Haluuuu
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya
akan menulis sebuah cerita yang gapenting sifatnya.
Inilah jadinya kalau salah satu keturunan
dewa Zeus, Shintya Ayu Lestari, dan salah satu keturunan Poseidon, Dhaifina
Ghassani, yang notabene sama sama rusuh, malu maluin, dan of course tepok
pantat, main di salah satu acara TV favorit kita, Hunger Games.
141231th Hunger Games
Hari Pemilihan sudah dimulai.
Semua anak-anak dari Distrik 12
berkumpul untuk mendengarkan apakah namanya disebut untuk maju ke permainan
yang asyik, lucu, seru, emesh, dan tentu saja bisa bikin mati itu.
Salah satu dari anak-anak itu,
terdapat wanita cantik masih muda yang cantiknya kalo dari belakang saja,
Shintya Everdeen, yang datang kesana bersama adiknya, Rayzi Everdeen.
Kemudian wanita nyentrik dengan
busana yang ribet itu maju kedepan microphone, dan mulai ceramah. Wanita itu
bernama Bunga.
“Yak. Beruntung sekali saya bisa
kembali berdiri disini, di distrik 12 tercinca. Di kesempatan yang bahagia ini,
saya tahu kalian sangat sangat sangat bahagia menyambut permainan ini. Jadi
mari tepuk tangan dulu.”
*diem*
“Meriah sekali.
Baiklah. Saya akan mengambil pria dan wanita untuk maju ke permainan. Siap siap
yach.”
Kemudian Bunga
memasukkan tangannya kedalam sebuah toples yang berisi banyak kertas kecil, dan
mengambil salah satu.
“Untuk peserta
wanita,”
Bunga membuka kertasnya…..
“Rayzi Everdeen.”
“TIDAAAAAKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Jerit seorang gadis kecil yang ternyata adalah Rayzi.
“TIDAK! TIDAK!
TIDAK!” semuanya tampak protes. Semua membela Rayzi. Semua orang cinta Rayzi.
“KAKAKNYA AJA!
KAKAKNYA AJA!”
“IYA! SHINTYA
AJA! SHINTYA AJA!”
“YA!!! DIA AJA
YANG MAIN!! DIA AJA YANG BUNUH DAN DIBUNUH!!!”
“YA!!! MASUKKAN
SHINTYA!!! JANGAN RAYZI!!!”
“YA!! MASUKKAN
DIA! DIA HINA!!!”
Shintya,
kakaknya, yang tadinya lega banget gadipanggil. Sekarang berbisik, “Hanjeng.”
Akhirnya Bunga
bilang “Oke, Shintya Everdeen maju ke permainan ini.”
Dengan rasa benci
pada Rayzi, Shintya maju kedepan disamping Bunga. Mukanya mau nangis. Padahal
nahan pup.
“Untuk peserta
laki laki…”
Bunga mengambil
satu kertas lagi, dan membacanya……….
“Bude Mellark.”
Perasaan lega
membanjiri mereka semua yang tidak terpanggil namanya.
“YES!!!!!” seru
Bude, si peserta laki lakinya.
Semuanya tampak
bingung.
“Kok lu pada
ngeliatin aneh gitu sih? Ayo semangat dong! Gile lo gue seneng banget ikutan
ginian!” seru Bude semangat
Jadi Bude itu
masih mengira kalo dia dapet doorprize.
Dengan semangat
Bude maju kedepan. Kemudian tersenyum pada Shintya yang masih menahan hajat.
“Hai bro, Bude
bro. Lo siapa?”
Shintya memandang
Bude aneh.
Akhirnya mereka
pun dipersiapkan untuk permainan.
*
Kereta melaju
sangat kencang. Didalamnya, ada Bude dan Shintya yang sedang bercengkrama di
meja makan.
“LAH? JADI INI
BUKAN DOORPRIZE?”
“Bukan bego. Kita
disini buat bunuh bunuhan. Pokoknya yang bertahan paling lama, menang dah.”
“Yailah gue males
banget kalo bunuh bunuhan. Masalahnya pasti gue kebunuh duluan!” keluh Bude
pada Shintya.
“Lah gua belum
mulai aja udah dibunuh secara gerilya kali.”
Bude geleng
geleng kepala. “Kok lo mau sih pergi demi adek lo?”
“Lahilah tong,
gua juga ga mau keles.”
“Lo pasti sayang
sama adek lo.”
“Gue benci sama
adek gue. Dia kerjaannya kalo ga goyang pantat ya ngatain gue mulu.”
“Hah? Ngatain
gimana?”
“’Mandul lu ya
kak’. Gitu”
Setelah
berbincang bincang dan bikin yel yel (karena setau mereka tiap grup harus bikin
yel yel minimal 10 menit), akhirnya Bunga datang bersama seorang pria yang
mukanya kayak hiu.
“Anak anak, ini
Ivan Abernathy. Dia itu juara Hunger Games dari distrik kalian juga. Nah ayo
say hello.” Kata Bunga.
“Hello, my name
is Ivan. My hobby is angkat barbel, eat paku, drink susu with telur, and my
cita cita is to be a kucing. A cute kucing.” Katanya dengan gagah dan cool.
“Hai Ivan, aku
suka tepok pantat.” Sapa Shintya.
“Aku juga suka.”
Sapa Bude lagi.
Tiba-tiba mereka
menampilkan yel yel mereka selama 10 menit. Awkward.
*
“Jadi, kalian
akan menghadapi 11 distrik. Setiap distrik ada 2 orang. Semuanya berbahaya.
Semuanya dilatih untuk membunuh. Semuanya ingin membunuh kalian berdua. Jika kalian
berdua tidak kuat seperti aku, kalian akan mati. MATI. MATI. Mati. Mati. Mati.”
Jelas Ivan.
“Lalu bagaimana
caranya untuk menang?”
“Yang jelas,
kalian gaboleh yel yel kayak tadi, karena menimbulkan percikan perhatian dan
akan menimbulkan rasa benci pada kalian yang akhirnya mereka akan bekerja sama
untuk membunuh kalian.” Jelas Ivan. Bude dan Shintya mengangguk angguk.
“Jadi, kalian
harus memiliki seenggaknya satu kelebihan yang menurut kalian paling spesial,
untuk melawan mereka semua yang hina itu.” Ujar Ivan. Shintya mengangguk antusias
“Aku bisa
memanah!” seru Shintya berapi api. Ivan tepuk tangan.
“Bagus!”
“Gua bisa
berantem pake tangan kosong!” seru Bude semangat.
“Good good”
“Gua bisa
menyemburkan bola api!” seru Shintya
“Lah gua bisa Rasengan!”
seru Bude
“Hanjir lo gue
bisa Wingardium Leviosa!” seru Shintya
“Apaansih, gue
bisa berubah jadi Werewold!” seru Bude
“Apaansi semua
film aja lu sebutin!” Ivan kesel.
*
“Yak. Kalian hari
ini akan dipertunjukkan didepan Presiden
Haswin. Tau kan? Yang mangkak itu?” kata Ivan. Mereka berdua mengangguk.
“Nah, kenalin,
ini Vito, perancang busana kalian.” Ujar Ivan menununjuk pria tinggi kekar imut
lucu emesh ndut conyo di sebelahnya.
Shintya langsung
terpukau melihat ketampanan Vito. Saat itu dia berjanji dalam hati tidak akan
tepok pantat lagi. Sementara Bude bitbox biar ga bosen.
“Hai, aku Shintya
Everdeen” Shintya mengulurkan tangannya.
“Hai jeng, eke
Vito bo. Situ Shintya yang suka ngupil pake jempol kaki itu? HAHAHA keliatan
bo.” Vito kemudian menjabat tangan Shintya dan Bude.
Shintya akhirnya
batal untuk stop tepok pantat.
“Aku udah bikinin
tuh ya kostum cakep buat kalian berdua. Ntar minta Bunga buat pakein oce.” Ujar
Vito. Terus dia pergi. Gabut banget.
Akhirnya, mereka
berdua ke ruang ganti. Terus keluar lagi.
“ADUH KALIAN
CAKEP CAKEP BENER PAKE KOSTUM BIKINAN EKE. Emesh deh ihhhh” Vito mencubit pipi
Shintya dan Bude.
Shintya tampak
hampir cantik mengenakan gaun hitam panjang yang membuatnya susah berjalan, dan
Bude tampak seperti ninja menggunakan tuksedo hitam. Bener aja abis itu dia
loncat naik ke kursi kemudian jongkok seperti ninja.
Akhirnya mereka
pun naik ke kereta kuda. Didepan mereka banyak sekali peserta lain yang mukanya
sangar.
“Jangan lupa
senyum oke” ujar Bunga. Shintya ngangguk, Bude juga.
“Senyum, bukan
muka ngeden.”
Yak, setelah itu
kereta kuda pun berjalan, Shintya sama Bude pegangannya keras banget takut
jatoh.
Mereka bisa
melihat wajah Haswin yang mangkak so much memandangi mereka dari atas tebing
(tebing?)
“Itu
presidennya?” tanya Bude.
“Kayaknya itu
pembantunya deh.” Jawab Shintya
“Ah ngga ah itu
presidennya!”
“Gua sembur bola
api lu. Itu pembantunya!”
Tiba-tiba baju
mereka keluar api.
“Eh eh hanjir!
Ini kenapa!! Kok kebakar!!!” Shintya panik
“KITA HARUS MINTA
TOLONG!!!”
“TUH KAN KITA
DISERANG GERILYA!!!”
“TOOLOOONG!
TOLOOONG!!!!” teriak Bude
Seluruh peserta
ngeliat ke belakang semua, kereta Bude sama Shintya rame sendiri, grasak grusuk
sana sini, mau turun takut nanti gelinding, mau disitu ntar mati.
“Aduh kok mereka
bego banget.” Kata Vito. Akhirnya Vito matiin apinya.
Bude sama Shintya
tertegun. Mereka menatap satu sama lain, kemudian berpelukan.
“OWWWWWW,
SEPASANG KEKASIH DARI DISTRIK 12!” seru pembawa acaranya, Lifia.
Bude dan Shintya melepas
pelukannya kemudian melihat Lifia yang berapi api menyebar gossip.
“MEREKA KOMPAK
SEKALI SODARA SODARA MENATAP SAYA DENGAN PANDANGAN LEGA!”
Bude jiji. “GA! DIA BUKAN PACAR GUE! DIA AJA BARU
KENALAN SAMA GUE KEMAREN!” Bude berontak.
“Eh, jangan gitu!!!!!”
bisik Shintya, mukanya dijelek jelekin. Apa emang gitu shin?
“KENAPA? LO
NAKSIR W Y?”
“KAGA. Gini, kalo
kita pura pura pacaran, penonton akan tersentuh dengan kisah cinta kita yang
tragis harus berada di Hunger Games ini! Ayolah kita pura pura dulu! Nanti kita
dapet sponsor banyak!” jelas Shintya
“Ih ogah ah.”
Bude berontak
“Gua kentutin lu
ntar pas lu tidur”
“Oke kita
pacaran.”
Mereka pun
langsung pegangan tangan terus lambai lambai ke Lifia.
“LIHAT! MEREKA
BERPEGANGAN TANGAN! SUNGGUH PASANGAN YANG HARMONIS! SUNGGUH MEMILIKI TORSI YANG
SANGAT BESAR!”
“WOE DIEM LU!”
Bude sama Shintya berontak denger kata kata torsi
“KOMPAK SEKALI,
SAMA SAMA MEMBENCI TORSI!”
Akhirnya mereka
berdua ditatap sinis oleh si mangkak Haswin.
Mereka menatap balik,
kemudian dadah dadah.
Apaansi random
abis.
*
“Kalian berdua
harus cakep! Ini interview sebelum kalian masuk ke lapangan! Shintya! Jangan
garuk garuk pantat sekarang! Bude, plis stop main ninja ninjaan!” Bunga pusing
“Tapi, bung,
sumpah ini gaun bikinan Vito gatel so much. Dia kemaren mau bunuh kita,
sekarang bikin gatel gatel kita.” Keluh Shintya.
“Shin, Vito udah
ngelakuin yang terbaik buat lo dan Bude! Udahlah ikutin aja. Btw itu gaun
kayaknya nyembur api lagi. Hati hati ya.”
“Punya gue juga ga?”
tanya Bude.
“Ngga kayaknya.
Lu berontak mulu sih.” Kata Bunga.
“Yes.”
“Shintya! Ayo
cepet ke belakang panggung bentar lagi giliran kamu!” panggil Ivan.
Akhirnya Shintya
pun dipanggil oleh Lifia untuk interview.
“AAHAHAHAHAHAHAHA
HALUUU SHINTYA EVERDEEN! CANTIK SEKALI MALAM INI !”
“Ya ampun thx
guyz lo pertama kali yang bilang gue kyk gitu.”
“Terpaksa. Abis
acara tv.”
“Tampar gue
skrg.”
“YAK, SHINTYA
EVERDEEN! Dengar dengar kau menggantikan adikmu ya?”
“Iya….”
“Seberapa besar
sayangmu pada adikmu, Rayzi?”
“Kalo dibilang
sayang sih… nggak ya. Tapi, saya sebenernya dipaksa untuk jadi sukarelawan
menggantikan dia. Kampret ga tuh?! Matiluji.”
“WOW WOW,
Tolong…”
“Gabisa ini
gabisa dibiarkan ini, gabisa gabisa!!!!!”
“Tenang tenang
Shintya!!!” Lifia berusaha menenangkan Shintya yang nafasnya memburu.
“Jadi….gimana
sekarang, apa motivasi anda untuk menang?” tanya Lifia lagi.
“Ya….Insya Allah
kalo menang banyak yang naksir, banyak yang ga ngeliat dari belakang aja,
banyak yang deketin, banyak yang menerima apa adanya, terus kalo udah gitu saya
mau kawin deh. Yey.”
“Motivasi yang
keren sekali Ms. Everdeen! Oh ya… bagaimana hubungan Anda dengan…Bude Mellark?”
“Ya saya dan dia
baik baik saja.” Jawab Shintya singkat. “Tolong gausah pake blitz kameranya ya
ini gabisa diumbar , ini privasi.”
“Oh wow…. Baik,
terimakasih Shintya… Anda boleh kembali ke belakang panggung. LADIES AND
GENTLEMEN, SHINTYA EVERDEEN!!!”
“YEYYYY I LOVE
ME!!!”
Tiba-tiba gaunnya
kebakar.
“HANJENG VITO!”
Seharusnya ada sensor.
*
“Bude Mellark,
wow, Anda sangat menawan dari dekat ya ternyata.” Ujar Lifia
“Iya emang saya
menawan banget.” Bude tebar pesona, cewe cewe teriak teriak. “BERISIK BERISIK!”
bude berontak lagi.
“Jadi, bude, apa
yang memotivasi anda disini?”
“Gapunya motivasi
gua.”
‘Loh kenapa?”
“Lah orang gua
kira gua dapet doorprize pisan”
“Doorprize apa
bude?”
“Jadi kemaren kan
gue menang lomba balap babi ya, terus gue disuruh ambil doorprize gitu, nah gue
kira doorprize nya apaan taunya disuruh bunuh bunuhan. Ya gaada motivasi lah
gua!”
“Oh gitu…tapi
tidak adakah motivasi sedikit?”
“Ada…”
“Apa itu?”
“Makanan disini
enak enak…”
“-_- Shintya ga
memotivasi?”
“Dia mah bikin
ngedown.”
“Loh kalian
bukannya pacaran.”
‘Baru kemaren
si..doain aja ga langgeng yak.”
“Haaha……………..oke,
terimakasih banyak, Mr. Mellark ladies and gentlemen!!!”
*
Hari itu pun tiba
Hari dimana
Hunger Games akan dimulai
Sang Gamemaker,
Edo, loncat loncat kayak kutu saking senengnya kalo dia akan memimpin permainan
ini. Dia semangat banget mau bunuh bunuhin orang. Apalagi dia gasuka sama
distrik 12 yang cewe. Konon katanya dia pernah phpin Edo.
“Akan kubalas kau
Shintya!”
Shintya diantar
Vito ke Tube dimana mengantarkan Shintya ke lapangan permainan.
“Shintya, good
luck ya.” Bisik Vito lirih.
Shintya menatap
mata Vito dalam dalam.
“To….”
“Ssssh….udah,
gausah ngomong apa apa lagi. Lo akan baik baik aja disana.”
“To….gue butuh
lo.”
“Gue ga butuh
shin. Lo butuh keberanian lo sendiri.”
“To tapi gue
takut….”
“Ssssssh.” Vito
mendiamkan Shintya dengan jempol kakinya. “Gue emang gaboleh bertaruh. Tapi
kalo boleh, gue akan bertaruh untuk…Bude, shin.”
Shintya diem.
“Kok bude.”
“Soalnya Bude
lebih meyakinkan. Jurus ninjanya banyak.”
‘Itu mah gegayaan
dia doang anjir. Udah ah. Mati lu.”
Akhirnya Shintya
masuk ke Tube.
*
20, 19, 18, 17…
“Semua bersiap..”
Edo ambil aba aba.
16, 15, 14, 13,
12….
“Inget, gaboleh
ada kesalahan kayak waktu itu.”
11, 10, 9, 8, 7…
“Tahun ini kita
harus berhasil membuat semua penonton tercengang!” serunya berapi api
6, 5, 4, 3, 2…
“Tar dulu ada
upil.” Edo ngupil, meper ke sebelahnya
1…
DOR!
Bude tidak
langsung mengambil senjata yang berkumpul didepannya, dia kaget dulu.
“Astagfirullah!
Kalo ada orang jantungan gimana?! Ahelah sebel gua sebel gua sebel sebel!”
terus dia ngambek. Gamau ngambil senjata, akhirnya dia sambil menangis dia
melewati ranjau ranjau ditanah dan lari ke hutan, butuh waktu untuk sendiri.
Sementara Shintya
idungnya kembang kempis.
“Hueeee” dia
pasang muka nangis.
Akhirnya dia lari
ngambil tas yang bekas orang jatoh gara gara di panah, terus bawa sambil nangis
nangis gara-gara takut denger bom.
Belum sempat
Shintya lari, ada anak panah yang melewati kepalanya. Shintya terkejut. Ia
menoleh dan mendapatkan ada seorang wanita yang tidak lebih jelek darinya
tersenyum sinis, dan hendak melempar sebuah kapak.
“APA LU!!!
HUEEE!” Shintya nangis tambah kenceng. Cewe itu bingung. Shintya ngepelin
tangannya, gaya mau mukul
“Aku pukul ni
pukul!!! Bilangin mama ni! Hueee!!!!!” Shintya makin nangis.
Cewe itu mikir
ini orang gila.
Belum sempet cewe
itu melempar kapaknya, Shintya duluan ngelempar batu gede. Mati deh cewenya.
“ASTAGFIRULLAH
AKU KHILAF. GASENGAJA MBAK MAAFIN!”
Yak terus dia
lari.
*
Bude terus
berlari, berlari dan berlari.
“Hah, dimana nih.
Mampus gua tersesat.”
Ia bingung harus
kemana, semuanya pohon, semuanya warna ijo.
“Gila ini lebih
susah daripada UN” Bude berlari lagi, mencari cari jalan untuk keluar.
“Gaada orang apa
yak. HALUUUUUU?” Bude tak kunjung menyerah.
“Ah yaudahlah
daripada gabut gua nari Heavy Rotation aja.”
TERETETETERETETERETETETRETE
“I WANT
YOUUUUU”
Tiba-tiba ada
musuh yang ngelempar panah, kebetulan Bude lagi joget miring kesamping, jadi meleset.
“I NEED
YOUUUUUU”
Musuh itu tak
gentar, ia meluncurkan anak panah lagi, tapi Bude menegakkan tubuhnya, meleset
lagi.
“I LOVE
YOUUUU!”
Musuh meluncurkan
anak panah lagi, kesel so much, tapi Bude malah bungkuk. Meleset lagi.
“HEAVYYY ROOTAATIOOONNNN!!”
Ketika musuh itu
hendak meluncurkan anak panah lagi, tiba-tiba gelang berbentuk gerigi yang
dipake Bude lepas, terus kena matanya. Mati deh. Yey.
“Haduh capek juga
exercise dance geto. Lanjutin jalan ahh.” Bude bersemangat lagi.
*
Hari mulai gelap,
Shintya mulai mau bobo.
Sebelum bobo, dia
kebingungan nyari air, bekaus si is aus so much.
“Mungkin ini saat
saat yang gue takutkan terjadi. Ketika lo harus minum pipis sendiri untuk
bertahan hidup…noooooo gue gamau pipis gue beracun so much.” Shintya mulai
putus asa.
Shintya terjatuh
di kedua lututnya, ia mengusap dahinya, menatap langit gelap tanpa bintang,
wajahnya gelisah.
“Ya Tuhan, jika
ia jodohku, maka dekatkanlah ya Tuhan…”
Tiba-tiba ada
suara kerincing kerincing.
Shintya seneng
banget suara gituan.
Ternyata ada box
Shintya membuka
kotak itu, kemudian melihat isinya
Wawww botol
minum. Tulisannya dari “I”. udah pasti ini dari Vito!
“Terimakasih Ya
Tuhan… Vito memang jodohku.”
Kemudian dengan
liar Shintya meminum air itu.
Kemudian dia
menyiapkan sleepingbag untuk bobo.
Shintya kemudian
membaringkan tubuhnya dan bobo dengan senyuman di wajahnya.
Lagi enak enak
tidur, ada suara jeritan, suara tebasan pedang, suara orang merintih minta
tolong, suara kuda, suara babi, suara lebah, suara semut, dkk.
Shintya mukanya
bete,
“Berisik bgt
kayak pasar. Gatau orang mau bobo enak apa. Kayak diapain aja itu orang. Hih
gatau etika. Kemping kok gangguin orang lain.” Terus dia bobo lagi.
*
Bude mendengar
meriam sebanyak 5 kali,
Jika ditotal,
sudah 20 meriam yang dia dengar selama permainan dimulai.
“Mubazir banget
buang buang meriam cuma buat ngagetin dari awal doang. Gue udah ga takut! GA
TAKUT!!! EDO! LIAT MUKA SAYA! SAYA TIDAK TAKUT!!!!!! SAYA PAKAI CARA UNTUK
MELAWAN KAMU SEMUA!” Bude tiba-tiba jadi Arya Wiguna. Tijel abis. Tampar
Shintya pls.
“Duh bosen lagi.
Ngapain lagi yak yang enak. Joget udah. Belajar salto udah. Pura pura jadi
ninja udah. Belajar saxophone udah. Ngapain lagi yak biar ga bosen.” Bude
berfikir.
“Nyari Shintya
aja apa ya. Yaudah deh.” Bude langsung mengambil tasnya, berlari lari senang
sambil bitbox
*
Bude sampai di
suatu tempat gelap dimana dia mendengar suara teriakkan yang sangat kencang.
“Suara naga air,
aku sangat mengenal suara naga itu! Naga itu sangat langka! Aku harus mengabadikannya!”
dengan mengabaikan fikirian tentang mencari Shintya, Bude langsung meluncur
kesana pakai jurus ninjanya.
Ternyata di
terowongan gelap, ia melihat Shintya sedang dicekek oleh seorang pria bertubuh
besar yang berada diatasnya. Mukannya terlihat sangat marah. Shintya mukanya
terlihat sangat……?
Bude hanya
terkejut melihatnya,
Shintya melihat
Bude, agak lega.
Tiba-tiba…
“CIE CIE! CIE
CIE!!!” Bude nunjuk nunjuk mereka berdua sambil girang.
“TOLONGIN
BEGO!!!” seru Shintya kesel.
“Oiyak. HIAAATTT!!”
dengan gaya ninjanya, Bude berlari ala Naruto, tangannya ke belakang.
“RASENGAN!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Bude sok sokan niup tangannya biar ada angin kayak Naruto, terus tangannya
digebukkin ke muka musuhnya.
Ya ga ngaruh lah,
“Bego!” Shintya
kesel. Kekuatan amarahnya memuncak. Dia murka. Karena murka sama Bude, dia
akhirnya melampiaskan kepada musuhnya. Dia meninju, memukul, membanting,
kemudian sempet curhat sama dia kalo dia di phpin Vito, dengan serangan kentut
maut, musuh itu mati.
“Yeyyyyy tinggal
1 orang lagi!!!!!!!!” seru Shintya.
“Kok lu tau?”
“Meriamnya udah
21 kali. Jadi tinggal tiga orang. Gue, elu, dan satu orang lagi.” Kata Shintya
girang.
“Oh meriamnya itu
buat orang mati! Kirain cuma buat ngagetin doang.”
“Lahilah
tong…..aduh.” Shintya memegang kakinya yang tergores.
“Nape lau?” tanya
Bude, menepuk kaki Shintya, Shintya meringis kesakitan.
“Sakit woe!!!
Ketebas pedang.”
“Pedang siapa?”
“Gue sih, lagi
mau sok sokan nyerang, keserang sendiri.”
“Oon. Yaudah lo
berbaring! Pucet abis muka lu kayak bulunya Emeng.”
“Thank u
semezta.”
Akhirnya, Shintya
berbaring dengan bantal tas, dan Bude yang berada disampingnya. Lifia,
komentatornya, langsung rame.
“Wah…..sangat
menyentuh, pemirsa! Mereka berdua mencoba tetap menghangatkan satu sama lain
ketika yang satunya lagi kesakitan!”
Realita :
“Shin, udah…kalo
ga kuat, mati aja”
“Kalo ngomong
gadiayak. Aduwwwww sakit tolong aku semezta.” Shintya mengeluh.
“Terus gue harus
ngapain biar lo ga kesakitan?”
“Pijetin dong.”
“Mangkak lu kayak
Haswin. Tau Haswin ga? Mangkak lu mangkak. Konyol!”
“Lu mau menang
ga? Aduh udah ayo pijetin gapake lama!!!” shintya menarik tangan Bude, disuruh
mijetin tangannya,.
“AWWWW LIHAT
MEREKA! BERPEGANGAN TANGAN! MESRA SEKALI….TRAGIS SEKALI JIKA SHINTYA AKAN MATI
DISINI.” Seru Lifia
Ivan yang
menonton mereka merasa tersentuh. Ia pun pergi lagi untuk mencari sponsor.
*
Malam pun tiba,
Bude masih mijetin tangannya Shintya.
Shintya ngorok.
Bude ngantuk
pula. Tapi tiba-tiba ada suara kerincingan.
Bude keluar,
kemudian melihat sebuah kotak.
Bude membuka
kotak itu, dan mendapatkan semangkuk sup dan sebuah salep.
“SHIN!!! GUE
DAPET HADIAH DARI FANS!!! Gila mereka capek capek ngirimin ginian ke gue.
Makasih ya!!” Bude dadah dadah ke setiap sudut yang ada kameranya. Rusuh
banget.
“Itu buat gue
keles!!!!!!!!!!!!!!!!!” seru Shintya yang perutnya udah keroncongan, kakinya
udah ga kerasa lagi.
“Buat berdua
kali! Yaudah nih, makan sendiri!!!”
“SuapinL”
“Hanjir gamau.
Ntar wudhu gue batal.”
“Apaansik lu, tijel
banget. Suapin sini. Gua gabisa makan sendiri.”
“Makan nih
makan!” Bude nyekokin supnya, supnya masuk ke idung Shintya.
“AWWWWWWWWWWWWWWW
ROMANTIS SEKALI MEREKA SUAP SUAPAN TETAPI MASIH BERCANDA! BETAPA MENYENTUH
HATI!” Seru Lifia.
“Gila lu!!!! Kalo
gue mati gimana?!” seru Shintya
“Ya gue menang
lah.” Kata Bude.
“Binal abis.”
“Yaudah nih pake
obatnya!”
“Olesin napa! Lu
gangerti gua lagi sakit.”
“LAHILAH TONG!!
NIH GUA OLESIN NIH!!!” Akhirnya Bude ngambil salepnya terus mengoleskannya
dengan kasar di luka Shintya
“PELAN PELAN
SEMEZTA!!!!!!!!!!!!!!!”
“AWWWWWW ROMANTIS
SEKALI BUDE MELLARK MENGOLESKAN SALEP KE KAKI SHINTYA DENGAN LEMBUT DAN PENUH
KASIH SAYANG!!!” Seru Lifia.
Edo, sang
Gamemaker menggelengkan kepalanya.
“Tidak. Ini tidak
mungkin. Tidak mungkin Shintya move on secepat itu. Tidak. Ini tidak bisa
terjadi.”
Edo kemudian
berjalan ke salah satu pegawainya.
“Lepaskan makhluk
yang mirip Shintya itu.”
Kemudian sebuah
gambar visual Serigala berbadan gorilla itu pun muncul.
*
“WOWWW GILA! Ini
harus ada di Apotik! 5 menit sembuh!” Seru Bude rame
“Lu ngolesin
semuanya ya sembuh bego.”
“tergantung siapa
yang ngolesin. Kalo gue yang ngolesin cepet sembuh shin.”
“Sembuh ya iya,
ini kulit gua jadi kasar kayak badak.” Shintya kesel
“Yaudah lah ya,
yuk jalan.”
Mereka berjalan
berdampingan, karena bosan, mereka bernyanyi.
“Seluruh
kotaaa merupakan tempat bermain yang asyikkk, Bude!”
“Oh
senangnyaaaa aku senang sekaliiii!!!! Shintya!”
“Kalau
beginiiii aku menjadi sibuuuk! Bude!”
“Berusahaaaaa
mengejar ngejar diaa! Shintya!”
“Matahari
menyinariiii semua perasaan cintaa! Bude!”
“Tapi
mengapaaaa hanya aku yang dimarahiiiii! Shintya!”
“Di musim
panas, merupakan hari bermain gembiraa! Bude!”
“Sang
gajaaah terkena fluuuu pilek tiada henti hentinya! Shintya!”
“Sang beruang
tidurrr dan tak ada yang berani ganggu dia! Bude!”
“Oh
sibuknyaaaa aku sibuuuk sekaliiii!! Shintya!”
“Udah tamat
dodol.”
‘Yah. Terus kita
ngapain lagi?”
Kemudian ada
suara auman yang aneh. Mereka menoleh ke belakang.
“Apa itu erangan
dari Shiro?”
“Tidak mungkin,
Shinchan mengikatnya dalam kandang.”
“Kalau begitu,
apa itu?”
Tiba-tiba sebuah
makhluk muncul dari balik semak semak. Bude dan Shintya terkejut.
“Kok mirip
gua?!!” seru Shintya.
“LARIII!!!!”
Mereka pun lari
lari gajelas, ke kanan kiri, loncat, menunduk, istirahat sebentar curhat,
lanjutin lari, memandangi bintang, menunjuk nunjuk pemandangan yang indah
sambil berlari, dan lain sebagainya. Namun makhluk itu tak gentar mengejar
mereka.
“SHINTYA!! LO
HARUS DIKORBANKAN!!”
“GUA MULU! LU KEK
SEKALI KALI!!!”
“GAAA!!! ELU!!”
“ELUUU!!!!”
Mereka pun tarik
tarikan tangan sambil lari lari, berusaha menjebloskan satu sama lain.
“AWWW LIHAT
MEREKA! MELARIKAN DIRI SAMBIL BERPEGANGAN TANGAN! MANIS SEKALI!!!!” seru Lifia.
“Gila hebat
banget mereka, mereka bisa mempertahankan cinta mereka walau dikejar makhluk!”
seru Bunga.
“Ini ga mungkin.”
Bisik Ivan cool.
“Enak banget abis
pup men.” Vito out of topic.
Bude dan Shintya
masih berusaha untuk menjebloskan satu sama lain kepada makhluk itu….sampai
akhirnya…..
Seseorang yang
hendak menyerang Bude dan Shintya tiba-tiba kesandung ranting terus jatoh, dan
makhluk itu tiba-tiba berhenti, melihat musuh mereka tersebut, dan langsung
menyerangnya.
Jeritan kesakitan
menggema di telinga Bude dan Shintya. Mereka menoleh, mendapati makhluk itu
sedang menggigit mangsanya.
“CIE CIE! CIE
CIE!!!!!” sekarang mereka berdua cari ribut.
Edo menepuk
jidatnya.
“ERRRRHHHHH!!!”
*
Matahari pun
mulai bersinar, menyinari dua sejoli yang kini berbaring diatas rumput,
nafasnya ngos ngosan.
“Capek banget
lomba lari sama kembaran lu.” Ujar Bude.
“Iya ternyata
kembaran gue ada disini.” Saut Shintya balik.
Perhatian,
peserta.
Karena
pemenang hanya diperbolehkan hanya 1 peserta, maka salah satu dari kalian harus
mengeleminasi peserta lain. Yang bertahan hiduplah pemenangnya.
Good luck.
Suara Edo
menggema di telinga mereka.
“Hah….jadi…kita
harus…..?
Bude menatap
Shintya. Ia hanya terdiam. Shintya tersenyum lemah.
“Bunuh gue, Bud.
Lo harus ngelakuin ini, lo harus bunuh gue.” Ujar Shintya lirih. Bude
menatapnya bingung dan gundah dan emesh.
“Ga! Gue gamau
bunuh lo!” seru Bude mantap. Shintya bernafas lega.
“Yaudah gue yang
bunuh lo yak.” Shintya nyiapin pedang.
“NAJIS LU, PLIS.”
“APAAN?”
“Yaudah kita
bertarung secara adil!”
“Oke! Kalo
gitu…sebelum kita bertarung….”
Shintya deketin
Bude, kemudian membisikkan sesuatu.
Bude nyengir.
“Ide bagus! Yuk!”
“Wan tu,
wantutrifor!”
Kemudian mereka
menampilkan yel yel tepok pantat mereka selama 10 menit.
Edo ngeliat
mereka tidak percaya.
Tiba-tiba
kepalanya pusing.
“STOP!!!!
STOP!!!!!!!!!!!!!!!”
Belum selesai yel
yel, mereka diem.
Karena Edo
menganggap yel yel mereka adalah adegan dimana seharusnya disensor dan ga layak
dipertontonkan dan diduga akan menurunkan statistik penonton, Edo menghentikan
mereka.
“Ladies and
Gentlemen. Inilah pemenang Hunger Games ke 141231 tahun ini.” Ujarnya datar.
Bude dan Shintya
menatap satu sama lain.
Mereka tersenyum.
“Tft ya shin.”
“Tft juga bud.”
THE END
Gajelas kan?!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Tampar
gue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar