Laman

15 Mar 2014

Romeo & Julietnya Scensix



Demi apapun ini tijel. Kalo mau baca, baca doa dulu ya.







Sebuah kisah cinta

Cinta terlarang, terpisah jarak dan waktu, namun cinta mereka abadi dan hanya dapat terpisah oleh kematian.

Tidak ada yang bisa menghalangi, walau mati taruhannya sekalipun.

Sebuah kisah, yang patut kita teladani, serapi, dan dicuekin juga gapapa sih.

Rayhaneo & Martinet

“Rayhaneo, udahlah, lo kan pangeran, putra dari Raja Haswintague sama Ratu Lipiak, lo patut dapet cewek cantik yang dampingin lo. Yailah banyak banget bro diluar sana cewek cewek cantik, lo deketin kek. Jangan mainan cicak mulu di kamar keles.” Ujar seorang pemuda tampan nan elok rupawan bernama Dandylio.

“Ahelah, cicak enak dimainin, buntutnya kalo lepas bisa numbuh lagi. Kalo cewek putusin gue? Sakitnya bertahun-tahun baru bisa move on, bro. Lo enak, gantengan dikit dari gue. Banyak lah yang mau sama lo! Playboy sih, ya ga cak?” jawab pria tampan, putih, kekar, sispek, tinggi, menawan, dan semua itu bohong, bernama Rayhaneo, sang pangeran.

Dandylio menghela nafas. “Yaudah gini ye, kan besok pesta dansa tuh, lu dandan nih ye yang ganteng, terus, kalo lu dapet yang cantik, shikat! Betah banget jomblo 20 tahun lo!” ledek Dandylio.

“Umur gue aja baru 17 besok.”

“Oiyak.”

“Yaudah, liat aja ye, besok gue udah dapet gebetan!” Rayhaneo berkobar semangatnya.

Sementara itu, di sebuah istana megah lainnya…

“Wah, mama, liat deh, Raja Haswintague ngadain pesta dansa untuk ngerayain ulangtahun pangeran Rayhaneo.” Seorang pria paruh baya dengan kumis tipis memperlihatkan koran bacaannya kepada istrinya.

“Loh, anak itu bukannya waktu itu jatoh dari lantai 5 gara-gara ngejar cicak?” Ratu Witaressia dengan bingung menjawab. Raja Faiztheo menggelengkan kepalanya.

“Yaiya kan masih idup ma.”

“Subhanallah, emang ya keajaiban itu datang kapan aja.”

“Mama lebay.”

“Mamaaa, Papaaaaa, aku pulaaang” seorang gadis cantik berkulit sawo matang berlari-lari senang sepanjang koridor istana menuju ayah dan ibunya.

“Eh, Martinet sayang, gimana, dapet jodoh di Take Me Out-nya?” tanya ayahnya. Martinet mencium pipi Witaressia kemudian sungkem sama Faiztheo, sebelum menjawab pertanyaan ayahnya.

“Ngga sih, pa. tapi tadi aku seneng bangetttt bisa kenalan sama cogan. Hehehehehehe.”

“Ah, dasar kamu. Ohiya, ngomong-ngomong, ada kabar bagus nih dari musuh bebuyutan kita, hahaha.” Ujar Faiztheo girang.

“Apatuh pa?” tanya Martinet.

“Besok keluarga Raja Haswintague ngadain pesta dansa buat ngerayain ulangtahun anaknya, pangeran Rayhaneo. Nah, semenjak si mangkak itu hampir ngeledakin istana kita berkali-kali, papa yakin dia ada rencana busuk lagi buat bunuh kita semua dan musnahin keluarga kita.” Jelas si Faiztheo sambil nyisir kumisnya.

“Ya…terus kenapa, pa? kan gagal terus, selaw ae” jawab Martinet songong. Witaressia nepok punggung anaknya, nandain kalo dia gaboleh ngomong gitu.

“Jadi papa ngerencanain apa?” tanya Witaressia.

“Papa mikir, kalo kamu bisa nyusup kesana, kamu bisa tau rencana jahat si mangkak itu. Gimana?”

“Ah, papa maaaah….kenapa harus Martinet?” keluh Martinet kesal.

“Karena kaulah putri kami satu-satunya, Martinet! Kaulah harapan kami! Papa mohon, Martinet, sekali ini aja turutin kata papa.” Pinta Faiztheo.

Martinet menatap iba ayahnya dan ibunya. Akhirnya dia mengangguk.

“Oke, pa, ma. Martinet bakalan kesana.”

Keesokan harinya

Kereta kuda sederhana telah sampai ke istana megah milik Raja Haswintague. Seorang pelayan membukakan pintu kereta tersebut sehingga seorang gadis cantik jelita berpakaian anggun nan manis turun dari kereta tersebut.

“Martinet, inget pesan papa.” Bisik Faiztheo, berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik topeng.

“Iya, pa.” ujar Martinet, tersenyum. Witaressia hanya tersenyum dan melambaikan tangannya kepada putrinya sebelum kereta kuda tersebut kembali berjalan lagi.

Martinet perlahan-lahan berjalan masuk kedalam, menatapi betapa megahnya istana milik Haswintague tersebut. Untuk beberapa saat, ia tercengang, mangap, dan hampir ngeces.

-

“Happy Birthday my bro! Gila lo udah dewasa sekarang.” Seru Dandylio sembari menepuk pundak Rayhaneo.

“Ah lo kan lebih tua dari gue bro, ukak amat.”

“Yeee, eh gimana? Udah dapet belum?” bisik Dandylio sambil ngeliatin perempuan perempuan kalangan bangsawan sekitar. Rayhaneo mengangkat pundaknya.

“Gaada yang bikin gue tertarik.”

Dandylio tertawa. “Sok banget looo ah. Tuh liat, Madame Martobe , cantik. Madame Niantare, cantik. Madame Fitrelly, cantik!  Mereka seniman, bro. Ngelukisnya jago abis. Lo gamau gitu dilukis dikelilingi buah-buahan? Atau dikelilingi anak naga?” seru Dandylio.

“Ya…mau sih, unyu gitu. Tapi ya..gimana.” Rayhaneo tampak bingung sembari menatap ketiga wanita cantik tersebut sedang tertawa sembari berbincang bincang dengan minuman di tangan mereka masing-masing.

“Ah udah, lo diem aja. Ayo kesana!” seru Dandylio sambil menarik tangan Rayhaneo, Rayhaneo tidak sempat membantah. Dia terlanjur ditarik kesana, dan wanita-wanita itu menatap mereka berdua bingung.

“Selamat sore, Madame. Kalian pasti kenal Rayhaneo bin Haswintague, bukan?” ujar Dandylio bangga. Rayhaneo nyengir ga berdosa. Mereka menatap Rayhaneo aneh.

“Ya, dia yang ulangtahun kan?” jawab Martobe. Dandylio mengangguk.

“Yap. Dan dia bertanya-tanya apabila salah satu dari kalian berminat untuk berdansa dengannya. Bagaimana, ladies?” tanya Dandylio. Rayhaneo tambah nyengir. Hore dilukis sama buah buahan, batinnya.

Mereka bertiga bertukar pandang satusama lain.

“Errr, sorry nih, gue udah ada kencan disana.” Ujar Martobe, nunjuk pria yang lagi berbincang-bincang dengan kawannya. Kemudian dia mengucapkan selamat ulangtahun kepada Rayhaneo yang merasa rendah itu, dan pergi. Dandylio menatap Niantare kemudian.

“Eh…sorry banget nih gue lagi datang bulan, gabisa dansa..hehehe.” akhirnya, dengan alasan ganyambungnya itu, Niantare mengucapkan selamat ulangtahun pada Rayhaneo yang merasa hina itu, dan pergi. Dandylio menatap Fitrelly.

“Aku gaboleh pacaran sama mama.” Kata Fitrelly polos, sambil tertawa sopan. “Tapi nanti aku bisa jokiin buat gambar kamu sama buah buahan atau anak naga kok.” Ujarnya sopan lagi. Rayhaneo kini merasa tak pantas menjadi seorang pria. Ia menggeleng sambil senyum. Akhirnya Fitrelly mengucapkan selamat ulangtahun, dan pergi.

“Lu jangan kayak om om makanya.” Ledek Dandylio.

“Ketek lu.”

Dandylio ketawa puas sambil nepuk punggungnya Rayhaneo.

“Ahudah ah, males gua disini. Bapak gua mangkak banget parah. Tadi jatah kue ultah gue dibawa semua ke kamarnya. Kampret. Udahlah gue ke taman dulu!” seru Rayhaneo kemudian pergi meninggalkan Dandylio.

Sementara itu, Dandylio berhenti tertawa, karena menatap sosok cantik jelita didepan matanya. Dengan helaan nafas berat. Dandylio membenarkan dasi kupu kupunya kemudian berjalan kearah wanita itu.

“Errr…Budelona.”

-

Martinet mencari sosok Haswintague kemana-mana, namun ia tidak menemukannya dimanapun.

Akhirnya, dia menyenggol seorang bangsawan cantik berambut lurus dan berkilau.

“Ah, maaf, maaf!” seru Martinet. Wanita itu hampir marah, namun ketika mendengar suara Martinet, ia menganalisa wajah Martinet yang tertutup topeng itu. Wanita itu menurunkan tangan kanannya yang memegang gelas.

“Martinet?”

Martinet diam sejenak, kemudian ia hampir berteriak ketika mengenali suara tersebut.

“Rabella!” serunya pelan. Kemudian Martinet memeluk Rabella.

“Astaga, kamu ngapain disini? Bahaya banget kamu ditempat ini!” ujar Rabella.

“Errr…papaku nyuruh aku buat menyelidiki Raja Haswintague, Rabella.. sepertinya ia punya rencana jahat lagi.” Bisiknya pelan.

“Martinet, sungguh, bahaya sekali jika kau berada disini, Martinet.” Bisik Rabella, sambil melihat sekeliling.

“Mereka gakenal aku!”

“Banyak yang tau kamu! Kalo kamu ditemuin, kamu bisa ditangkap!” seru Rabella. Martinet melihat sekeliling, kemudian tiba-tiba, seorang penjaga menatapnya penuh curiga.

Rabella menarik Martinet.

“Kamu gaboleh disini. Besok, aku ke istana kamu, aku akan cari informasi tentang Haswintague Mangkako itu. Sekarang kamu lari ke taman, cepet!” seru Rabella, mendorong Martinet. Martinet terdorong, kemudian dengan berlari kecil, ia menoleh kembali kearah Rabella dan menggumamkan kata Terimakasih.

-

Sampailah Martinet di taman, terengah-engah. Kemudian ia duduk pada sebuah beton dekat air mancur dengan patung seorang pria dan wanita yang sedang main catur sambil nyiram tanaman pake selang. Ia melepas topengnya.

Martinet memandangi langit yang mulai gelap itu, kemudian menyadari bahwa bunga-bunga berguguran dari pohon yang gajelas itu pohon apa pokoknya ada bunganya gitu, terus rontok..

Kemudian bunga-bunga tersebut jatuh pada air yang mengalir dari air mancur tersebut, dan Martinet memandangi bunga-bunga itu dengan pandangan lesu.

“Kapan aku punya cowok?” bisiknya.

“Errr…misi pak.” Bisik seorang pria dari arah belakang Martinet. Kemudian Martinet menolehkan kepalanya.

Kedua mata mereka bertemu, saling terpaku satu sama lain. Seakan-akan waktu berhenti berputar, bunga-bunga terus berjatuhan mengiringi detak jantung mereka yang temponya semakin cepat, tangan mereka tiba-tiba menjadi dingin, wajah mereka sama-sama memerah.

“…eh, maaf, mbak..” bisik pria itu yang ternyata Rayhaneo, malu setelah manggil dia pak.

“Ah…kenapa ya mas…”

“Ngga…itu kodok peliharaan saya jangan didudukin…”

Sontak Martinet terlonjak dan teriak, melihat kodok yang hampir gepeng tak bernyawa.

“ADUH MAAF MAS…EH….Mas…Mas Rayhaneo?”

“Ah…gapapa mbak…errr…iya…..”

Astaga…gue kenapa… bisik Martinet dalam hati. Ia tidak tahu harus ngomong apa. Didepannya ini adalah musuh bebuyutannya!

Kenapa gue jadi salting gini… Batin Rayhaneo bingung. Ia menggaruk garuk kepalanya.

“Maaf, pangeran Rayhaneo, saya tidak bermaksud untuk…-“

“Ah, gapapa, gapapa! Itu kodoknya anti gepeng kok tenang! Errr…emmm….” Rayhaneo masih salting.

Martinet semakin deg-degan. Dia tidak tahu kenapa, tapi jantungnya semakin berdebar-debar.

“Kalo mau, ambil aja kodoknya…” kata Rayhaneo malu.

Martinet tersenyum malu. Ia melihat kodok imut itu sekali lagi, kemudian mengangkatnya. “Terimakasih…”

Rayhaneo tersenyum.

Kemudian, Martinet pun tersadar apa yang seharusnya ia lakukan untuk ayah dan ibunya.

Akhirnya, ia pun berlari dari taman tersebut, sambil megang kodok.

“EH, TUNGGU!!!” seru Rayhaneo panik. Martinet masih berlari.

“NAMA MBAK SIAPA???” tanyanya, sebelum Martinet pergi.

“MARTINET..!” serunya singkat, dan ia menghilang.

Rayhaneo terdiam sejenak, kemudian meneguk ludahnya, tersenyum.

“Martinet…”

Malam itu setelah pesta usai, Rayhaneo tidak bisa berfikir apa-apa lagi selain nama indah itu, dan bapaknya yang tambah mangkak.

-

“Rayhaneo, kamu sudah dewasa sekarang, ayah rasa saatnya kamu untuk memimpin pasukan kita.” Ujar Haswintague, mukanya serius, tapi mangkak

“Pasukan? Pasukan apa, yah?”

“Begini, istana ini terlalu sempit buat kita. Bukan begitu? Pesta dansa kemarin saja cuma bisa nampung 4000 orang. Kurang banget keles. Kamar mandi ayah cuma ada shower plus air panas, bathub segede kolam renang, sama dindingnya cuma dibuat dr perak. Kurang banget keles. Kamar tidur ayah kecil banget. Ya kalo dibanding sama teater Opera, gedean kamar Ayah. Tapi tetep aja, tempat tidurnya kurang empuk banget, duh. Harganya cuma 20 juta sih hih. Kita butuh lahan lebih, Rayhaneo.”

“Lu mangkak banget jir.”

“Apa kamu bilang?”

“Ayah ganteng.”

“Ya emang. Pokoknya intinya gini, kita harus ngerebut kekuasaan Raja Faiztheo. Kita harus rebut istananya yang besar itu. Udah gitu koki-koki disana enak enak banget. Mereka bisa masak masakan yang luar biasa enaknya itu. Papa udah bosen makan masakan harga puluhan juta iyuh.”

Kok dia jadi bapak gue sih. Batin Rayhaneo

Nak, bapak bisa telepati. Tiba-tiba suara Haswintague muncul.

Oiya pak maap.

“Jadi Rayhaneo. Gimana? Kita serbu diam-diam itu istana Faiztheo di malam hari, kemudian kita ancam bunuh putrinya itu. Pasti dia akan menyerahkan. Jika sudah menyerahkan, kita bunuh semuanya. HUAHAHAHAHAHAHA.”

“Ayah kok jahat banget sih! Rayhaneo gamau! Rayhaneo cinta damai! Ayah gabisa bikin aku kayak gitu! Aku polos seperti rumput yang hijau!”

“Ya daripada dijadiin babu mending dibunuh.”

“Rayhaneo gamau!”

“TURUTIN KATA AYAH ATAU AYAH GABELIIN KAMU CICAK LAGI!”

“AKU GAPEDULI!” Rayhaneo melesat pergi dari hadapan ayahnya yang meneriaki namanya dengan kesal.

“Imamzu.”

Seorang prajurit gagah berani perkasa unyu imut cimit cimit conyo emesh dengan siap mendatangi Haswintague. “Siap, Yang Mulia.”

“Siapkan pasukan. Kita serang istana Faiztheo itu nanti malam. Suruh anak buahmu untuk mencari putraku. Ada sesuatu yang mencurigakan..”

Imamzu membungkuk. “Siap, Tuan!”

-

“…..jadi begitu, Yang Mulia.”

Faiztheo menyisir kumisnya kembali setelah mendengar penjelasan dari Rabella tentang rencana jahat Haswintague.

“Kurang ajar dia. Kalau begitu, aku akan menyuruh penjaga-penjaga dan prajurit prajurit terbaikku untuk berjaga lebih ketat ditengah malam. Terimakasih Rabella.”

“Sama sama Yang Mulia. Ohiya, dimanakah Martinet?”

“Hah, paling sedang ke taman bunga. Dia bilang dia jatuh cinta pada pandangan pertama kemarin. Entah sama siapa..Dasar anak muda.”

Rabella mengernyitkan dahi, kemudian berfikir sejenak.

Jangan jangan

-

Martinet berguling-guling di taman bunga (Asli, me already ngantuk n I don’t know what to say di cerita ini so maap if ngaco thank u).

Tiba-tiba, ia mendengar suara meongan kuda, dan sebuah tapakan kaki yang menandakan bahwa ada seseorang disana. Martinet beranjak bangun dan mencoba mengintip siapa yang turun dari sana.

Dan saat itulah…

“Martinet?”

“Rayhaneo?”

Yak mereka ketemu lagi gitu lho. Ada percikan cinta gitu, cinta pada pandangan pertama dan kedua.

Rayhaneo menatap tangan Martinet yang ternyata masih megang kodok miliknya.

“Eh, James, apa kabar?”

Guk

“Oh, baikk”

“Oh, namanya James…lucu banget deh. Masa kemaren dia pipisin pengawal aku, terus pengawal aku buta, hehehehee hebat ya James.” Puji Martinet. Rayhaneo senyum.

“Bagus deh kalo seneng…”

Terus hening.

1

2

3


“Errr…Martinet. Sejak kita ketemu pas pesta dansa itu…”

Martinet deg degan.

“…kayaknya…karena kodok itu…”

Martinet nahan pipis.

“….aku…cinta pandangan pertama deh sama kau.”

Lalu…….tiba-tiba….

Malaikat cinta bersayap pink bernama Azamtera dan malaikat cinta yang metal abis bernama Ciaciat datang diatas mereka. Mereka pun dengan asyik bernyanyi,

SUDAH KATAKAN CINTA , SUDAH KUBILANG SAYANGGGG , NAMUN KAU HANYA DIAM, TERSENYUM KEPADAKU,

KAU BUAT AKU BIMBANG, KAU BUAT AKU GELISAH, INGIN RASANYA KAU JADI MILIKKUUUU

KU AKAN SETIA MENUNGGUU SATU KATA YANG TERUCAP….-

“Woy diem dulu njir.” Rayhaneo kesel. Ciaciat dan Azamtera kemudian terbang lagi keatas dengan harpanya. Martinet tertawa kecil.

“Aku…juga.”

Kemudian Rayhaneo tersenyum manis.

Tiba-tiba Azamtera dan Ciaciat datang lagi.

WHEN YOU SMILE, I SMILEEEE

OUWOWOWOWOWOW

YOU SMILE, I SMILEEEEEEEEEE HEYEYEYEYYEYEYEYEEYYEEY

“PERGI KEK.” Seru mereka berdua.

Mereka terbang lagi membawa harpa.

Akhirnya, Rayhaneo berbisik, “Mau ga kamu….”

JANGAN KAU TOLAK DAN BUATKU HANCUR, KU TAK AKAN MENGULANG TUK MEMINTA….

ETDAH WOY!!!!!!!”

Yak mereka pergi untuk selamanya.

Belum sempat Rayhaneo say something, tiba-tiba anak panah meluncur entah dari mana, meenancap di pohon sebelah Rayhaneo. Ia shock, terkejut, lelah letih lemah lesu muram burja.

Rayhaneo melihat arah dari anak panah itu dan menemukan seorang Sersan dari istananya, Chandravo, sedang membidik wanita disampingnya.

“TIDAKKK!!!!!!”

Rayhaneo mendorong Martinet sehingga Martinet jatuh dan terguling di tanah. Chandravo terkejut. Ia tidak menyangka kalau Rayhaneo akan melindunginya. Ia membidik kembali. Ketika Rayhaneo lengah, justru sebuah tangan menarik Martinet pergi.

“Sial!” kutuk Chandravo.

“MARTINETT!!!!” jerit Rayhaneo, melihat Martinet dibawa pergi oleh orang asing.

-

Orang asing tersebut—yang ternyata adalah seorang Kapten perang—menjatuhkan tubuh Martinet didekat pohon

“Fairuzky?! Apa yang kamu…-“

“Maaf, Putri. Ini perintah Raja. Kau tidak seharusnya bersama orang dari Mangkak Lovers.”

“Tidak! Dia berbeda! Dia tidak mangkak seperti Haswintague!”

“Tidak boleh, putri! Ini jebakan! Kau tidak boleh—“

“LEPASKAN AKU, KAPTEN!”

“TIDAK PUTRI, KITA HARUS PULANG!”

“Lihat Kapten! Ada Alfrida lagi terbang!” Martinet nunjuk keatas.

“Mana?”

Yaudah abis itu Martinet kabur, terus Fairuzky masih nyariin doinya di langit.

Martinet berlari, menuju dimana Rayhaneo masih menunggunya—mungkin.

Belum sempat ia menghampiri Rayhaneo, ia melihat sekilas seorang wanita dan pria yang tampak sibuk mengikat tangan pangeran mangkak lovers itu.

“Ihhhh lepasin aku :(“ pinta Rayhaneo manja.

“Tidak bisa, Pangeran! Ini perintah dari Yang Mulia langsung.” Ujar Sersan Chandravo.

Asistennya, yang bernama Desyami, merekatkan ikatannya pada tangan Rayhaneo sehingga ia berteriak kesakitan.

“SAKIT WOY!!!!!”

“Kata Imamzu kalau anda berontak, saya harus semakin merekatkan ikatannya.” Ujar Desyami polos.

“ADA APA SIH KALIAN! DIA ITU WANITA TIDAK BERSALAH! MENGAPA KALIAN INGIN MEMBUNUHNYA?”

“Pangeran! Wanita itu adalah…”

“Martinet!!! Martinet yang mencuri hatiku sejak pertama kali berjumpa!”

“Martinet binti Faiztheo.” Tuntas Chandravo.

Rayhaneo terdiam.

Martinet, dari balik semak semak pun ikut terdiam. Ia takut melihat reaksi Rayhaneo selanjutnya.

Namun yang ia lihat, Rayhaneo hanya diam, dan pasrah, kemudian Chandravo menariknya pergi sementara Desyami menggiring kuda yang dibawa Rayhaneo.

Martinet tampak sakit hatinya.

Ia pun langsung berlari dari sana, entah kemana arah dan tujuannya

Hujan tiba-tiba turun, deras sekali, membasahi tubuh Martinet.

Martinet tidak mencari jalan pulang. Ia hanya menggenggam James dalam genggamannya, sementara ia berkelana entah kemana tujuannya, memikirkan mengapa ia sekalinya jatuh cinta, cintanya salah gitu lho ya di phpin geto. APaansiIKkK

Sampailah ia didepan rumah cukup besar namun agak kuno, dan kakinya terasa lemas.

Dan saat itulah Martinet merasa tubuhnya jatuh ke tanah.

Keren abis guys kayak sinetron .

-


Martinet membuka matanya, merasakan sebuah handuk berada di dahinya, dan seorang suster tertidur disampingnya.

Martinet terheran heran. Where is she? Is she home? Or she is diculik oleh Rayhaneo?

Martinet menggerakan sedikit tubuhnya.

Kemudian sang suster bangun.

“Ah, mbak udah sadar.” Kata suster itu.

“Saya dimana ya, mbak?” tanya Martinet. Suster itu hanya tersenyum manis,kemudian ia berdiri untuk memanggil seseorang diluar.

Seorang wanita paruh baya, tubuhnya tinggi, rambutnya panjang dan ikal, juga pakaiannya tampak sangat sederhana. Ia tersenyum hangat pada Martinet sebelum menghampirinya.

“Terimakasih, Aulietta. Kau boleh istirahat.” Ujar wanita itu kepada susternya. Aulietta mengangguk, kemudian pergi.

“Anda siapa ya?” tanya Martinet.

Wanita itu tersenyum lembut. Ia mengelus kepala Martinet lembut, kemudian berjalan untuk membuka sebuah botol gelas yang berisi…. James.

“Ini James, kan?”

“Ah, iya!! Bagaimana anda tahu?”

Wanita itu tertawa kecil. Serem juga lama lama ini cewek.

“Aku Lipiak. Aku Ibunda Rayhaneo.” Ujar wanita itu, membuat Martinet terkejut dan hampir pingsan lagi. Pingsan mulu pak.

Lipiak ketawa lagi. Serem lu pi.

“Rayhaneo.. putraku.. ia sangat menyayangi James seperti ia menyayangi makanan. Jadi…jika James diserahkan untuk orang lain…pasti orang itu sangat berharga..” ANJAS LIPIAK.

Martinet tersipu malu.

“Aku…”

“Kau putri dari Faiztheo dan Witaressia kan?”

Martinet terkejut. Ia rasanya ingin lari, takut dibunuh, dan dimasak.

Lipiak ketawa lagi.

“Aku dan suamiku sudah lama bercerai, nak. Kau tidak perlu khawatir akan disakiti atau dilaporkan.” Jelas Lipiak sembari meletakkan James kembali.

Martinet sedikit terkejut. Kapansi ini anak ga kaget.

“Mengapa kalian bercerai?”

Lipiak tersenyum, “Terkadang… cinta itu datang tiba-tiba. Tidak tepat waktunya, dan… aneh. Begitupula aku dan ayah Rayhaneo. Mungkin saat itu Haswintague dan aku saling mencintai, tapi aku terlalu buta untuk melihat bahwa sebenarnya Haswintague itu mangkak. Jadi… aku memutuskan untuk meninggalkannya… walaupun sebenarnya agak sakit, ketika pada satu sisi, aku peduli, dan dia tidak peduli.” GILA PIIII GILAAAAAA.

Martinet tercengang atas kata-kata yang diberikan Lipiak.

Udah gue bingung.

-

Rayhaneo mengetuk ngetukkan jarinya ke meja, masih sabar mendengarkan celotehan Dandylio tentang pacar barunya, Budelona.

“Dia perhatian banget sama gueee, han! Gaada cewe seperhatian itu sebelumnya! Terakhir sih perhatian garagara gue ngutang. Gilss lo harus kenalan sama dia!”

“Gue lagi ada masalah, dy.” Kata Rayhaneo miris.

“Kenapa lu?” Dandylio penasaran.

Rayhaneo menghela nafas. “Ya gue dapet cewe, finally.” Ujarnya lemes. Dandylio nyengir bahagia.

“Wes bagus dong! Cantik gaaa?!”

“Cantik banget… cewe tercantik yang pernah gue temuin, dy. Tapi…….”

“Tapi..?”

“Dia………..anaknya Raja Faiztheo, dy.”

“HAH?????? GILE LU NDRO.” Dandylio dorong mejanya Rayhaneo. “NGAPAIN LU SUKA SAMA DOI? BOKAP LU MANGKAK, KALO DIA DIBUNUH JUGA BUAT KOLEKSI KARPET GIMANA?”

“Itu dia, dy. Masa cewe secantik itu dijadiin karpet.” Rayhaneo lesu.

“Lah…terus gimana?”

“Gatau dy, bokap gue kayak punya rencana buat ngancurin mereka. Tapi gue gamauuuu pisan. Ada Martinet disitu. Gue harus mempertahankan diaaaa. Because a girl like her is impossible to find. Asek gue nyanyi.”

Dandylio berdiri, kemudian ia menarik kerah baju Rayhaneo. “Ikut gue, Budelona ada kenalan yang bisa bantu kita.”

-

“Ya, jadi gue punya kembaran, namanya Femilona. Dan dia punya kenalan yang bisa bantuin lo.” Kata Budelona pada Rayhaneo, sambil berjalan di taman rumahnya.

“Siapa?”

“Ya pokoknya ada lah,” kata Budelona.

“Yaudah Budelona, anterin kita ke Femilona aja, kita butuh mereka.” Kata Dandylio. Rayhaneo ngangguk.

“Oh yaudah, ayo masuk.” Kata Budelona mempersilahkan mereka masuk kerumahnya.

“Budelona!!! Yaampun ini kan giliran lo nyuci!! Jadi gue kan yang laundry!” Tiba-tiba, seseorang yang mirip Budelona menghampiri mereka bertiga.  Budelona cengar cengir.

“Emang sengaja gua tinggalin biar lu nyuci. Gimana, udah bersih semua?”

“Paleluledut. Tuh masih banyak.” Femilona kesal. Kemudian ia menatap kedua pria yang ikut bersama Budelona.

“Lho, Rayhaneo?” tanya Femilona malu malu. Rayhaneo melambaikan tangan dan nyengir.

“Haloooo.” Sapa Rayhaneo pada Femilona, yang juga adalah mantan kekasihnya. ANJAS.

“Ngapain lo sama Dandylio kesini?” tanya Femilona.

“Ya, jadi kita…-“ belum sempet Dandylio menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba seorang pria dan wanita datang menghampiri mereka. Ternyata itu ayah dan ibu Budelona dan Femilona, Rafileo dan Eviphia.

“MasyaAllah, Budelona bawa teman-teman cowok ga bilang-bilang Abah sama Umi.” Tegur Rafileo sambil menggeleng gelengkan kepalanya pada Budelona.

“Oiya bah, maaf ya, dadakan banget bah. Mau minta tolong nih bah. Sumpah, Budelona ga ngapa ngapain kok sama mereka.” Tutur Budelona.

“Astagfirullah, Budelona. Kok Umi ga denger kamu ucapin salam tadi pas masuk?” tegur Eviphia.

“Yah, maap mi.”

“Coba ulang dari awal, nak.” Kata Rafileo.

Akhirnya mereka bertiga keluar lagi, terus masuk lagi.

“Assalamualaikum wr.wb.” ujar mereka bersamaan.

“Waalaikumsalam. Nah itu baru anak abah. Yaudah abah tidur dulu ya, ngantuk.” Akhirnya Rafileo pergi ke kamar tidurnya.

“Umi mau belanja dulu ya, Assalamualaikum.” Ucap Eviphia sambil pergi. Mereka berempat menjawab salamnya.

“Yak yaudah tadi mau ngapain?” tanya Femilona.

“Ya, jadi kita butuh bantuan lo buat bantuin Rayhaneo ngelindungin gebetannya.” Kata Dandylio.

“Gebetan…?” ada nada gaenak pada suara Femilona.

“Iya, masalahnya, gebetannya itu….Martinet, putrinya Raja Faiztheo.” Ujar Budelona.

“HAH?! MIAPE?! GILE LU NDRO!” Femilona terkejut.

“Makanya! Sekarang bokapnya Rayhaneo pengen ngancurin istana mereka. Dia mangkak banget!” seru Dandylio.

“Lo ngerti kan maksud kita apaan?” kata Budelona.

Femilona berfikir sejenak… dia tersenyum pada mereka.


“Kaga.”

“Ah elu oon.” Dandylio kesel.

“Jadi kita mau lo ketemuin kita sama Mirazel sama Ivanjo si adik kakak itu. Soalnya mereka punya mantan babysitter yang bisa ngeramal dan hanya nurut sama mereka doang!” jelas Budelona.

“Oh…” Femil ngangguk. “Terus?”

“IHHH!” Dandylio mulai kesel.

“Sabar beb.” Kata Budelona.

“Gabisa gini beb. Kembaran kamu ini…ah…” Dandylio mengusap usap jidatnya.

“Kamu harus sabar. Untuk aku. Untuk kita semua.”

Jijik ah.

“Ya, jadi kita pengen peramal itu ngasih tau kita rencana selanjutnya dari Raja Mangkak!” seru Dandylio.

“Oh! Gitu! Yaudah ikut gue.” Seru Femilona sambil memimpin mereka dalam perjalanan.

-

“Ngga mau ah.”

“KENAPAAA? KENAPAAAAAAAA? LO TEGA BANGETTT MIRRRRR KENAPAAA????” Femilona mencengkram pipi Mirazel.

“Ih jangan homo dong” ujar Mirazel, gadis usia 16 tahun yang tubuhnya kecil banget untuk seusianya. Tetep imut,lucu, rajin menabung, tidak sombong, dan sayang kucing. Anjas.

“Kita udah lama ga kontak sama mbok Austina.” Ujar kakaknya, Ivanjo. Seorang pria keren, berwibawa, kekar, tinggi, beralis tebal, hidung mancung, pribadi tenang, cool, dan senyumnya menawan. Anjas. Thank me later Ivan.

“Plis donggg ini demi pangeran…” pinta Femilona. Budelona mengangguk setuju.

“Terakhir gue kesana, dia minta dibawain David Guetta. Mangkak mangkak juga itu peramal.” Ujar Mirazel.

“Iya makanya kita udah jarang kesana lagi.” Kata Ivanjo.

“Plis plis plis buat sekali iniiiiiiiiii aja.”

“Eh ada tamu,” tiba-tiba pintu depan terbuka, seorang pria masuk.

“eh, papa.” Sapa Ivanjo.

“Eh, om Aditeo. Udah pulang om.”

“Iya nih. Kenapa kalian ngumpul disini?”

“Nih yuk silahkan dimakan cemilannyaaaa..” seorang wanita tiba-tiba menyediakan kue coklat dan susu pada mereka. Ia adalah ibu dari Mirazel dan Ivanjo, Destyven.

“Makasih mama,” kata Mirazel.

“Ohiya om, jadi kita minta bantuan mereka berdua nihhh buat minta tolong ke mantan babysitter mereka itu si mbok Austina. Tapi mereka ga mau.” Femilona ngadu.

“Ya ampun nak, kalian gaboleh gitu! Membantu orang itu salah satu sumber pahala bagi kita. Kalian gaboleh kayak gitu! Jangan sombong, nak.” Tegur Destyven. Mirazel sama Ivanjo menghela nafas.

“Tapi ma…”

“Gaada tapi-tapian, Ivanjo, kalian bantuin mereka. Kalo dia minta David Guetta, mama kasih Mario Maurer.”

“Yah tante aku juga mau…” Femilona protes

“Yaudahlah ya, ayo deh.” Mirazel akhirnya berdiri

“Mama ikut ya anak anakku.” Destyven tiba-tiba ngambil tasnya.

“Gausah ma, mama gainget waktu itu mama nyasar di hutan pas kita mau dateng ke pesta dansa?” tegur Ivanjo.

“Kali ini ngga kok!” Destyven bersikeras.

“Mama gainget waktu itu mama ngira Madame Dindaneo itu Nikita Willy? Terus mama minta tanda tangan? Inget ga?” tegur Mirazel.

“Emang pernah?”

“Iya…waktu itu juga mama pernah gangguin Monsieur Yosafter pull up, terus mama ikutan pull up, terus mama teriak teriak ‘AAA MARIO MAURER I LOVE YOU!’? inget kan ma?” tegur Ivanjo lagi.

“Itu mama khilaf nak, khilaf.”

“Iya mama kalo ketemu cowo ganteng pasti ngaku ngaku bujangan:(“ Aditeo tiba-tiba sedih.

“Yaudah mama disini aja:(“

Akhirnya mereka berenam pergi.

-

“AHROAHAOSKFHSOKFHLAFHAOIFHAJDGFAOSDGKHAGJDOGHDGJADOGJHAD” Seorang peramal bernama Austina berbicara tak karuan sambil menggerakkan kepalanya dan tangannya dilambai lambaikan diatas piring berisi air.

“AOIHAIOFHOSHGAHFGOASHF AYAM BUMBU SAPI KUCING BUNTUT TEBAL KERBAU BISA BAHASA INGGRIS APJOHSOFGHSODIGFHSDOFSDHFSDUOGHSDOGSHDGU KECOA TERBALIK CICAK CONYO EMESH HOIFHWOFGHSDIFG”

Semua orang menatapnya aneh.

“Errr apa katanya pak?”

Seorang penerjemah bahasa humba, Hilmizi, menaikkan kacamatanya yang melorot, kemudian membaca kamus,

“Katanya dia lapar, dan dia sebenernya gamau melayani kalian.” Ujarnya singkat.

“Lah terus gimana?” tanya Ivanjo cool.


“AFOEWHGOWJHGKWHEGOWEG WEGHWEOGHWEOGHWEOIGHWEGEWHG WEOGEIWGHWEOGHWEOGIEW HGOIWEHG OIHGWOEIGHWEIGHWEOG WEOIGEHWGEWOGI”

“Selaw, katanya.” Ujar Hilmizi.

“ADHEOFHWEOWHEGOWE GHEWOOIHWFOIHFWQUFH WOHUUFBIJFAKSFHASKJFSKFASF ASFH AISFJH ASFIHSFUASF ASUHF SAOUFH ASIFUHA SFUIASFH ASOFHA SOFHSF ASOIFH ASOI AFHOAUSFH ASOF OAISFHA SOG SFIOAH”

“Karena ini menyangkut masa depan kita semua, akan saya ramalkan.” Terjemahnya lagi.

“Syukurlah.” Kata Rayhaneo.

“Aasaosfihasofi Ghfoiashfaosfh asfhoiHIHSOFIAH OIAHF ASOFIHSIOASHFOSAFJASPOSUQOWURIYHQOJBQFBQWKBFKDJFH 02737509273097230592730592735092375092372-95723957230597 FAHKFJAHFKJAHFO ASOHA OASFH OAFH ASOF AFIASFH ASIFOHA OFIAS FHASOIHOIAHOURYQOUYWROIQR OQWHR WQORHQ WIRQWH OIQ 628981624891846 198Y4 10INAMFBIAJHGF”

“Katanya, ayah Rayhaneo sudah tahu kalau dia jatuh cinta pada Martinet. Dan sekarang ia sudah mengumpulkan pendekar pendekar hebat, seperti Thesario, Sarayeti, dan Syihantos, untuk melawan pasukan Faiztheo.”

“AOOQAHOFIHDFOAHFUAH OASFIASOFIHASF SOAIFHS AOIFGHS SAOIHFASOIFHS FOSAIHF ASOIFHAS OIFGHS FOSIHF ASIHFASIOFHS SOAIFHSFIOHF ASOIFSHFOASFHSAOIFHA OSIFHSAOIFHF OAIHA OFIASHFOASFIHA FOAIHFA SOIFAHOAIFH ASOISH SOAFH OASIFH “

“Sementara di pihak Faiztheo, seorang Jendral bernama Cirtoni yang sangat hebat itu akan memimpin perang, karena ia sudah tahu rencana si mangkak. Dan mereka didukung oleh si pendekar kembar Safirola dan Maudiola.”

“AIHFOIHOAHOISFH ASFIHAS OFIASFH ASIHF AOIFHA SIFHASOIFHASOIFHASIHASFASIH”

“Tapi sepertinya, si mangkak itu sudah menyiapkan taktik lain, yaitu menyandra putri kerajaan untuk memaksa Faiztheo menyerahkan istananya dan memaksamu untuk tunduk padanya!” ujar Hilmizi pada Rayhaneo.

“APAAA?! AYAHKU MANGKAK!!!!!! TIDAK AKAN KUBIARKAN!!!”

“AHDFOIADH!” Austina mengangkat tangannya

“Tunggu!” Hilmizi ikutan.

“ADHALDHASDOIHA DIOAHSDFOIAFH ASFIHS ASOFIGHSOFIASHF ASIOHF IOAHFSAIFHASOIFAHF OASIFHA SOFIAHF OASIHA SOFIHASFOIASHFAOSFIAOSSASIIFHAOIAOFIHASFOIASHFOAS”

“Temuilah kedua bodyguard Martinet, Monikarto dan Reginopel, dan suruh mereka membawa Martinet ke tempat tersembunyi. Karena jika kau menemui Martinet, maka ayahmu akan tahu.” Jelas Hilmizi, menterjemahkan Rayhaneo.

“ADHAOAHDOAIHA DOAIDJ AOIDHA OIHAD OIADH AOIHD OAIHD AODIAH AKHADOIADHIDAHADOIAHAO DOAIAHD OAIDHAO IAHD AODIADODIAHOADIHADOIAHDAOIDAH DOAIDHA DOIAHOAIDAHD OAIHOIDAHAO” Austina melambaikan tangannya.

“Apaan artinya?” tanya Budelona

“Cmungud ea.” Terjemah Hilmizi.

Yak. Setelah itu merekapun pergi menemui Monikarto dan Reginopel.

“Bagaimana ini, Monikarto dan Reginopel kan ngomong bahasa Jerman sama Spanyol!” seru Rayhaneo.

“Lah emang gaada yang bisa apa disini?” tanya Dandylio.

“Ivanjo sama Mirazel bukannya waktu itu juara berbahasa ya?” kata Budelona.

“Juara lomba mengeja keles.” Jawab mereka berdua.

“AAAH gue pusing juga nih, kuat kuat banget pasukan bokap gue. Gimana dong?”

“Tenang han, gue bakalan berdiri disamping lo buat belain lo. Gue sebagai juara sepak bola sekecamatan, gue pasti bisa ngalahin mereka.” Kata Dandylio.

‘Iya han, gue dan Femilona pasti juga akan bantuin lo. Kita bakalan masak buat lo.” Kata Budelona.

“Iya, gue sama adek gue bakalan ikut bantu juga, han. Dulu kita sering perang bantal soalnya. Tenang lah.” Kata Ivanjo.

Rayhaneo berkaca kaca matanya.

“Makasih guys, walaupun prestasi kalian ga membantu sama sekali, gue terharu.”

-

Setelah lama sekali ngomong sama Monikarto dan Reginopel sambil liat kamus Spanyol dan Jerman, akhirnya mereka berdua ngerti kalo mereka disuruh ngamanin Martinet intinya itu. Mereka mengatakan bahwa Martinet sejak kemarin belum pulang padahal sudah dijemput oleh Kapten Fairuzky.

“HAH?” Rayhaneo shock.

Terus kemana dia?

Rayhaneo lemes, gabisa mikir, lelah, lunglai dan tidak tahu harus apa.

Akhirnya dia memutuskan untuk mengunjungi mamanya, mau curhat, menangis dipelukan mama, minta maaf sama mama kalo dia pernah pipis di lemarinya mama, dan lain lain.

-

“Ibu?”

Rayhaneo mengetuk pintunya berkali kali.

“BUU LAPER BUUU” Rayhaneo mau nangis gara-gara ga dibukain.

Akhirnya, pintu pun dibuka. Datanglah Lipiak dengan senyuman bahagia melihat putra semata wayangnya datang.

“IBUUU!!!:(“ Rayhaneo sungkem pada ibunya.

“Maaf nak maaf, tadi ibu lagi dengerin lagu Clarity volume full jadi ga denger kamu ketok ketok. Ayo masuk.”

Rayhaneo dan Lipiak pun masuk, kemudian mereka berdua duduk di meja makan sembari minum secangkir teh manis.

“Bu, Rayhaneo mau curhat.”

“Curhat apa?”

“Jadi, Rayhaneo suka sama cewe…tapi cewe ini…beda sama Rayhaneo. Rayhaneo harusnya gaboleh sama cewe ini. Tapi Rayhaneo tiap hari gabisa berhenti mikirin dia. Dan Rayhaneo sekarang panik banget mengetahui dia bakalan dibunuh sama ayah. Ayah tuh tambah mangkak bu, Rayhaneo ga tahan lagi…dan sekarang cewe ini ilang, gatau kemana..”

Lipiak ga ngejawab, dia hanya meminum secangkir tehnya.

“Bu, kok ibu diem aja?”

Lipiak tersenyum.

“Nak, ibarat kamu melihat sebuah bunga yang sangat cantik, kamu pasti membiarkannya tumbuh ditempatnya. Karena jika kamu cabut bunga itu, bunga itu pasti akan mati. Namun kau masih tetap menyiraminya dan menjaga kecantikannya.” Ujar Lipiak. Rayhaneo mikir sebentar, hampir gangerti.

“Jadi….jika kamu sayang sama seseorang, kamu ga harus memiliki orang itu, tapi kamu membiarkannya hidup bahagia..”

ANJASSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH

“Contohlah Pangeran Rifqireo dan seorang gadis biasa, Ayasrura, mereka saling jatuh cinta, namun tidak direstui. Akhirnya, mereka akhirnya membiarkan satu sama lain hidup dalam bahagia masing masing, sampai akhirnya, kini mereka bertemu kembali, dan sudah menikah. Mereka hidup bahagia sekarang.”

Rayhaneo ingusnya meler, mau nangis.

“Ibuu…..”

Lipiak tersenyum, nabok nabok kepalanya Rayhaneo.

“Ibu ada kejutan buat kamu di taman.”

Rayhaneo mengelap ingusnya, kemudian bertanya, “kejutan apa bu?”

“Liat ajah.”

Akhirnya Rayhaneo berdiri, kemudian berjalan kearah taman, dan….

Disitulah Martinet berguling guling di taman bunga.

Rayhaneo tidak tahu harus menangis atau tertawa bahagia.

“MARTINET!!!”

Martinet bangun, kemudian memusatkan tatapannya pada Rayhaneo.

“RAYHANEO!!!”

Martinet berdiri kemudian langsung berlari kearah Rayhaneo, yang saat itu juga berlari kearahnya.

Mereka bertabrakan.

Terus bangun, terus pelukan.

Tiba-tiba Cupid Azamtera dan Cupid Ciaciat membawa harpa dan bernyanyi,

LAGU RINDUUU INI KUUUCIPTAKAAAAAAAN HANYA UNTUK BIDADARI HATIIIKU TERCINTAAAA UUUWOWWW…

“Martinet, I love you Martinet. Mari pergi dari sini. Mari kita lawan si mangkak Haswintague. Mari kita kabur bersama sama, diluar perang ini, hanya kita berdua, Martinet.” Oke gw agak gmn gitu ngetiknya.

“Rayhaneo, I love you too…. bersamamulah impianku. Bawa aku pergi dari perang ini, kita hapus perbedaan dan diskriminasi.”

“Martinet..”

“Rayhaneo..”


Akhirnya mereka kabur bersama sama, melupakan perang, dan hidup tidak diketahui oleh orang orang.

The End.



Gaje kan? Emang. Matilu mir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar