Demi apapun ini tijel. Kalo mau baca, baca
doa dulu ya.
Sebuah kisah cinta
Cinta terlarang, terpisah jarak dan
waktu, namun cinta mereka abadi dan hanya dapat terpisah oleh kematian.
Tidak ada yang bisa menghalangi, walau
mati taruhannya sekalipun.
Sebuah kisah, yang patut kita teladani,
serapi, dan dicuekin juga gapapa sih.
Rayhaneo & Martinet
“Rayhaneo, udahlah, lo kan pangeran, putra
dari Raja Haswintague sama Ratu Lipiak, lo patut dapet cewek cantik yang
dampingin lo. Yailah banyak banget bro diluar sana cewek cewek cantik, lo
deketin kek. Jangan mainan cicak mulu di kamar keles.” Ujar seorang pemuda
tampan nan elok rupawan bernama Dandylio.
“Ahelah, cicak enak dimainin, buntutnya kalo
lepas bisa numbuh lagi. Kalo cewek putusin gue? Sakitnya bertahun-tahun baru
bisa move on, bro. Lo enak, gantengan dikit dari gue. Banyak lah yang mau sama
lo! Playboy sih, ya ga cak?” jawab pria tampan, putih, kekar, sispek, tinggi,
menawan, dan semua itu bohong, bernama Rayhaneo, sang pangeran.
Dandylio menghela nafas. “Yaudah gini ye, kan
besok pesta dansa tuh, lu dandan nih ye yang ganteng, terus, kalo lu dapet yang
cantik, shikat! Betah banget jomblo 20 tahun lo!” ledek Dandylio.
“Umur gue aja baru 17 besok.”
“Oiyak.”
“Yaudah, liat aja ye, besok gue udah dapet
gebetan!” Rayhaneo berkobar semangatnya.
Sementara itu, di sebuah istana megah lainnya…
“Wah, mama, liat deh, Raja Haswintague ngadain
pesta dansa untuk ngerayain ulangtahun pangeran Rayhaneo.” Seorang pria paruh
baya dengan kumis tipis memperlihatkan koran bacaannya kepada istrinya.
“Loh, anak itu bukannya waktu itu jatoh dari
lantai 5 gara-gara ngejar cicak?” Ratu Witaressia dengan bingung menjawab. Raja
Faiztheo menggelengkan kepalanya.
“Yaiya kan masih idup ma.”
“Subhanallah, emang ya keajaiban itu datang
kapan aja.”
“Mama lebay.”
“Mamaaa, Papaaaaa, aku pulaaang” seorang gadis
cantik berkulit sawo matang berlari-lari senang sepanjang koridor istana menuju
ayah dan ibunya.
“Eh, Martinet sayang, gimana, dapet jodoh di
Take Me Out-nya?” tanya ayahnya. Martinet mencium pipi Witaressia kemudian
sungkem sama Faiztheo, sebelum menjawab pertanyaan ayahnya.
“Ngga sih, pa. tapi tadi aku seneng bangetttt
bisa kenalan sama cogan. Hehehehehehe.”
“Ah, dasar kamu. Ohiya, ngomong-ngomong, ada
kabar bagus nih dari musuh bebuyutan kita, hahaha.” Ujar Faiztheo girang.
“Apatuh pa?” tanya Martinet.
“Besok keluarga Raja Haswintague ngadain pesta
dansa buat ngerayain ulangtahun anaknya, pangeran Rayhaneo. Nah, semenjak si
mangkak itu hampir ngeledakin istana kita berkali-kali, papa yakin dia ada
rencana busuk lagi buat bunuh kita semua dan musnahin keluarga kita.” Jelas si
Faiztheo sambil nyisir kumisnya.
“Ya…terus kenapa, pa? kan gagal terus, selaw
ae” jawab Martinet songong. Witaressia nepok punggung anaknya, nandain kalo dia
gaboleh ngomong gitu.
“Jadi papa ngerencanain apa?” tanya
Witaressia.
“Papa mikir, kalo kamu bisa nyusup kesana,
kamu bisa tau rencana jahat si mangkak itu. Gimana?”
“Ah, papa maaaah….kenapa harus Martinet?”
keluh Martinet kesal.
“Karena kaulah putri kami satu-satunya,
Martinet! Kaulah harapan kami! Papa mohon, Martinet, sekali ini aja turutin
kata papa.” Pinta Faiztheo.
Martinet menatap iba ayahnya dan ibunya.
Akhirnya dia mengangguk.
“Oke, pa, ma. Martinet bakalan kesana.”
Keesokan harinya
Kereta kuda sederhana telah sampai ke istana
megah milik Raja Haswintague. Seorang pelayan membukakan pintu kereta tersebut
sehingga seorang gadis cantik jelita berpakaian anggun nan manis turun dari
kereta tersebut.
“Martinet, inget pesan papa.” Bisik Faiztheo,
berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik topeng.
“Iya, pa.” ujar Martinet, tersenyum.
Witaressia hanya tersenyum dan melambaikan tangannya kepada putrinya sebelum
kereta kuda tersebut kembali berjalan lagi.
Martinet perlahan-lahan berjalan masuk
kedalam, menatapi betapa megahnya istana milik Haswintague tersebut. Untuk
beberapa saat, ia tercengang, mangap, dan hampir ngeces.
-
“Happy Birthday my bro! Gila lo udah dewasa
sekarang.” Seru Dandylio sembari menepuk pundak Rayhaneo.
“Ah lo kan lebih tua dari gue bro, ukak amat.”
“Yeee, eh gimana? Udah dapet belum?” bisik
Dandylio sambil ngeliatin perempuan perempuan kalangan bangsawan sekitar.
Rayhaneo mengangkat pundaknya.
“Gaada yang bikin gue tertarik.”
Dandylio tertawa. “Sok banget looo ah. Tuh
liat, Madame Martobe , cantik. Madame Niantare, cantik. Madame Fitrelly,
cantik! Mereka seniman, bro. Ngelukisnya
jago abis. Lo gamau gitu dilukis dikelilingi buah-buahan? Atau dikelilingi anak
naga?” seru Dandylio.
“Ya…mau sih, unyu gitu. Tapi ya..gimana.”
Rayhaneo tampak bingung sembari menatap ketiga wanita cantik tersebut sedang
tertawa sembari berbincang bincang dengan minuman di tangan mereka
masing-masing.
“Ah udah, lo diem aja. Ayo kesana!” seru
Dandylio sambil menarik tangan Rayhaneo, Rayhaneo tidak sempat membantah. Dia
terlanjur ditarik kesana, dan wanita-wanita itu menatap mereka berdua bingung.
“Selamat sore, Madame. Kalian pasti kenal
Rayhaneo bin Haswintague, bukan?” ujar Dandylio bangga. Rayhaneo nyengir ga
berdosa. Mereka menatap Rayhaneo aneh.
“Ya, dia yang ulangtahun kan?” jawab Martobe.
Dandylio mengangguk.
“Yap. Dan dia bertanya-tanya apabila salah
satu dari kalian berminat untuk berdansa dengannya. Bagaimana, ladies?” tanya
Dandylio. Rayhaneo tambah nyengir. Hore dilukis sama buah buahan,
batinnya.
Mereka bertiga bertukar pandang satusama lain.
“Errr, sorry nih, gue udah ada kencan disana.”
Ujar Martobe, nunjuk pria yang lagi berbincang-bincang dengan kawannya.
Kemudian dia mengucapkan selamat ulangtahun kepada Rayhaneo yang merasa rendah
itu, dan pergi. Dandylio menatap Niantare kemudian.
“Eh…sorry banget nih gue lagi datang bulan,
gabisa dansa..hehehe.” akhirnya, dengan alasan ganyambungnya itu, Niantare mengucapkan
selamat ulangtahun pada Rayhaneo yang merasa hina itu, dan pergi. Dandylio
menatap Fitrelly.
“Aku gaboleh pacaran sama mama.” Kata Fitrelly
polos, sambil tertawa sopan. “Tapi nanti aku bisa jokiin buat gambar kamu sama
buah buahan atau anak naga kok.” Ujarnya sopan lagi. Rayhaneo kini merasa tak
pantas menjadi seorang pria. Ia menggeleng sambil senyum. Akhirnya Fitrelly
mengucapkan selamat ulangtahun, dan pergi.
“Lu jangan kayak om om makanya.” Ledek
Dandylio.
“Ketek lu.”
Dandylio ketawa puas sambil nepuk punggungnya
Rayhaneo.
“Ahudah ah, males gua disini. Bapak gua
mangkak banget parah. Tadi jatah kue ultah gue dibawa semua ke kamarnya.
Kampret. Udahlah gue ke taman dulu!” seru Rayhaneo kemudian pergi meninggalkan
Dandylio.
Sementara itu, Dandylio berhenti tertawa,
karena menatap sosok cantik jelita didepan matanya. Dengan helaan nafas berat.
Dandylio membenarkan dasi kupu kupunya kemudian berjalan kearah wanita itu.
“Errr…Budelona.”
-
Martinet mencari sosok Haswintague
kemana-mana, namun ia tidak menemukannya dimanapun.
Akhirnya, dia menyenggol seorang bangsawan
cantik berambut lurus dan berkilau.
“Ah, maaf, maaf!” seru Martinet. Wanita itu
hampir marah, namun ketika mendengar suara Martinet, ia menganalisa wajah
Martinet yang tertutup topeng itu. Wanita itu menurunkan tangan kanannya yang
memegang gelas.
“Martinet?”
Martinet diam sejenak, kemudian ia hampir
berteriak ketika mengenali suara tersebut.
“Rabella!” serunya pelan. Kemudian Martinet
memeluk Rabella.
“Astaga, kamu ngapain disini? Bahaya banget
kamu ditempat ini!” ujar Rabella.
“Errr…papaku nyuruh aku buat menyelidiki Raja
Haswintague, Rabella.. sepertinya ia punya rencana jahat lagi.” Bisiknya pelan.
“Martinet, sungguh, bahaya sekali jika kau
berada disini, Martinet.” Bisik Rabella, sambil melihat sekeliling.
“Mereka gakenal aku!”
“Banyak yang tau kamu! Kalo kamu ditemuin, kamu
bisa ditangkap!” seru Rabella. Martinet melihat sekeliling, kemudian tiba-tiba,
seorang penjaga menatapnya penuh curiga.
Rabella menarik Martinet.
“Kamu gaboleh disini. Besok, aku ke istana
kamu, aku akan cari informasi tentang Haswintague Mangkako itu. Sekarang kamu
lari ke taman, cepet!” seru Rabella, mendorong Martinet. Martinet terdorong,
kemudian dengan berlari kecil, ia menoleh kembali kearah Rabella dan
menggumamkan kata Terimakasih.
-
Sampailah Martinet di taman, terengah-engah.
Kemudian ia duduk pada sebuah beton dekat air mancur dengan patung seorang pria
dan wanita yang sedang main catur sambil nyiram tanaman pake selang. Ia melepas
topengnya.
Martinet memandangi langit yang mulai gelap
itu, kemudian menyadari bahwa bunga-bunga berguguran dari pohon yang gajelas
itu pohon apa pokoknya ada bunganya gitu, terus rontok..
Kemudian bunga-bunga tersebut jatuh pada air
yang mengalir dari air mancur tersebut, dan Martinet memandangi bunga-bunga itu
dengan pandangan lesu.
“Kapan aku punya cowok?” bisiknya.
“Errr…misi pak.” Bisik seorang pria dari arah
belakang Martinet. Kemudian Martinet menolehkan kepalanya.
Kedua mata mereka bertemu, saling terpaku satu
sama lain. Seakan-akan waktu berhenti berputar, bunga-bunga terus berjatuhan
mengiringi detak jantung mereka yang temponya semakin cepat, tangan mereka
tiba-tiba menjadi dingin, wajah mereka sama-sama memerah.
“…eh, maaf, mbak..” bisik pria itu yang
ternyata Rayhaneo, malu setelah manggil dia pak.
“Ah…kenapa ya mas…”
“Ngga…itu kodok peliharaan saya jangan
didudukin…”
Sontak Martinet terlonjak dan teriak, melihat
kodok yang hampir gepeng tak bernyawa.
“ADUH MAAF MAS…EH….Mas…Mas Rayhaneo?”
“Ah…gapapa mbak…errr…iya…..”
Astaga…gue kenapa… bisik
Martinet dalam hati. Ia tidak tahu harus ngomong apa. Didepannya ini adalah
musuh bebuyutannya!
Kenapa gue jadi salting gini…
Batin Rayhaneo bingung. Ia menggaruk garuk kepalanya.
“Maaf, pangeran Rayhaneo, saya tidak bermaksud
untuk…-“
“Ah, gapapa, gapapa! Itu kodoknya anti gepeng
kok tenang! Errr…emmm….” Rayhaneo masih salting.
Martinet semakin deg-degan. Dia tidak tahu
kenapa, tapi jantungnya semakin berdebar-debar.
“Kalo mau, ambil aja kodoknya…” kata Rayhaneo
malu.
Martinet tersenyum malu. Ia melihat kodok imut
itu sekali lagi, kemudian mengangkatnya. “Terimakasih…”
Rayhaneo tersenyum.
Kemudian, Martinet pun tersadar apa yang
seharusnya ia lakukan untuk ayah dan ibunya.
Akhirnya, ia pun berlari dari taman tersebut,
sambil megang kodok.
“EH, TUNGGU!!!” seru Rayhaneo panik. Martinet
masih berlari.
“NAMA MBAK SIAPA???” tanyanya, sebelum
Martinet pergi.
“MARTINET..!” serunya singkat, dan ia
menghilang.
Rayhaneo terdiam sejenak, kemudian meneguk
ludahnya, tersenyum.
“Martinet…”
Malam itu setelah pesta usai, Rayhaneo tidak
bisa berfikir apa-apa lagi selain nama indah itu, dan bapaknya yang tambah
mangkak.
-
“Rayhaneo, kamu sudah dewasa sekarang, ayah
rasa saatnya kamu untuk memimpin pasukan kita.” Ujar Haswintague, mukanya
serius, tapi mangkak
“Pasukan? Pasukan apa, yah?”
“Begini, istana ini terlalu sempit buat kita.
Bukan begitu? Pesta dansa kemarin saja cuma bisa nampung 4000 orang. Kurang
banget keles. Kamar mandi ayah cuma ada shower plus air panas, bathub segede
kolam renang, sama dindingnya cuma dibuat dr perak. Kurang banget keles. Kamar
tidur ayah kecil banget. Ya kalo dibanding sama teater Opera, gedean kamar
Ayah. Tapi tetep aja, tempat tidurnya kurang empuk banget, duh. Harganya cuma
20 juta sih hih. Kita butuh lahan lebih, Rayhaneo.”
“Lu mangkak banget jir.”
“Apa kamu bilang?”
“Ayah ganteng.”
“Ya emang. Pokoknya intinya gini, kita harus
ngerebut kekuasaan Raja Faiztheo. Kita harus rebut istananya yang besar itu.
Udah gitu koki-koki disana enak enak banget. Mereka bisa masak masakan yang
luar biasa enaknya itu. Papa udah bosen makan masakan harga puluhan juta iyuh.”
Kok dia jadi bapak gue sih. Batin
Rayhaneo
Nak, bapak bisa telepati. Tiba-tiba
suara Haswintague muncul.
Oiya pak maap.
“Jadi Rayhaneo. Gimana? Kita serbu diam-diam
itu istana Faiztheo di malam hari, kemudian kita ancam bunuh putrinya itu.
Pasti dia akan menyerahkan. Jika sudah menyerahkan, kita bunuh semuanya.
HUAHAHAHAHAHAHA.”
“Ayah kok jahat banget sih! Rayhaneo gamau!
Rayhaneo cinta damai! Ayah gabisa bikin aku kayak gitu! Aku polos seperti
rumput yang hijau!”
“Ya daripada dijadiin babu mending dibunuh.”
“Rayhaneo gamau!”
“TURUTIN KATA AYAH ATAU AYAH GABELIIN KAMU
CICAK LAGI!”
“AKU GAPEDULI!” Rayhaneo melesat pergi dari
hadapan ayahnya yang meneriaki namanya dengan kesal.
“Imamzu.”
Seorang prajurit gagah berani perkasa unyu
imut cimit cimit conyo emesh dengan siap mendatangi Haswintague. “Siap, Yang
Mulia.”
“Siapkan pasukan. Kita serang istana Faiztheo
itu nanti malam. Suruh anak buahmu untuk mencari putraku. Ada sesuatu yang
mencurigakan..”
Imamzu membungkuk. “Siap, Tuan!”
-
“…..jadi begitu, Yang Mulia.”
Faiztheo menyisir kumisnya kembali setelah
mendengar penjelasan dari Rabella tentang rencana jahat Haswintague.
“Kurang ajar dia. Kalau begitu, aku akan
menyuruh penjaga-penjaga dan prajurit prajurit terbaikku untuk berjaga lebih
ketat ditengah malam. Terimakasih Rabella.”
“Sama sama Yang Mulia. Ohiya, dimanakah
Martinet?”
“Hah, paling sedang ke taman bunga. Dia bilang
dia jatuh cinta pada pandangan pertama kemarin. Entah sama siapa..Dasar anak
muda.”
Rabella mengernyitkan dahi, kemudian berfikir
sejenak.
Jangan jangan…
-
Martinet berguling-guling di taman bunga
(Asli, me already ngantuk n I don’t know what to say di cerita ini so maap if
ngaco thank u).
Tiba-tiba, ia mendengar suara meongan kuda,
dan sebuah tapakan kaki yang menandakan bahwa ada seseorang disana. Martinet
beranjak bangun dan mencoba mengintip siapa yang turun dari sana.
Dan saat itulah…
“Martinet?”
“Rayhaneo?”
Yak mereka ketemu lagi gitu lho. Ada percikan
cinta gitu, cinta pada pandangan pertama dan kedua.
Rayhaneo menatap tangan Martinet yang ternyata
masih megang kodok miliknya.
“Eh, James, apa kabar?”
Guk
“Oh, baikk”
“Oh, namanya James…lucu banget deh. Masa
kemaren dia pipisin pengawal aku, terus pengawal aku buta, hehehehee hebat ya
James.” Puji Martinet. Rayhaneo senyum.
“Bagus deh kalo seneng…”
Terus hening.
1
2
3
“Errr…Martinet. Sejak kita ketemu pas pesta dansa itu…”
Martinet deg degan.
“…kayaknya…karena kodok itu…”
Martinet nahan pipis.
“….aku…cinta pandangan pertama deh sama kau.”
Lalu…….tiba-tiba….
Malaikat cinta bersayap pink bernama Azamtera
dan malaikat cinta yang metal abis bernama Ciaciat datang diatas mereka. Mereka
pun dengan asyik bernyanyi,
SUDAH KATAKAN CINTA , SUDAH KUBILANG SAYANGGGG
, NAMUN KAU HANYA DIAM, TERSENYUM KEPADAKU,
KAU BUAT AKU BIMBANG, KAU BUAT AKU GELISAH,
INGIN RASANYA KAU JADI MILIKKUUUU
KU AKAN SETIA MENUNGGUU SATU KATA YANG
TERUCAP….-
“Woy diem dulu njir.” Rayhaneo kesel. Ciaciat
dan Azamtera kemudian terbang lagi keatas dengan harpanya. Martinet tertawa
kecil.
“Aku…juga.”
Kemudian Rayhaneo tersenyum manis.
Tiba-tiba Azamtera dan Ciaciat datang lagi.
WHEN YOU SMILE, I SMILEEEE
OUWOWOWOWOWOW
YOU SMILE, I SMILEEEEEEEEEE
HEYEYEYEYYEYEYEYEEYYEEY
“PERGI KEK.” Seru mereka berdua.
Mereka terbang lagi membawa harpa.
Akhirnya, Rayhaneo berbisik, “Mau ga kamu….”
JANGAN KAU TOLAK DAN BUATKU HANCUR, KU TAK
AKAN MENGULANG TUK MEMINTA….
“ETDAH WOY!!!!!!!”
Yak mereka pergi untuk selamanya.
Belum sempat Rayhaneo say something, tiba-tiba
anak panah meluncur entah dari mana, meenancap di pohon sebelah Rayhaneo. Ia
shock, terkejut, lelah letih lemah lesu muram burja.
Rayhaneo melihat arah dari anak panah itu dan
menemukan seorang Sersan dari istananya, Chandravo, sedang membidik wanita disampingnya.
“TIDAKKK!!!!!!”
Rayhaneo mendorong Martinet sehingga Martinet
jatuh dan terguling di tanah. Chandravo terkejut. Ia tidak menyangka kalau
Rayhaneo akan melindunginya. Ia membidik kembali. Ketika Rayhaneo lengah,
justru sebuah tangan menarik Martinet pergi.
“Sial!” kutuk Chandravo.
“MARTINETT!!!!” jerit Rayhaneo, melihat
Martinet dibawa pergi oleh orang asing.
-
Orang asing tersebut—yang ternyata adalah
seorang Kapten perang—menjatuhkan tubuh Martinet didekat pohon
“Fairuzky?! Apa yang kamu…-“
“Maaf, Putri. Ini perintah Raja. Kau tidak
seharusnya bersama orang dari Mangkak Lovers.”
“Tidak! Dia berbeda! Dia tidak mangkak seperti
Haswintague!”
“Tidak boleh, putri! Ini jebakan! Kau tidak
boleh—“
“LEPASKAN AKU, KAPTEN!”
“TIDAK PUTRI, KITA HARUS PULANG!”
“Lihat Kapten! Ada Alfrida lagi terbang!”
Martinet nunjuk keatas.
“Mana?”
Yaudah abis itu Martinet kabur, terus Fairuzky
masih nyariin doinya di langit.
Martinet berlari, menuju dimana Rayhaneo masih
menunggunya—mungkin.
Belum sempat ia menghampiri Rayhaneo, ia
melihat sekilas seorang wanita dan pria yang tampak sibuk mengikat tangan
pangeran mangkak lovers itu.
“Ihhhh lepasin aku :(“ pinta Rayhaneo manja.
“Tidak bisa, Pangeran! Ini perintah dari Yang
Mulia langsung.” Ujar Sersan Chandravo.
Asistennya, yang bernama Desyami, merekatkan
ikatannya pada tangan Rayhaneo sehingga ia berteriak kesakitan.
“SAKIT WOY!!!!!”
“Kata Imamzu kalau anda berontak, saya harus
semakin merekatkan ikatannya.” Ujar Desyami polos.
“ADA APA SIH KALIAN! DIA ITU WANITA TIDAK
BERSALAH! MENGAPA KALIAN INGIN MEMBUNUHNYA?”
“Pangeran! Wanita itu adalah…”
“Martinet!!! Martinet yang mencuri hatiku
sejak pertama kali berjumpa!”
“Martinet binti Faiztheo.” Tuntas Chandravo.
Rayhaneo terdiam.
Martinet, dari balik semak semak pun ikut
terdiam. Ia takut melihat reaksi Rayhaneo selanjutnya.
Namun yang ia lihat, Rayhaneo hanya diam, dan
pasrah, kemudian Chandravo menariknya pergi sementara Desyami menggiring kuda
yang dibawa Rayhaneo.
Martinet tampak sakit hatinya.
Ia pun langsung berlari dari sana, entah
kemana arah dan tujuannya
Hujan tiba-tiba turun, deras sekali, membasahi
tubuh Martinet.
Martinet tidak mencari jalan pulang. Ia hanya menggenggam
James dalam genggamannya, sementara ia berkelana entah kemana tujuannya,
memikirkan mengapa ia sekalinya jatuh cinta, cintanya salah gitu lho ya di
phpin geto. APaansiIKkK
Sampailah ia didepan rumah cukup besar namun
agak kuno, dan kakinya terasa lemas.
Dan saat itulah Martinet merasa tubuhnya jatuh
ke tanah.
Keren abis guys kayak sinetron .
-
Martinet membuka matanya, merasakan sebuah
handuk berada di dahinya, dan seorang suster tertidur disampingnya.
Martinet terheran heran. Where is she? Is she
home? Or she is diculik oleh Rayhaneo?
Martinet menggerakan sedikit tubuhnya.
Kemudian sang suster bangun.
“Ah, mbak udah sadar.” Kata suster itu.
“Saya dimana ya, mbak?” tanya Martinet. Suster
itu hanya tersenyum manis,kemudian ia berdiri untuk memanggil seseorang diluar.
Seorang wanita paruh baya, tubuhnya tinggi,
rambutnya panjang dan ikal, juga pakaiannya tampak sangat sederhana. Ia
tersenyum hangat pada Martinet sebelum menghampirinya.
“Terimakasih, Aulietta. Kau boleh istirahat.”
Ujar wanita itu kepada susternya. Aulietta mengangguk, kemudian pergi.
“Anda siapa ya?” tanya Martinet.
Wanita itu tersenyum lembut. Ia mengelus
kepala Martinet lembut, kemudian berjalan untuk membuka sebuah botol gelas yang
berisi…. James.
“Ini James, kan?”
“Ah, iya!! Bagaimana anda tahu?”
Wanita itu tertawa kecil. Serem juga lama lama
ini cewek.
“Aku Lipiak. Aku Ibunda Rayhaneo.” Ujar wanita
itu, membuat Martinet terkejut dan hampir pingsan lagi. Pingsan mulu pak.
Lipiak ketawa lagi. Serem lu pi.
“Rayhaneo.. putraku.. ia sangat menyayangi
James seperti ia menyayangi makanan. Jadi…jika James diserahkan untuk orang
lain…pasti orang itu sangat berharga..” ANJAS LIPIAK.
Martinet tersipu malu.
“Aku…”
“Kau putri dari Faiztheo dan Witaressia kan?”
Martinet terkejut. Ia rasanya ingin lari,
takut dibunuh, dan dimasak.
Lipiak ketawa lagi.
“Aku dan suamiku sudah lama bercerai, nak. Kau
tidak perlu khawatir akan disakiti atau dilaporkan.” Jelas Lipiak sembari
meletakkan James kembali.
Martinet sedikit terkejut. Kapansi ini anak ga
kaget.
“Mengapa kalian bercerai?”
Lipiak tersenyum, “Terkadang… cinta itu datang
tiba-tiba. Tidak tepat waktunya, dan… aneh. Begitupula aku dan ayah Rayhaneo.
Mungkin saat itu Haswintague dan aku saling mencintai, tapi aku terlalu buta
untuk melihat bahwa sebenarnya Haswintague itu mangkak. Jadi… aku memutuskan
untuk meninggalkannya… walaupun sebenarnya agak sakit, ketika pada satu sisi,
aku peduli, dan dia tidak peduli.” GILA PIIII GILAAAAAA.
Martinet tercengang atas kata-kata yang
diberikan Lipiak.
Udah gue bingung.
-
Rayhaneo mengetuk ngetukkan jarinya ke meja,
masih sabar mendengarkan celotehan Dandylio tentang pacar barunya, Budelona.
“Dia perhatian banget sama gueee, han! Gaada
cewe seperhatian itu sebelumnya! Terakhir sih perhatian garagara gue ngutang.
Gilss lo harus kenalan sama dia!”
“Gue lagi ada masalah, dy.” Kata Rayhaneo
miris.
“Kenapa lu?” Dandylio penasaran.
Rayhaneo menghela nafas. “Ya gue dapet cewe,
finally.” Ujarnya lemes. Dandylio nyengir bahagia.
“Wes bagus dong! Cantik gaaa?!”
“Cantik banget… cewe tercantik yang pernah gue
temuin, dy. Tapi…….”
“Tapi..?”
“Dia………..anaknya Raja Faiztheo, dy.”
“HAH?????? GILE LU NDRO.” Dandylio dorong
mejanya Rayhaneo. “NGAPAIN LU SUKA SAMA DOI? BOKAP LU MANGKAK, KALO DIA DIBUNUH
JUGA BUAT KOLEKSI KARPET GIMANA?”
“Itu dia, dy. Masa cewe secantik itu dijadiin
karpet.” Rayhaneo lesu.
“Lah…terus gimana?”
“Gatau dy, bokap gue kayak punya rencana buat
ngancurin mereka. Tapi gue gamauuuu pisan. Ada Martinet disitu. Gue harus
mempertahankan diaaaa. Because a girl like her is impossible to find. Asek gue
nyanyi.”
Dandylio berdiri, kemudian ia menarik kerah
baju Rayhaneo. “Ikut gue, Budelona ada kenalan yang bisa bantu kita.”
-
“Ya, jadi gue punya kembaran, namanya
Femilona. Dan dia punya kenalan yang bisa bantuin lo.” Kata Budelona pada
Rayhaneo, sambil berjalan di taman rumahnya.
“Siapa?”
“Ya pokoknya ada lah,” kata Budelona.
“Yaudah Budelona, anterin kita ke Femilona
aja, kita butuh mereka.” Kata Dandylio. Rayhaneo ngangguk.
“Oh yaudah, ayo masuk.” Kata Budelona
mempersilahkan mereka masuk kerumahnya.
“Budelona!!! Yaampun ini kan giliran lo
nyuci!! Jadi gue kan yang laundry!” Tiba-tiba, seseorang yang mirip Budelona
menghampiri mereka bertiga. Budelona
cengar cengir.
“Emang sengaja gua tinggalin biar lu nyuci.
Gimana, udah bersih semua?”
“Paleluledut. Tuh masih banyak.” Femilona
kesal. Kemudian ia menatap kedua pria yang ikut bersama Budelona.
“Lho, Rayhaneo?” tanya Femilona malu malu.
Rayhaneo melambaikan tangan dan nyengir.
“Haloooo.” Sapa Rayhaneo pada Femilona, yang
juga adalah mantan kekasihnya. ANJAS.
“Ngapain lo sama Dandylio kesini?” tanya
Femilona.
“Ya, jadi kita…-“ belum sempet Dandylio
menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba seorang pria dan wanita datang
menghampiri mereka. Ternyata itu ayah dan ibu Budelona dan Femilona, Rafileo
dan Eviphia.
“MasyaAllah, Budelona bawa teman-teman cowok
ga bilang-bilang Abah sama Umi.” Tegur Rafileo sambil menggeleng gelengkan
kepalanya pada Budelona.
“Oiya bah, maaf ya, dadakan banget bah. Mau
minta tolong nih bah. Sumpah, Budelona ga ngapa ngapain kok sama mereka.” Tutur
Budelona.
“Astagfirullah, Budelona. Kok Umi ga denger
kamu ucapin salam tadi pas masuk?” tegur Eviphia.
“Yah, maap mi.”
“Coba ulang dari awal, nak.” Kata Rafileo.
Akhirnya mereka bertiga keluar lagi, terus
masuk lagi.
“Assalamualaikum wr.wb.” ujar mereka bersamaan.
“Waalaikumsalam. Nah itu baru anak abah.
Yaudah abah tidur dulu ya, ngantuk.” Akhirnya Rafileo pergi ke kamar tidurnya.
“Umi mau belanja dulu ya, Assalamualaikum.”
Ucap Eviphia sambil pergi. Mereka berempat menjawab salamnya.
“Yak yaudah tadi mau ngapain?” tanya Femilona.
“Ya, jadi kita butuh bantuan lo buat bantuin
Rayhaneo ngelindungin gebetannya.” Kata Dandylio.
“Gebetan…?” ada nada gaenak pada suara
Femilona.
“Iya, masalahnya, gebetannya itu….Martinet,
putrinya Raja Faiztheo.” Ujar Budelona.
“HAH?! MIAPE?! GILE LU NDRO!” Femilona
terkejut.
“Makanya! Sekarang bokapnya Rayhaneo pengen
ngancurin istana mereka. Dia mangkak banget!” seru Dandylio.
“Lo ngerti kan maksud kita apaan?” kata
Budelona.
Femilona berfikir sejenak… dia tersenyum pada mereka.
“Kaga.”
“Ah elu oon.” Dandylio kesel.
“Jadi kita mau lo ketemuin kita sama Mirazel
sama Ivanjo si adik kakak itu. Soalnya mereka punya mantan babysitter yang bisa
ngeramal dan hanya nurut sama mereka doang!” jelas Budelona.
“Oh…” Femil ngangguk. “Terus?”
“IHHH!” Dandylio mulai kesel.
“Sabar beb.” Kata Budelona.
“Gabisa gini beb. Kembaran kamu ini…ah…”
Dandylio mengusap usap jidatnya.
“Kamu harus sabar. Untuk aku. Untuk kita
semua.”
Jijik ah.
“Ya, jadi kita pengen peramal itu ngasih tau
kita rencana selanjutnya dari Raja Mangkak!” seru Dandylio.
“Oh! Gitu! Yaudah ikut gue.” Seru Femilona
sambil memimpin mereka dalam perjalanan.
-
“Ngga mau ah.”
“KENAPAAA? KENAPAAAAAAAA? LO TEGA BANGETTT
MIRRRRR KENAPAAA????” Femilona mencengkram pipi Mirazel.
“Ih jangan homo dong” ujar Mirazel, gadis usia
16 tahun yang tubuhnya kecil banget untuk seusianya. Tetep imut,lucu, rajin
menabung, tidak sombong, dan sayang kucing. Anjas.
“Kita udah lama ga kontak sama mbok Austina.”
Ujar kakaknya, Ivanjo. Seorang pria keren, berwibawa, kekar, tinggi, beralis
tebal, hidung mancung, pribadi tenang, cool, dan senyumnya menawan. Anjas.
Thank me later Ivan.
“Plis donggg ini demi pangeran…” pinta
Femilona. Budelona mengangguk setuju.
“Terakhir gue kesana, dia minta dibawain David
Guetta. Mangkak mangkak juga itu peramal.” Ujar Mirazel.
“Iya makanya kita udah jarang kesana lagi.”
Kata Ivanjo.
“Plis plis plis buat sekali iniiiiiiiiii aja.”
“Eh ada tamu,” tiba-tiba pintu depan terbuka,
seorang pria masuk.
“eh, papa.” Sapa Ivanjo.
“Eh, om Aditeo. Udah pulang om.”
“Iya nih. Kenapa kalian ngumpul disini?”
“Nih yuk silahkan dimakan cemilannyaaaa..”
seorang wanita tiba-tiba menyediakan kue coklat dan susu pada mereka. Ia adalah
ibu dari Mirazel dan Ivanjo, Destyven.
“Makasih mama,” kata Mirazel.
“Ohiya om, jadi kita minta bantuan mereka
berdua nihhh buat minta tolong ke mantan babysitter mereka itu si mbok Austina.
Tapi mereka ga mau.” Femilona ngadu.
“Ya ampun nak, kalian gaboleh gitu! Membantu
orang itu salah satu sumber pahala bagi kita. Kalian gaboleh kayak gitu! Jangan
sombong, nak.” Tegur Destyven. Mirazel sama Ivanjo menghela nafas.
“Tapi ma…”
“Gaada tapi-tapian, Ivanjo, kalian bantuin
mereka. Kalo dia minta David Guetta, mama kasih Mario Maurer.”
“Yah tante aku juga mau…” Femilona protes
“Yaudahlah ya, ayo deh.” Mirazel akhirnya
berdiri
“Mama ikut ya anak anakku.” Destyven tiba-tiba
ngambil tasnya.
“Gausah ma, mama gainget waktu itu mama nyasar
di hutan pas kita mau dateng ke pesta dansa?” tegur Ivanjo.
“Kali ini ngga kok!” Destyven bersikeras.
“Mama gainget waktu itu mama ngira Madame
Dindaneo itu Nikita Willy? Terus mama minta tanda tangan? Inget ga?” tegur
Mirazel.
“Emang pernah?”
“Iya…waktu itu juga mama pernah gangguin
Monsieur Yosafter pull up, terus mama ikutan pull up, terus mama teriak teriak
‘AAA MARIO MAURER I LOVE YOU!’? inget kan ma?” tegur Ivanjo lagi.
“Itu mama khilaf nak, khilaf.”
“Iya mama kalo ketemu cowo ganteng pasti ngaku
ngaku bujangan:(“ Aditeo tiba-tiba sedih.
“Yaudah mama disini aja:(“
Akhirnya mereka berenam pergi.
-
“AHROAHAOSKFHSOKFHLAFHAOIFHAJDGFAOSDGKHAGJDOGHDGJADOGJHAD”
Seorang peramal bernama Austina berbicara tak karuan sambil menggerakkan
kepalanya dan tangannya dilambai lambaikan diatas piring berisi air.
“AOIHAIOFHOSHGAHFGOASHF AYAM BUMBU SAPI KUCING
BUNTUT TEBAL KERBAU BISA BAHASA INGGRIS
APJOHSOFGHSODIGFHSDOFSDHFSDUOGHSDOGSHDGU KECOA TERBALIK CICAK CONYO EMESH
HOIFHWOFGHSDIFG”
Semua orang menatapnya aneh.
“Errr apa katanya pak?”
Seorang penerjemah bahasa humba, Hilmizi,
menaikkan kacamatanya yang melorot, kemudian membaca kamus,
“Katanya dia lapar, dan dia sebenernya gamau
melayani kalian.” Ujarnya singkat.
“Lah terus gimana?” tanya Ivanjo cool.
“AFOEWHGOWJHGKWHEGOWEG WEGHWEOGHWEOGHWEOIGHWEGEWHG
WEOGEIWGHWEOGHWEOGIEW HGOIWEHG OIHGWOEIGHWEIGHWEOG WEOIGEHWGEWOGI”
“Selaw, katanya.” Ujar Hilmizi.
“ADHEOFHWEOWHEGOWE GHEWOOIHWFOIHFWQUFH
WOHUUFBIJFAKSFHASKJFSKFASF ASFH AISFJH ASFIHSFUASF ASUHF SAOUFH ASIFUHA
SFUIASFH ASOFHA SOFHSF ASOIFH ASOI AFHOAUSFH ASOF OAISFHA SOG SFIOAH”
“Karena ini menyangkut masa depan kita semua,
akan saya ramalkan.” Terjemahnya lagi.
“Syukurlah.” Kata Rayhaneo.
“Aasaosfihasofi Ghfoiashfaosfh asfhoiHIHSOFIAH
OIAHF ASOFIHSIOASHFOSAFJASPOSUQOWURIYHQOJBQFBQWKBFKDJFH 02737509273097230592730592735092375092372-95723957230597
FAHKFJAHFKJAHFO ASOHA OASFH OAFH ASOF AFIASFH ASIFOHA OFIAS
FHASOIHOIAHOURYQOUYWROIQR OQWHR WQORHQ WIRQWH OIQ 628981624891846 198Y4
10INAMFBIAJHGF”
“Katanya, ayah Rayhaneo sudah tahu kalau dia
jatuh cinta pada Martinet. Dan sekarang ia sudah mengumpulkan pendekar pendekar
hebat, seperti Thesario, Sarayeti, dan Syihantos, untuk melawan pasukan
Faiztheo.”
“AOOQAHOFIHDFOAHFUAH OASFIASOFIHASF SOAIFHS
AOIFGHS SAOIHFASOIFHS FOSAIHF ASOIFHAS OIFGHS FOSIHF ASIHFASIOFHS SOAIFHSFIOHF
ASOIFSHFOASFHSAOIFHA OSIFHSAOIFHF OAIHA OFIASHFOASFIHA FOAIHFA SOIFAHOAIFH
ASOISH SOAFH OASIFH “
“Sementara di pihak Faiztheo, seorang Jendral
bernama Cirtoni yang sangat hebat itu akan memimpin perang, karena ia sudah
tahu rencana si mangkak. Dan mereka didukung oleh si pendekar kembar Safirola
dan Maudiola.”
“AIHFOIHOAHOISFH ASFIHAS OFIASFH ASIHF AOIFHA
SIFHASOIFHASOIFHASIHASFASIH”
“Tapi sepertinya, si mangkak itu sudah
menyiapkan taktik lain, yaitu menyandra putri kerajaan untuk memaksa Faiztheo
menyerahkan istananya dan memaksamu untuk tunduk padanya!” ujar Hilmizi pada
Rayhaneo.
“APAAA?! AYAHKU MANGKAK!!!!!! TIDAK AKAN
KUBIARKAN!!!”
“AHDFOIADH!” Austina mengangkat tangannya
“Tunggu!” Hilmizi ikutan.
“ADHALDHASDOIHA DIOAHSDFOIAFH ASFIHS
ASOFIGHSOFIASHF ASIOHF IOAHFSAIFHASOIFAHF OASIFHA SOFIAHF OASIHA
SOFIHASFOIASHFAOSFIAOSSASIIFHAOIAOFIHASFOIASHFOAS”
“Temuilah kedua bodyguard Martinet, Monikarto
dan Reginopel, dan suruh mereka membawa Martinet ke tempat tersembunyi. Karena
jika kau menemui Martinet, maka ayahmu akan tahu.” Jelas Hilmizi,
menterjemahkan Rayhaneo.
“ADHAOAHDOAIHA DOAIDJ AOIDHA OIHAD OIADH AOIHD
OAIHD AODIAH AKHADOIADHIDAHADOIAHAO DOAIAHD OAIDHAO IAHD
AODIADODIAHOADIHADOIAHDAOIDAH DOAIDHA DOIAHOAIDAHD OAIHOIDAHAO” Austina
melambaikan tangannya.
“Apaan artinya?” tanya Budelona
“Cmungud ea.” Terjemah Hilmizi.
Yak. Setelah itu merekapun pergi menemui
Monikarto dan Reginopel.
“Bagaimana ini, Monikarto dan Reginopel kan
ngomong bahasa Jerman sama Spanyol!” seru Rayhaneo.
“Lah emang gaada yang bisa apa disini?” tanya
Dandylio.
“Ivanjo sama Mirazel bukannya waktu itu juara
berbahasa ya?” kata Budelona.
“Juara lomba mengeja keles.” Jawab mereka
berdua.
“AAAH gue pusing juga nih, kuat kuat banget
pasukan bokap gue. Gimana dong?”
“Tenang han, gue bakalan berdiri disamping lo
buat belain lo. Gue sebagai juara sepak bola sekecamatan, gue pasti bisa
ngalahin mereka.” Kata Dandylio.
‘Iya han, gue dan Femilona pasti juga akan
bantuin lo. Kita bakalan masak buat lo.” Kata Budelona.
“Iya, gue sama adek gue bakalan ikut bantu
juga, han. Dulu kita sering perang bantal soalnya. Tenang lah.” Kata Ivanjo.
Rayhaneo berkaca kaca matanya.
“Makasih guys, walaupun prestasi kalian ga membantu
sama sekali, gue terharu.”
-
Setelah lama sekali ngomong sama Monikarto dan
Reginopel sambil liat kamus Spanyol dan Jerman, akhirnya mereka berdua ngerti
kalo mereka disuruh ngamanin Martinet intinya itu. Mereka mengatakan bahwa
Martinet sejak kemarin belum pulang padahal sudah dijemput oleh Kapten
Fairuzky.
“HAH?” Rayhaneo shock.
Terus kemana dia?
Rayhaneo lemes, gabisa mikir, lelah, lunglai
dan tidak tahu harus apa.
Akhirnya dia memutuskan untuk mengunjungi
mamanya, mau curhat, menangis dipelukan mama, minta maaf sama mama kalo dia
pernah pipis di lemarinya mama, dan lain lain.
-
“Ibu?”
Rayhaneo mengetuk pintunya berkali kali.
“BUU LAPER BUUU” Rayhaneo mau nangis gara-gara
ga dibukain.
Akhirnya, pintu pun dibuka. Datanglah Lipiak
dengan senyuman bahagia melihat putra semata wayangnya datang.
“IBUUU!!!:(“ Rayhaneo sungkem pada ibunya.
“Maaf nak maaf, tadi ibu lagi dengerin lagu
Clarity volume full jadi ga denger kamu ketok ketok. Ayo masuk.”
Rayhaneo dan Lipiak pun masuk, kemudian mereka
berdua duduk di meja makan sembari minum secangkir teh manis.
“Bu, Rayhaneo mau curhat.”
“Curhat apa?”
“Jadi, Rayhaneo suka sama cewe…tapi cewe ini…beda
sama Rayhaneo. Rayhaneo harusnya gaboleh sama cewe ini. Tapi Rayhaneo tiap hari
gabisa berhenti mikirin dia. Dan Rayhaneo sekarang panik banget mengetahui dia
bakalan dibunuh sama ayah. Ayah tuh tambah mangkak bu, Rayhaneo ga tahan
lagi…dan sekarang cewe ini ilang, gatau kemana..”
Lipiak ga ngejawab, dia hanya meminum
secangkir tehnya.
“Bu, kok ibu diem aja?”
Lipiak tersenyum.
“Nak, ibarat kamu melihat sebuah bunga yang
sangat cantik, kamu pasti membiarkannya tumbuh ditempatnya. Karena jika kamu
cabut bunga itu, bunga itu pasti akan mati. Namun kau masih tetap menyiraminya
dan menjaga kecantikannya.” Ujar Lipiak. Rayhaneo mikir sebentar, hampir
gangerti.
“Jadi….jika kamu sayang sama seseorang, kamu
ga harus memiliki orang itu, tapi kamu membiarkannya hidup bahagia..”
ANJASSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
“Contohlah Pangeran Rifqireo dan seorang gadis
biasa, Ayasrura, mereka saling jatuh cinta, namun tidak direstui. Akhirnya,
mereka akhirnya membiarkan satu sama lain hidup dalam bahagia masing masing,
sampai akhirnya, kini mereka bertemu kembali, dan sudah menikah. Mereka hidup
bahagia sekarang.”
Rayhaneo ingusnya meler, mau nangis.
“Ibuu…..”
Lipiak tersenyum, nabok nabok kepalanya
Rayhaneo.
“Ibu ada kejutan buat kamu di taman.”
Rayhaneo mengelap ingusnya, kemudian bertanya,
“kejutan apa bu?”
“Liat ajah.”
Akhirnya Rayhaneo berdiri, kemudian berjalan
kearah taman, dan….
Disitulah Martinet berguling guling di taman
bunga.
Rayhaneo tidak tahu harus menangis atau
tertawa bahagia.
“MARTINET!!!”
Martinet bangun, kemudian memusatkan
tatapannya pada Rayhaneo.
“RAYHANEO!!!”
Martinet berdiri kemudian langsung berlari
kearah Rayhaneo, yang saat itu juga berlari kearahnya.
Mereka bertabrakan.
Terus bangun, terus pelukan.
Tiba-tiba Cupid Azamtera dan Cupid Ciaciat
membawa harpa dan bernyanyi,
LAGU RINDUUU INI KUUUCIPTAKAAAAAAAN HANYA
UNTUK BIDADARI HATIIIKU TERCINTAAAA UUUWOWWW…
“Martinet, I love you Martinet. Mari pergi
dari sini. Mari kita lawan si mangkak Haswintague. Mari kita kabur bersama
sama, diluar perang ini, hanya kita berdua, Martinet.” Oke gw agak gmn gitu
ngetiknya.
“Rayhaneo, I love you too…. bersamamulah
impianku. Bawa aku pergi dari perang ini, kita hapus perbedaan dan
diskriminasi.”
“Martinet..”
“Rayhaneo..”
Akhirnya mereka kabur bersama sama, melupakan
perang, dan hidup tidak diketahui oleh orang orang.
The End.
Gaje kan? Emang. Matilu mir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar