah, menahan amarah.

Vito sebel, Made


 "... Bunga Mentari telah menemukan Rayzi Rizqika... Kita terlambat..."

Mata Made melotot, hidung Made kembang kempis, tangan Made tiba-tiba tremor.





"Darimana kau tahu itu?!"


"Aku melihatnya sendiri. Ketika aku hendak menjemput Rayzi dari sekolahnya dengan berpura-pura menjadi abang gojek, tiba-tiba aku melihat dirinya ditonjok oleh Ivan, si laki-laki bersusu itu. Dan mereka membawanya, Made. Mereka... Mereka membawanya... Akh!"

Vito menutup wajahnya dengan kedua tangannya, kemarahan sudah memuncak.

Made menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia kesal. Namun, salah satu harus menjadi air dingin di suasana seperti ini.

Made merangkul Vito dari belakang, kemudian memijat pelan pundaknya (omg gw muntah nulisnya im sorry pak wayan dan pak tirton:( )

Astaga salah bgt gua milih face in hole ini


"... Sayang, sudah, jangan marah-marah, nanti jadi tambah jelek... Aku gamau keturunan kita jelek"

"Tapi...-"


"SSSSHHHH" Made mendiamkan Vito dengan jempol kakinya, "...sudah, sekarang, daripada kita marah-marah, lebih baik kita serang saja markas mereka, kita ambil Rayzi, kita hasut dia untuk bergabung dengan kita."

Vito tersenyum jahat, menyingkirkan sikil Made dari mulutnya, "Bagaimana kalau kita menculik Shintya juga? Siapa tahu dia berguna,"

Made mengernyitkan dahinya, "Bukankah walaupun dia anak Poseidon, dia takut air? Dia pernah tenggelem di akuarium kan?"

Vito menggelengkan kepalanya, "Made, rumah kita ini banyak sarang laba-laba. Kita butuh seseorang untuk membersihkannya."

Made melotot, kemudian mengangguk ngangguk, "OOOO IYA IYA IYA OKE OKE"


https://blog.clubcarlson.com/wp-content/uploads/2014/04/shutterstock_129314522-1024x876.jpg


"... Jadi bagaimana kita menyerangnya?"


Vito tersenyum jahat.


"Malam ini kita serbu markasnya. Kita sekap anggota mereka yang paling ringkih dan yang paling dibenci Ivan agar meminimalisir ketahuan oleh si tukang pukul itu."


Made mengernyit, "Siapa yang akan kita culik?"


Vito tertawa jahat. "Delia Astrid si jayus. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHA"

Made ikut ketawa, "HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"


"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"


"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"


Tunggu kami.




TO BE CONTINUED




Maap. Lagi frustasi. Jadi gajelas. Byeee


1 Jun 2015

Bebeknya Masih Ada.

Jumat kemarin, saya dan Mama memutuskan untuk mentraktir beberapa teman-teman dan guru-guru di sekolah.

Hitung-hitung, ini sekalian makan-makan terakhir saya sama guru-guru, atau mungkin masih ada kesempatan, sih, cuman pasti kecil banget kesempatannya.

Saya memutuskan mengajak empat guru terdekat saya ; Pak K. Sitinjak, Pak Maurid Panjaitan, Bu Endang Adji, dan Bu Wulandari. Beliau-beliau ini adalah Tim Hore saya di sekolah ketika saya mau menghadapi suatu ujian, Try Out, dan semacamnya. Dan kebetulan saya sudah mengenal mereka dari saya masih embrio di SMA, dan beliau-beliau sangat baik kepadaku, ah, jadi terharu.

Mama mendukung keputusan saya untuk mentraktir beliau-beliau ini. Mengingat saya (Alhamdulillah) sudah dapat PTN, jadi saya banyak waktu luang.

Karena saya dan Mama gaya-gayaan mau nraktir padahal dompet kami tipis, kami bingung.

Akhirnya kami memutuskan ngadalin Papa.

"Ma, traktir dimana, nih, guru-guru?"

"Em, dimana ya, Pizza aja deh!"

Tentu saja guru-guru makan Pizza itu biasa banget. Malah w suruh bayar sendiri kali. (Enggak, ini emang karena dompet gue tipis banget.)

Kemudian, Papa, dengan wajah heroik dan saat itu masih pake kaos oblong abis pulang kerja, menoleh cepat.

"Ngaco kalian. Mana mau guru-guru makan Pizza! Kamu nih ada-ada aja, Mira! Cari yang lebih cocok dikit buat traktir orang-orang yang lebih tua!"

"Apaan dong," saya pura-pura bego. Eh, engga, emang saat itu bego karena emang ga kepikiran.

"Papa saranin sih di McD."

"PAPA KIRA PAK SITINJAK MAU ULANGTAHUN YANG KE LIMA TAHUN TERUS PERLU BADUT MCD DAN MINTA GENDONG ABIS ITU DIKASIH KUE ULANGTAHUN SAMBIL MAIN PEROSOTAN SAMBIL DISALAMIN ANAK-ANAK SEBAYANYA TERUS DICIUM PIPI KANAN KIRI SAMA MAMAPAPANYA, PA?! YANG BENER AJA!"

"LAH EMANG ENGGA?!"

Papa saya menyedihkan.

Akhirnya mencoba serius dikit, Papa saran di Bebek Tepi Sawah, makanannya enak banget, memang, khas Bali. Saya waktu itu makan, porsinya besar sekali, dan saya ga sanggup makan dua hari.

"Kalo disitu, Papa yang bayar, ya." Mama mulai memainkan monopoli pikiran Papa.

"Iye, iye."

Akhirnya Papa fix bayarin. Hore.


Karena gak mungkin saya menjadi orang paling muda di antara Tuan dan Nyonya Besar sekalian, saya memutuskan mengajak beberapa teman, yang (Alhamdulillah) juga sudah mendapat PTN dan banyak waktu luang ; Bunga, Adit, Carlo, dan Bintang (Bintang ini anaknya Bu Wulan yang selalu memaksa saya main ke FH karena cowok-cowoknya katanya ganteng)

Saat itu saya lupa Rayzi masih hidup.


27 Mei 2015

A Finish Line

Words are indeed beautiful.

Beautiful enough to create a soft blush around women's cheeks, whispered softly, written neatly, by their men.

Beautiful enough to describe remarkable things we wont forget.

So enough for it to explain something we want to explain.

So pretty that we could communicate, and how we didnt realize in every it, there are so much meanings we're not aware of.

And how beautiful it is that we could laugh, cry, and smile in both of sadness and happiness at the same time.

Such beatiful that we could sometimes serenade it by a beautiful melodies.


But there are  some things that even words can not explain.



Or how a simple silence can make everything seems clear.
 

Three years is indeed, a long time.

Enough for a kid to learn to walk and speak

Enough for a blossom to bloom almost three times

A long time for a long-awaiting lover to see her lover

An enough time for a child to become a boy, become a girl


Enough time for some grow-up children to write colorful stories, memories, unforgettable moments...

... but not enough to finish it.





Song  : Depapepe - This Way
Videos : Kovalen & Venyu, 1NightProduction





I still remember the first time I wrote this blog in my first year as a senior high school student


There are so much things I want to write until I couldnt, because there are so many of them. Yet, I realize that everything I wrote here, is so much precious that I refuse to forget it.


And now, for the first time, I dont know what to write here...

... and I dont know how to express how burdening it is to leave my senior years, and how I feel about you guys after all this time...



Because even words now failed to explain



"It's been a long way from where we began, and I'll tell you all about it when I see you again..."

"Jika tua nanti kita telah hidup masing-masing, ingatlah hari ini."


May 19th 2015.









^^^^^^^^^^^

Tulisan paling ngasal sedunia.

6 Agu 2014

Bukan Fanfic

Jakarta, 17 Agustus 2016


"AYO! AYO! SEMANGAT! SEMANGAT!"

"AYOOOO LO PASTI BISA!!!"


"SEMANGAAAT! AYO! MENANG! GO FIGHT WIN!!!"


Pagi itu di desa DamaiNanAsri, lomba perayaan hari kemerdekaan Indonesia dilaksanakan sangat meriah.


Seluruh warga antusias menyemangati teman-temannya yang mengikuti bermacam-macam lomba—seperti balap karung, panjat pinang, makan kerupuk, cari koin dalam tepung, balap keong, banyak banyakan like di askfm, dan tahan tahanan disetrum.



Seorang gadis yang belum genap usia 19 tahun, Shintya Ayu Lestari—seorang mahasiswi lulusan Galan—dengan berapi api mengikuti lomba di desanya yang tercinta itu.


Awalnya, ia tidak ingin mengikuti lomba, dikarenakan ia baru saja menaikkan keanggunannya menjadi 93%, setelah lulus dari SMA tempat dimana ia dimusnahkan harga dirinya


Namun, karena seluruh warga mencintainya dan ingin melihatnya merlomba, apadaya, ia pun mengikuti...semua lomba yang diselenggarakan panitia.


Shintya juara 3 lomba makan kerupuk, juara harapan 2 lomba balap karung, juara harapan 1 cari koin dalam tepung, juara 1 tahan setrum, tidak juara dalam banyak banyakan like di askfm dan balap keong karena tergeser oleh Pak Amri


Akhirnya dia pun mengikuti lomba panjat pinang.

Semuanya antusias mendukung idolanya. 


Shintya semakin bersemangat.


Ia pun memanjat tiang listrik dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa dan raga hanya demi mendapatkan daster impor gambar muka pak camat, dan sendal gratisan dari bungkus susu


"WOAAAAH!!!!" Serunya seraya merayap terus menerus keatas, keringat bercucuran pada pantatnya, hidungnya kembang kempis.

Sampai akhirnya...tangannya meraih hadiah diatas dan...


"YEEESSSSSS AKU MENDAPATKANNYA KAWAN KAWAN!!!!!!!!" Jeritnya girang sambil melompat lompat diatas tiang, kemudian shuffle.



"YEEEAAAH! ALL HAIL QUEEN SHINTYA!" Semua orang memujanya.


Saat ia mengangkat hadiahnya tinggi tinggi ke udara seraya bersorak sorak bersama pendukung, tibatiba matanya menangkap sosok yang tak asing dipandang.


Seorang pria dengan postur tubuh tegap, menggunakan baju hitam ketat--menampilkan tubuh kekar nan berototnya--dan celana boxer bergambar Powerpuff Girls, juga sepatu Converse--cuma sebelah.


Shintya mengedipkan matanya berkali kali, berusaha mengingat siapa pria itu--karena pria itu menatapnya dengan pandangan sama, sebelum akhirnya ia tersenyum dan tertawa padanya.


"Lah anjir juga ini orang!"


Kemudian ia teringat...


Wajahnya langsung pucat


"IVAAAAN?!!!!!"


Dengan kecepatan turbo, Shintya berlari turun dari atas tiang, menghampiri Ivan yang tertawa terbahak bahak padanya.



8 Jul 2014

Tha Wa Wy Ga Her


Yes naik kelas!!!


Kini masa masa kebandelan saya harus dihapus karena udah naik kelas 12. Dan yang tadinya kurang belajar skrg harus serius belajar. Dan tadinya jomblo, skrg harus makin jomblo.


Ohiya beberapa minggu lalu, Scensix, kelas alay ambis yang nilainya kampret kampret tinggi bgd, mengadakan perpisahan.


Ga kalah seru dr Stula, buat perpisahan yang "ekspetasi" kita kayak terbang bersama Doraemon, malah ternyata terbang bersama Doraemon sembari ditembakin rudal oleh Madara. Banyak banget rintangannya-_- tapi justru rintangan itu yg bikin perpisahan makin seru!



- Day 1



Pagi ini, Scensix udah ngumpul di bus kotak warna biru, dan semuanya anarkis berhasrat ingin membunuh Hilmi. Bayangin aja janjian jam set 7 dia sendirian telat jam set 8 lewat baru sampe.

Disuruh cepet jawabnya "bentar lagi sampe udah deket" kampret lah mi. Lu ngomong gitu jam 6.45 nyampe jam 7.30. Pen gua peperin upil

Nah setelah hampir mencampakkan Hilmi, akhirnya dia dateng ala Lee Min Ho baru turun dari helikopter, bawa speaker, laptop, koper, tenda, alat pancing, sepatu tinju, celana dalem smack down, banyak bgt dah kayak mau lamaran. Abis itu kita jalan ke Puncaaak! Yuhuuu


Di bis saya ga melakukan apa apa selain tidur- minta cemilan - makan cemilannya - repeat. Bahkan selfie aja ga niat, saking itu bis udh ada extra chairnya pada gabisa gerak anjur


Nah akhirnya hampir sampe tuh, bus kami melaju sangat kencang, tbtb ada yang nyegat, terus Lifia mikir "apabgt dah ini orang sksd bgt", terus akhirnya bis kami melewati orang yg malang itu. Orang itu menatap belakang bis kami dengan pandangan terkhianati.

"Eh ini tempatnya dimana ya?" Tanya pak supir

"Tar dulu pak saya telpon" kata Lifia


Pas ditelfon, tbtb Lifia teriak "hah? Bapak yang nyegat tadi?!"


Scensix ngelirik Pia murka.

"Gua kira tukang parkir anjir....."



Akhirnya kita balik lagi menghampiri abang abang yang dikhianati barusan, terus diancang ancangi ke gapura dengan gang yg super, ultra, very very, amazing very very, the amazing somucho very kecil 2.

Itu kecil bgt pisan.


Terpaksa kita turun, dan...nyarter angkot:)


Dan disini emg udah banyak masalah sm pengurus vilanya, kita sebut aja, bu Watson, yang baru ngabarin H-1 kalo vila yg seharusnya kita gunakan untuk 3 hari kedepan itu TIDAK dapat digunakan dengan modus jalan ke villa ditutup. Dan kita harus menginap di villa lain:)


Ya begitulah, bu watson ini sampai sampai meninggalkan tanggung jawabnya, tanpa salam perpisahan, tanpa tangan yang menggenggam dengan jari bertaut satu sama lain, dengan air mata yang mengalir- ok jijik.


Akhirnya kita nyarter angkot mandiri, si Monic udah murka banget ama bu Watson. Ampe adeknya hampir dijual


Jadi saya, Monic, Dandy, Adit, Cir, Hilmi, dan Faiz (terus siapa lagi ya?) itu seangkot. Dan angkotnya itu hacep so mucho.

Ada speaker segede lonceng buat pertanda raksasa akan muncul, ada pengharum ruangan semprot otomatis untuk perang bantal dengan gadis gadis, ada mesin DJ untuk menari bersama pangeran, ada botol vodka untuk pesta teh bersama kawan kawan, dan whiskas untuk peliharaan kesayangan anda. 


Ga juga si


Pokoknya pas lagi jalan, tiba tiba abangnya bergairah untuk joget, jadi disetellah lagu dangdut. Mana itu speaker di kuping gua ama Monic, ya iman tergoda lah buat joget. Yaudah jadi seangkot hacep dangdutan


Kalo dari luar suaranya gue yakin : nuut nuuut nuuut dut dut dut



Itu dangdutan apa kompetisi kentut


Nah terus ada tanjakan curam bgt kayak halilintar. Jadi kita semangatin abangnya


"ABANG SEMANGAT! ABANG PASTI BISA! KITA YAKIN SAMA ABANG! KITA PERCAYA SAMA ABANG! ABANG GABOLEH NYERAH GINI AJA! GAS BANG GASSSSS"



        Ekspetasi ekspresi abangnya pas
       ngomong : makasih anak anak


         Realita ekspresi : thx guyz!!



Setelah berhacep, tak disangka sudah sampai di "villa" nya


Jujur, kesan pertama : "Loh ini villanya? Boong nih, pasti dibawah tanah."


Tapi emang itu villanya.


Sebenernya itu bukan villa, tapi adalah sebuah pondok minimalis yang bertema bersahabat bersama pepohonan dan buah buahan. Soalnya kayu semua gitu


22 Mar 2014

Hunger Games banget apa gimana?



Haluuuu

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan menulis sebuah cerita yang gapenting sifatnya.

Inilah jadinya kalau salah satu keturunan dewa Zeus, Shintya Ayu Lestari, dan salah satu keturunan Poseidon, Dhaifina Ghassani, yang notabene sama sama rusuh, malu maluin, dan of course tepok pantat, main di salah satu acara TV favorit kita, Hunger Games.

15 Mar 2014

23 Des 2013

Stula itu.......



Jam 14.30 tadi, saya bangun di kamar mamapapa saya. Rasanya aneh…ketika bukan pemandangan kursi kursi didalam bus yang saya lihat ketika saya buka mata.

Oh, iya. 5 hari lalu, saya dan segenap keluarga Galan 2015 pergi Stula (Studi Lapangan) tepatnya pada tanggal 16 Desember 2013 bertempat di Bandung-Jogja.

Dannnn selama Stula itu, saya menemukan rasa kekeluargaan yang bener-bener gabisa tergantikan di Scensix.

Gimana ceritanya selama 5 hari itu? Simak kisah berikut ini (halah matiin aja udah)

13 Des 2013

Scensix und Chamonix










Haiiiiiii

Baru kusadari blog ini tak pernah ku update lagi *nyanyi pake nada Pupus *

Yak. Akhir-akhir ini saya emang gemar menyanyikan lagu tersebut dengan piano ataupun gitar juga boleh. Tapi bukan itu intinya.

Selain lappy utama rusak, inspirasi di otak bener-bener kopong dikarenakan temanteman baru di XI IPA 6 (yup, Alhamdulillah saya masuk IPA dengan rapot yang telat diambil oleh mama sehingga Bu Ermi bilang ‘gimana bu ya…anaknya naik gak ya bu…kok udah duduk manis di IPA ya bu yaa?’ dan ocehan Pak Solihin ‘Lah kamu bukannya ga naik kelas?’. Tapi Alhamdulillah. Masuk IPA.)—yang artinya, saya berpisah dengan teman saya yang berstyle cumicumi kelebihan tinta, Bunga Mentari, didinium punya sayap, Sarah Putri Fitriani, kurcaci kurang gizi, Delia Astrid Zahara, kuman ditusuk feston, Made Yussinta Canthini, dan tidak lain tidak bukan, monokurobo hobi kawin dan buang feses, Shintya Ayu Lestari, my Ciracas chairmate.

Yak. Keenam anak yang disebut sebut Kovalen ini berpisah. Kecuali Made sama Bunga—yang ternyata Bunga juga sedih sekelas lagi ama Made.

So……saya harus beradaptasi dengan kelas baru, sebelas IPA enam.

Awalnya sih ngeliat nama-namanya zonk banget. Gaada yang kenal. Ada sih beberapa. Niatnya saya mau membangun sosialisasi saya bersama Desya Mulyaningrum, rekan di Bonaventure yang mirip sama Pipik. Kenyataannya :

“Mir plis duduk ama gue mir plis. Gue ansos banget nih parah.”

Ivan Johannes. 16 tahun. Binaragawan. Suster seksi di puskesmas kompleknya.

Yaudah. Gara gara Ivan, saya sempet ansos selama 2 minggu, dan itu lagi bulan puasa. Buset tambah ansos pisan.

Dari situ saya mulai mengerti, bagaimana susahnya move on dari sesuatu yang bener bener kita sayangi, dan hidup dengan sesuatu yang totally different.

XI IPA 6, tadinya sih Ivan merekomendasikan nama kelas “Senam”, nah logonya itu huruf ‘n’-nya orang lagi kayang. Tapi apadaya. Usul menariknya itu ditolak masyarakat karena dia masih ansos. Apalagi Chandra (saya nangis pas tau sekelas ama Chandra, temen SMP saya yang kerjaannya ngeretweet Female Daily di twitter), “Seimam” . Bagus sih, karena ketua kelas kita namanya Imam. Tapi buset. Ini anak lebih ansos daripada Ivan ternyata.

Akhirnya, nama kelas kita fix Scensix. Singkat, garibet, jelas.

12 Okt 2013

Euforia Karantina



I still feel the wind which washed over my body. I still hear the sound of trumpets, drums, and strings. I still remember how everybody sing along together. I still feel the pillow which is so uncomfortable but took me to a sweet dream. I still hear the laughing voices to every jokes we made. I still remember how we stay awake at night. I remember the voices of the most patience mentors. I remember when we talked with new people, and making new friends. I even remember the last day, when we refused to go home.

Ya, euforia. Setelah adik saya mencoba membunuh kami berdua  dengan menerbangkan motornya ketika ada polisi tidur, saya langsung keluar kalimat kalimat yang sejujurnya saya ga ngerti artinya apa.
26 September 2013, hari Kamis, tepatnya, saya dan Swarna Gita 39 menjadi salah satu sekolah yang paduan suaranya dipilih untuk bernyanyi pada upacara Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya—yang tentunya disaksikan langsung oleh presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Dan pada hari itu, kami dikirim untuk…………….karantina 5 hari!!!! Apa artinya? DISPENSASI!!!!!!!!!!!!!!

Makin bego dah abis dispen tiga kali kemaren. Pak Gusriwan, guru Kimia saya, kayaknya sampe shalawatan gara-gara saya, Monic, dan Chandra ga ngerti apa-apa. 

Pada kesempatan yang tidak berbahagia ini (karena saya eksperimen memasak ternyata fail total), saya akan berbagi kisah saya yang gabakal saya lupain tentang karantina di Padepokan Pencak Silat.

22 Jun 2013

Tim sirkus abis UKK

"Ah sumpril nih, giliran belajar sampe bego, nilai kayak begini. Giliran ngasal dapet bagus. Mending gua gausah sekolah! Anding."

Dikutip dari ucapan seorang Professor lulusan Universitas Oxford didikan Aristoteles, dilatih dengan baik oleh Plato, dan dibina dengan hati-hati oleh Socrates. Siapa lagi kalo bukan Shintya Ayu Lestari.

Ohya, ada lagi, si Bunga, kalo anak-anak lain mah naik kelas di 39 aja sampe ngesot-ngesot kayak lagi lomba balap keong, dia malah bingung mau masuk IPA apa IPS. Masalahnya nilai-nilainya bagus-bagus semua.

"Duuh gue gimana nih..."

"Anding lu, bung." sahut si Professor.  "Lu bingung milih jurusan. Lah gua mau masuk IPA tapi pintunya dijaga Adolf Hitler sama Benito Mussolini. Kalo dijaga One Direction kaga ngapa dah!!!"

"Lahilah shiiin, tapi kalo lu di IPS gapapa kali shin. Siapa tau lu lebih jago di IPS."

"Lah apaan anding. Gua lagi baca LKS nih ya, 'Yunani Kuno adalah bla bla bla', nah pas gua tutup bukunya, 'Yunani Kuno.............................anding tadi gua baca apaan'. Baru napas aja lupa gua, gimana mau masuk IPS."

Iya, emang sih, sekarang murid Socrates ini lagi bingung mau milih jurusan apa. Berdoa aja kalo dia masuk IPA, dia jadi anggun dan martabatnya naik, kalo dia gamasuk IPA, yaa berdoa aja dia ga minta ke Bu Ermi untuk men-tidaknaik kelaskan dia.

"BU ERMIIII SAYA GAMAU NAIK KELAS BUUU!! HUEEE!!!" *meluk Bu Ermi* *menangis dipelukan bu Ermi* *ingusnya kemana-mana*



Anyway, beberapa hari silam, setelah UKK, dan setelah Mahali sunatan, Shintya curhat sama saya ;

"Eh kok gua berontak banget sih di blog lu, mir? Gua tuh pengen anggun sumpah. Bikin gue anggun ngapa mir di blog lu."

Nah, ini.

Karena ada request dari kawan kita, mari kita bikin dia lebih anggun dari Arnold Schwaasazadhawewheguwer! 

23 Mei 2013

Shintya Bertahan.





 Makhluk ini namanya Shintya Ayu Lestari, pasti kalian sudah mengenalnya.
Biasanya saya menggunakan dia sebagai pemeran utama di blog saya. 

Sebagai pendapat angket "Terbully" dan "Terhina" di Bonaventure, Shintya tentunya sudah tahan banting dan kuat minum susu (biasanya minum teh muntah), tapi ternyata, ia ada sisi lembeknya juga. 

Shintya adalah musuh yang kuat. Jadi kalo ketemu kalian tiba-tiba dia menatap kalian tajam terus tiba-tiba masang kuda-kuda bela diri ala Iko Uwais, saya kasih tau kelemahannya. 

Tepuk tepuk  alisnya pake telunjuk. Biasanya dia nyengir, kedip-kedip, anteng, terus lemes.

Tapi, ada sebuah kisah tentang teman kita yang hobi membaca majalah dewasa (Bobo) nih.

Shintya jatuh cinta sama seorang cowok ganteng dan bahkan dia sendiri ga kenal sama itu orang.

Ceritanya panjang. Awal ketemunya sih, sama saya.




Jadi, saat itu, saya dan Shintya sedang bercengkrama di kantin. Saya ingat betul saat itu saya dan Shintya lagi main lempar-lemparan makaroni dengan senang hati. Dan saya lagi moto-moto muka Shintya yang sangat absurd.

Tiba-tiba….roknya Shintya ketiup angin, keangkat sempurna. Ada suatu aura yang sangat dahsyat yang dapat menerbangkan si cungkring berbobot 45 kg itu.

Yak, sebut saja itu adalah Kevin Home Alone yang bener-bener nyasar di kantin galan.

Mukanya bening, bersih, putih. Bibirnya merah. Matanya kayak pake softlens anti-spy, pipinya tirus kayak Angelina Jolie, dagunya lancip kayak anjing sosis, badannya tinggi kayak menara Eiffel ditabrak Air Force One.

“Mira….itu ganteng banget……..”  bisiknya sambil nusuk nusuk tangan saya pake telunjuknya. Saya yang lagi minum Milo, nengok kearah tatapan Shintya, terus ngangguk-ngangguk.

“Yang pake jaket kan?” saya nunjuk temennya cowok itu yang pake jaket. Badannya gendut. Item. Cepak
Shintya diem.

“Iya srahlu.”

“Biasanya selera lu kan kayak gitu shin.”

“Iiiih sebelahnya…”

“Oooh sebelahnya. Iya ganteng. Lumayan sih. Gantengan bokap gua.”

“Bacot lu mir.”

Dan pada akhirnya Shintya saat itu jatuh cinta pada pandangan pertama pada cowok putih tinggi nan manis kayak duren itu.

Hari ke hari semakin berganti, Shintya semakin suka sama cowok itu. 

“Miiiirrrr itu namanya siapaaaaaa?” Shintya ngerengek kayak bopung.

“Justin kali.”

“Ngarang banget lu anjir.”

“Lah mana gua tau emang gua melahirkan dia?!”

“Lah emang bukan lu?”

Dan pada akhirnya, Shintya ngeliat nametag-nya, dan namanya adalah………sebut aja, kayak nama violinist yang sungguh manis karyanya, menggambarkan orang itu, Antonio Lucio Vivaldi. Kita panggil doi Lucio :)

Semakin hari, Shintya semakin kepo sama si Lucio ini, dan akhirnya dia selalu seneng setiap ketemu Lucio. Dan hokinya, jadwal baru kita itu olahraganya bareng sama si Lucio ini. Senanglah hati si Shintya. Dan dia ngomong ke Astrid.

“Trit trit, itu ganteng ya…”

“Mana?”

“Itu….yang gue bilang ganteng…”

“Eh iya eh ganteng juga…”

“HEEESH UDAH GAUSAH DILIATIN! GUE DULUAN YANG NEMU!”

Udah kayak sampah ditemuin.

Dan karena Astrid ini jago banget ngestalk sampe kedalem-dalem, jadilah Shintya tau username twitternya, dapet foto-fotonya, dapet pin bbnya dari Tika, Facebooknya, ulangtahunnya, dan yang paling nyesek, mantan-mantannya.

Nah, si Lucio ini ternyata emang banyak banget yang suka. Dan kebanyakan dari mantannya itu, pasti ceweknya terus yang ngejar dan akhirnya ditembak oleh si Lucio ini.

Dan si Astrid hebatnya tau dari sebuah sumber terpercaya dan publik adanya, bahwa si Lucio ini hobi selingkuhin cewek…masygul-lah hati Shintya.

“Adudu, cari cowok kok yang brengki terus sih, shin? Ga capek apa disakitin?” saya nyindir. Shintya galau banget sampe ingus-ingusnya bertebaran di meja Ivan. PS, Ivan itu cowok sixpack yang selalu ingusan.

“Gatau. Udah diselingkuhin, dijadiin pelampiasan 2 hari, sekarang nungguin orang yang suka nyakitin cewek. Duh gimana dong mir? Gua suka banget nih…”

Yak udah berkali-kali  Shintya ngomong gini ke saya, dan berkali kali saya nyuruh Shintya move on. Dia mah iya iya aja udah kayak orang ditipu di telfon.

Tapi nyatanya, udah 5 bulan ini, Shintya malah masih suka sama Lucio. 

Antena kecoa!

Shintya ini selain suka berontak pas pelajaran Matematika (sebenernya, semua pelajaran dia berontak), dia ini lemotnya gakalah dari Sarah.

Dikata suruh move on, masih aja ngestalk, ngayal, udah kayak anak TK disuruh gambar terus semuanya kompak gambar gunung gitu kan.

“Mira…gimana dong nih gue pengen bwanged dekeddd!!!!” dia meraung, seperti anak kucing mencari induknya yang sedang mencari nafkah untuk sesuap daging tikus.

“Greet lah looo masa punya kontaknya ga nge greet.”

“Iiiih ngegreet apaaa?”

“Ya cari topik lah! Ini kan XB mau sparing ama kelas doi, lu tanyatanya lah, be smart dong ah modusnya. Kebiasaan modusin Pak Fahmi sih lu ah Ahmosis.”

“Kalo Pak Fahmi gampang dimodusin lah ini?”

“Udah greet aja ih mau deket kok gaada usaha.”

“Iiiih takut dia jijikkkk sama gue...muka gue kan begini…lagian kayaknya dia udah tau gue suka ngeliatin diaaaa…”

“Duh shin. Dia cowok bukan? Kalo cowok, pasti dia bukan ngeliat dari tampang lo, tapi sifat lo dan hati lo shin. Gue tau muka lo jelek, item, buluk, jerawatan, nanahan…”

Shintya diem bentar. 

Saya juga diem.

“Lu bikin gua ngedown ego mir.”

“Intinya, lu harus usaha ngegreet.”

Dan saya nyuruh itu dari zaman kaisar Shih Huang Ti ngerancang tembok Cina, sampe sekarang belum dilakuin. Lemot banget kayak Raihan sama Sarah.

Rabu kemarin, saya dan Rashif mencoba untuk membuat Shintya move on, atau ngegreet Lucio.

“Shin ngapain ego lu nungguin dia. Gabakal dia ngelirik elo. Banyak cewek lebih cantik dan anggun dari lo.” Kata Rashif.

Shintya ngedown di lab komputer. Semua keyboard dia pencet. Pak Ipul dicuekin.
“Ga guna ya lo nungguin dia kayak gini. Usaha aja ngga. Emang lo kenal sama dia shin? Kok lo nungguin gitu? Lo suka sama dia, emang dia peduli perasaan lo ke dia?” Kata Rashif lagi penuh benci.

Shintya meletakkan kepalanya diatas meja, keyboardnya kepencet semua sama kepalanya dia.
“Banyak cewek-cewek disana lebih pantes sama Lucio daripada elu. Lagian, lu ga kenal dia shin.” Kata Rashif.

Shintya kentut gede banget.

“Tuh dengerin shin. Lo gaada usaha aja ngarep banget dia ngegreet duluan. Emang mungkin dia ngegreet? Cuek gitu kok orangnya, ngarep gede banget shin.” Saya nambahin.

Shintya nyedot ingusnya yang hampir menetes ke keyboardnya pak Ipul.

“Lu bagaikan pluto dan matahari, shin.” Kata Rashif.

“Lu ngatain gua anjing?”

“Bukan Pluto yang itu!”

Shintya mulai muter muter layaknya planet pluto.

“Nih shin, lo bagaikan planet Pluto, yang berputar paling jauh dari matahari yang menyinari tata surya, dengan planet-planet lain yang mengelilingi. Sekarang, lo itu Pluto. Dingin, jauh, dan kecil. Lucio itu matahari yang menjadi pusat dari semuanya. Dan planet-planet itu cewek cewek yang setia berusaha mengitari matahari. Lo? Gaada usaha shin. Lo menyinggung garis edar Neptunus sehingga lo bukanlah planet tata surya lagi.” Saya nambahin aja, ngasal.

“MATI LU MIR MATI!!!!!!!!!!!!!!!!” Shintya kayaknya mau nangis.

Si Rashif seneng, soalnya biasanya Shintya yang ceria kayak kuntilanak baru keluar dari RSJ, kini murung kayak Lady Gaga yang abis dituduh waria.

Nah, hari kamis ini puncaknya.

Saat kami duduk-duduk di bench, si Shintya yang udah apal betul mantan si Lucio, ngeliat salah satu mantannya. Shintya udah pucet aja tuh. Saya sama Astrid ngira dia nahan eek kayak biasanya, tapi ternyata ada sesuatu yang lain, pantes tambah pucet.

Dan pada akhirnya, si Lucio ini turun dari tangga, dan temen-temennya si cewek itu langsung ngecengin mereka berdua. 

Shintya masygul hatinya.

Saya sama Astrid Cuma cengegesan aja.

Dan akhirnya. Lucio ini sneyum kearah mantannya dan gitu deeeh, mantannya juga kayaknya seneng dan ngomong “Salam kembali ya buat Lucio…”

Shintya mukanya kayak abis ditusuk tusuk pake jarum pentul yang udah diraut tajem sama Ade Rai.

Shintya langsung berdiri, ngajak kita pergi.

Dan di tangga, saya langsung nyanyi “Pupus” dengan riang gembira. Astrid sama Sarah juga.
Si Shintya diem aja. Ga bisa senyum, mukanya pucet, jelek, buluk deh pokoknya.

Sampe dikelas, saya nyanyiin yang ngena banget ke Shintya

“Semoga waktu akan mengilhami sisi hatimu YANG BEKUUUUU~ dan semoga akan datang keajaiban hingga akhirnya kau pun MAU~ Aku mencintaimu lebih dari yang kau tauu U U U UUUUU, meski kau takkan pernah TAUUUUU”

Shintya jalan cepet keluar…
Terus nangis.

Saya panikpanik ajaib.

Dalam sejarah gaada tuh ya namanya Shintya nangis gara-gara beginian doang. Akhirnya, abis Sholat dan pelajaran IBD, dia cerita.

“Gua tadi ngerasa capek aja mir….”



“Ngga bego. Gua capek nunggu..”

“Lo nunggu apaan sih shin? Lo bahkan ga usaha. Gue suruh greet lo gamau.”

“Iiih greet gimana…gue takut dia jadi ilfeel sama guee..”

“Kan gue udah bilang shin, kalo dia cowok, dia bukan ngeliat muka lu..gua tau lu jelek, item, buluk, jerawatan, nanahan…”

“Lu bikin gua ngedown mir.”

“Yaaa intinya posisi lo sekarang tuh kayak lo lagi sakit, nunggu di antrean dokter tapi ga dipanggil panggil, padahal lo belum daftar sebelumnya.”

“Mir….”

“HEH GAUSAH MEPER INGUS DI RAMBUT GUA!”

Dan pada akhirnya, Astrid udah lelah sama Shintya.

“Mir, ini Shintya udah keterlaluan banget ya. Suka kayak gini. Kenal aja ngga. Disuruh move on susah, disuruh ngegreet gamau. Capek ngeliat dia nusuk nusuk diri sendiri.”

“Emang dari SMP udah suka nusuk nusuk sendiri Strid.”

Dan pada akhirnya, saya dan Astrid sepakat buat panas-panasin Shintya, bikin Shintya kesel, atau marah, biar dia move on….atau option lain, ngegreet.

Di kelas, langsung aja tuh, hujatan demi hujatan dikeluarkan saya, Astrid, dan Rayzi.

 Entah kenapa, Rayzi nimbrung.

Shintya emang sih keliatan banget ngedown, tapi tetep aja kekeh. Gamau move on, gamau ngegreet. 

Suku Dravida!

Pokoknya saya udah kesel tingkat maksimal sama Shintya. Susah banget dibilangin.
Akhirnya saya forum dia.

“Nih shin, dengerin gua ya…. Sekarang lo pilih, move on, atau ngegreet?”

“Susah mirrr move on…”

“Ihhh move on tinggal move onnnn, gimana mau move on kalo lu aja masih ngeliatin dpnya, ngestalkin dia, ngeliatin dia, modus ke kantin Cuma mau ketemu dia. Disuruh ngegreet gamau.”

“Ihhh terus gimana nih….gua suka banget nih…”
“Greet. Sekarang.”

“Hp gua mati anjung.”

“BUANG HP LUUU! BUANG JAUH JAUH! SUMBANGKAN KE RAKYAT KECIL!” Iya saya sebel sama hp shintya yang katanya Torch tapi suka mati sendiri tiba-tiba.

Dan pada akhirnya, saya pun kembali nyeramahin Shintya, 

“Gini deh, sekarang mikir, emang dengan lo mikirin dia gini, dia bakal dateng ke elo? Emang dengan lo nungguin dia sampe lo pusing, dia bakal datengin lo? Ngga shin. Lo fikir deh. Lucio ganteng. Banyak yang naksir sama dia. Gue sih gak aneh ya, kalo Lucio masih ada rasa sama mantannya, wong mereka punya masa lalu. Cewek itu pernah disayang, pernah dielus palanya, pernah diucapin selamat tidur, disemangatin belajar, dll deh. Mikir gak shin? Kalo lo nyuruh dia jangan balikan….emang lo punya hak, shin?”

Shintya meneteskan air mata.

“Jangan nangis. Emang dengan lo nangis, Lucio mau datengin lu?”

“Gua nangis dari pantat. Ini gua lagi kencing.”

“Serah lu.”

“Mirrr…gimana dong….gua mau ngegreet tapi gua takut dia jijik…”

“Kan udah gue bilang, emang muka lu jelek, buluk, nanah-“

“Stop. Lu bikin gua ngedown.”

“… Dia gabakalan jijik elah Shin.”

“Itu kalo bbman sama eluuu”

“Kalo gua yang bbman mah gua yang jijik.”

“APAAN SIH LU! MATI LU! KAN UDAH GUA BILANG JANGAN DUDUK SAMA GUA! LU OON SIH!”

“AYO LU MAU ADU AYAM SAMA GUA! AYO SINI!”

“AYO!!!”

Kita main ayam ayaman di jempol.
Terus Shintya kembali galau.

“Mirrr sumpah…”

“Nih sekarang nanya yak ke Vito, apa yang akan dia lakuin kalo ada cewek ga cakep ngegreet dia.”

“Iya mir Tanya!”

Jawaban Vito : “Gue bales”

“Tuh kan Shin, apa kata gue.”

“Lu bego sih nanya ke Vito. Udah tau dia lagi nyari cewek.”

“Ohiya ya.”

“Coba ke Raihan! Dia kan cuek nih!”

Dan saya akhirnya nanya ke Sarwo dan Raihan yang berada dibelakang saya.

Jawaban Sarwo sih lancar, dia bilang, walaupun cewek itu jelek, tapi kalo dia baik, sopan, terus ga macem macem, dia bakalan bales bales terus. Nah ini contoh yang mulia.
Kalo Raihan….

“Ya. Tergantung.”

“Tergantung apaan?” saya nanya, Raihan yang mendapat angket terlemot sekaligus terganteng ini menelusupkan kepalanya kedalam tangannya, dia lagi sakit.

“Pokokya. Tergantung.”

“Apanya buset?!” Shintya mulai kesel.

“Yaa gua kadang suka gitu deh pokoknya.”

“Apaan? Risih?” Tanya Shintya. Raihan ngangguk. Shintya pucet.

“Jadi lu ngeliat tampangnya dulu, han?” saya nanya.

Raihan ngangguk. Sarwo geleng geleng kepala.

“Eh tapi bukan gitu juga! Yaaaa..gimana ya…aduh…”

“Gimana apaan?”

“Gitu…tergantung sih..”

“Tergantung apaan?!”

“Gitu deh, tergantung…”

“Mukanya?”

“Iya…tapi ga juga…tergantung…”

Saya sama Shintya tatap tatapan.

Saya mendekati Shintya.

“Ternyata ada yang lebih lemot daripada Sarah.”

“Iya. Pantesan dia kepilih jadi terlemot.”

Saya sama Shintya nengok ke Raihan. Dia langsung minum obat, mukanya mabok.

Saya sama Shintya diem.

“Saking lemotnya, ditanya gituan aja langsung minum obat.”

Yah, tapi akhirnya abis minum obat, Raihan bilang “Tergantung, kalo misalnya cewek itu nanya nanya ya gue jawab, kalo udahan ya udah gue read doang.”

Nah, saat Shintya udah ada niat buat ngegreet, saya nanya ke adek saya yang namanya Reyhan juga, dia cueknya maksimal. Sama kayak Pak Sitinjak, mereka cuek. Ga ganti dp udah hampir 5 bulan, pmnya tetep sama. Tapi on.

Dan saat saya tanya, jawabannya sangat singkat, padat, dan menyakitkan Shintya.

“Diemin aja.”

Shintya langsung gajadi ngegreet.

Karena Shintya belum mau move on, jadi saya kesel, semua yang dilakuin Shintya saya selalu hubungkan dengan Lucio.

“Lo fikir dengan lo mikirin dia, Lucio mau datengin lo?”
“Lo fikir dengan lo bengong, Lucio mau datengin lo?”
“Lo fikir dengan lo pura pura tegar , Lucio mau datengin lo?”
“Lo fikir dengan lo ngetawain Vito sama bu Bes, Lucio mau datengin lo?”
“Lo fikir dengan lo jawab pertanyaan, Lucio mau datengin lo?”
“Lo fikir dengan lo mainin pulpen , Lucio mau datengin lo?”
“Lo fikir dengan lo ngetok ngetok meja , Lucio mau datengin lo?”
“Lo fikir dengan lo bersedekap, Lucio mau datengin lo?”
“Lo fikir dengan lo ketawa, Lucio mau datengin lo?”
“Lo fikir dengan lo senyum , Lucio mau datengin lo?”
“Lo fikir dengan lo menghela nafas, Lucio mau datengin lo?”

Akhirnya Shintya kesel.

“Gua mati aja ego. Mati.”

“Nah lo sekarang pilih. Move on, ngegreet, atau mati?”
Shintya udah desperate.

Dia diem.

Dan akhirnya…

“Mati.”

Shintya kuat banget ya.

Saya pernah ngomong ke dia,

"Sebenernya lo cantik shin. Cuman kurang anggun."

"Iiiih cara anggun tuh gimana?!"

"Ya....lu kurang-kurangin aja tepok pantat."

"............................Susah, mir."

Saya sampe capek nyuruh move on-nya. Yaudah. Sukses terus deh, Dik Tya.

Aib Shintya of the Day :

 Hari Senin adalah hari sial Shintya.
1.       Dia dihukum panas panasan di lapangan gara gara gaikut Jakarnaval minggu kemaren
2.       Dia nginjek tai kucing.
3.       Pas nginjek tai kucing, dan mau ke toilet buat bersihin, dia ketemu Lucio
4.       Dia ngerjain rangkuman sejarah dan rangkumannya salah
5.       Dia disuruh ikut pengarahan BNI sendirian tanpa saya, padahal saya yang ngajakin ke kantin dan karena saya, kita ketangkep, dan akhirnya Shintya yang disuruh ikut pengarahan sampe dia mabok
6.       Kartu pelajarnya dipake buat nyerok tai kucing di kelas
7.       Karena gabawa celana hockey, dia minjem celana temannya yang super gede, sehingga dia harus menahan malu karena dia kayak Jin yang tak pantas untuk diakui.

We do love you Shintya,
Keep stinky